Kepustakaan Populer Gramedia
by on April 5, 2021
273 views

Sudah tuntas membaca Kosmos yang ditulis Carl Sagan? Tak lengkap rasanya bila tak melirik buku ini yang di dalamnya mengajak para pembaca menjelajahi antariksa dengan wahana berawak maupun nirawak serta menembus ruang waktu.
          Pada lima bab awal, Sagan menyadarkan keberadaan manusia di bumi menggunakan paham chauvinisme dengan alur yang mengalir. Manusia terlalu angkuh menganggap dirinya sebagai peran utama di mahaluasnya Kosmos, bahwa ia adalah pusat dari segalanya.
Hal ini terus berlangsung sampai teori geosentris tergantikan oleh teori heliosentris. Bumi bukanlah satu-satunya planet, matahari bukanlah satu-satunya bintang, dan Bimasakti bukanlah satu-satunya galaksi. Mereka hanya segelintir kisah yang sedang menjalani hukum-hukum fisika sesuai dengan ritmenya. Perspektif soal dunia kemudian berubah. Dengan penemuan tersebut serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia ingin menjangkau bagian dunia luar lain yang sebelumnya tak pernah terjamah.
          Buku ini mengupas tuntas berbagai wahana antariksa milik Amerika dan Uni Soviet beserta misi yang dibawanya seperti Sputnik 1, Vostok 1, Voyager 1 dan 2, Galileo, Venera, Mariner 1 dan 2, Magellan, Pioneer 12, Apollo, Cassini-Huygens, dan sebagainya. Penulis mengungkap cara kerja wahana tersebut, kendala-kendala yang dihadapi, penyebab kegagalan, anggaran dana, dan rekaman data yang didapatkan. Siapa sangka proyek Apollo dulu merupakan indikasi Perang Dingin Amerika dengan Uni Soviet? Kompetisi kedigdayaan yang meluaskan cakrawala.
          Tiga bab terakhir menyinggung soal teraformasi yang mungkin bisa dilakukan di Mars, Venus, dan Titas dalam upaya menyeimbangkan kondisi atmosfer, suhu, serta kondisi geologi supaya layak huni. Program pencarian kehidupan cerdas seperti Search for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI), Million-channel Extra-Terrestrial Assay (META), dan Billion-channel Extra-Terrestrial Assay (BETA) juga tak luput dibahas. Ditutup denga probabilitas kehidupan manusia yang nanti tersebar di Bimasakti.

Penulis: Carl Sagan
Penerjemah: Ratna Satyaningsih
Editor: Andya Primanda
Kategori: NonfiksiSains
Terbit: 17 Februari 2021
Harga: Rp110.000
Tebal: 364 halaman
Ukuran: 150mm x 230mm
Sampul: Softcover
ISBN: 9786024815370
ID KPG: 592101883
Usia: 15+
Bahasa: Indonesia
Penerbit: KPG

          Pale Blue Dot memberikan segenap informasi baru kepada saya, sekaligus menyampaikan pesan spiritual dari sudut pandang sains. Imajinasi melayang ke antariksa; dunia yang jauh, tapi selalu mengundang ketertarikan itu.

          Mungkin begini dulu bagaimana Farid Harja menuliskan hitnya, "Bercinta di Udara", yang kemudian juga konon menginspirasi Melancholic Bitch melahirkan "Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa".
          Penuturan Sagan tidak jelimet sehingga mudah untuk memahami buku ini, meski pada beberapa bagian memang perlu dibaca ulang untuk mencerna apa yang dimaksud. Kualitas terjemahan Ratna Satyaningsih sangat oke. Kekurangannya hanya terletak pada hasil suntingan. Banyak sekali kata yang typo.
          
Saya merekomendasikan buku ini untuk orang-orang yang masih skeptis dengan misi wahana antariksa, yang masih menganggap misi-misi tersebut sebagai bualan belaka. Buku ini akan membuka perspektif pembaca dari yang semula ragu menjadi yakin terhadap bentuk kehidupan di luar bumi.

          Benarkah Neil Armstrong, dkk pernah menapaki bulan atau itu sekadar teori konspirasi? Apakah International Space Station (ISS) betulan ada? Bagaimana kinerja wahana-wahana antariksa sehingga berhasil menjalankan misinya? Adakah kesempatan manusia untuk tinggal di sana?
          Semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut terangkum dalam buku ini. Bersiaplah memandang titik biru pucat itu - rumah kita - di antara miliaran bintang. Dan, "menghilang" di dunia yang jauh itu, sebagaimana Melancholic Bitch:

Jalan pulang telah menghilang
Tertulis dan menghilang
Karena kita telah bercinta di luar angkasa
Jalan pulang telah menghilang
Tertulis dan menghilang
Karena kita, sebab kita telah bercinta di luar angkasa.

Dimuat di: Jawa Pos, Minggu, 4 April 2021


Peresensi: Monique Clariza (Mahasiswa Prodi S-1 Pendidikan Bahasa Jerman di Universitas Negeri Malang)

Posted in: Ulasan
Be the first person to like this.