Kepustakaan Populer Gramedia
by on September 8, 2020
342 views

Dahulu kala, pada zaman penjajahan Belanda. Masyarakat Kediri hidup dalam kemiskinan dan ketertindasan. Perekonomian dikuasai oleh Belanda dan diperlakukan pajak yang tidak masuk akal. Hasil buminya selalu dirampas jika tidak mau bayar pajak . Untuk makan saja mereka harus membeli kepada Belanda. Padahal itu hasil jerih payah mereka sendiri. Hal ini menggugah hati Ki Boncolono. Dia marah melihat kelakuan para meneer, ketidakadilan telah mengusik hati Ki Boncolono. Dengan kesaktiannya dibantu oleh Tumenggung Mojoroto dan Tumenggung Poncolono beserta murid-muridnya yang tentu saja sakti-sakti, dia merampok harta para pejabat Belanda. Hasilnya dia bagikan kepada rakyat jelata, Sungguh mulia...... Kontan namanya menjadi harum di kalangan masyarakat....dia ditakuti tapi juga dikagumi dan senantiasa ditunggu tunggu kedatangannya.

Belanda merasa geram dan marah. Segala upaya mereka kerahkan untuk meringkus Boncolono. Tetapi usahanya selalu gagal. Setiap terkepung, Boncolono hanya merapatkan diri pada salah satu tiang atau tembok atau pohon dan hilanglah dia. Biarpun ditembak dibunuh diapain juga Ki Boncolono tidak bisa mati, dia bisa hidup lagi ketika tubuhnya menyentuh tanah. Belanda Jengkel dan menggunakan kekuatan "uangnya" untuk meringkus Boncolono. Belanda mengadakan sayembara dengan hadiah yang sangat besar untuk menangkap atau membunuh Ki Boncolono. Beberapa orang yang tahu kelemahan ilmu Boncolono mendatangi Belanda. Mereka memberi tahu pada para meneer itu kalau Boncolono harus dipenggal, kepala dan tubuhnya harus terpisah dan dikuburkan pada tempat yang terpisahkan oleh sungai.

Akhirnya setelah membuat rencana dengan bantuan pendekar pribumi, Belanda melaksanakannya dengan cermat. Dan seperti kisah heroik lainnya, Boncolono tertangkap. dengan bantuan, pendekar Pribumi..... dan....Boncolono tewas. 

http://photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/18873_262195613392_258239703392_3352869_4305874_a.jpg
Makam Ki Boncolono

 

Sebelum dia hidup lagi, tubuhnya dipotong jadi dua. Bagian bawahnya di kubur di bukit Maskumambang. Sedangkan bagian atasnya (kepalanya) di kubur di "Ringin Sirah", desa Banjaran. Kalau bukit Maskumambang terletak di barat sungai Brantas, maka Ringin Sirah terletak di timur sungai Brantas. Di puncak bukit Maskumambang selain makamnya Ki Boncolono terdapat juga dua buah makam lagi yaitu makamnya Tumenggung Mojoroto dan makamnya Tumenggung Poncolono, tetapi anehnya ketiga makam tersebut ukurannya sangat panjang mungkin lebih dari dua meter

Astana Boncolono dan Gua Selomangleng terletak dalam satu areal tempat wisata di kota Kediri, Jatim. Astana boncolono merupakan kompleks pemakaman leluhur keluarga besar Boncolono. Untuk mencapai makam yang terletak di puncak bukit Maskumambang ini kita harus menaiki tangga batu yang lumayan panjang. Namun, capeknya naik tangga akan terbalas dengan pemandangan indah dari atas bukit.
Di depan bukit Maskumambang berdiri dengan tegak bukit Klothok yang menghijau. Di kaki bukit inilah gua Selomangleng berada. Gua kecil penuh relief di dinding dalamnya ini merupakan tempat pemujaan yang penuh dengan aroma dupa. Selain suguhan gua dan pemandangan hijau, areal wisata ini juga dilengkapi dengan kolam renang dan aneka permainan anak.


Artikel ini merupakan referensi pustaka George Quinn dalam menyusun buku "Wali Berandal". Tulisan ini ia akses pada 27 Mei 2012 dari laman http://www.kotakediri.info/2011/08/ki-boncolono-maling-genthiri.html.

Posted in: Editorial, Esai
Be the first person to like this.