Berdasarkan siaran pers yang diterima, Records of Rainy Days masih seperti seri sebelumnya yang berisi cerpen-cerpen yang bisa dinikmati pembaca kala hari tengah hujan. Namun, tulisan-tulisan dalam bu...View MoreBerdasarkan siaran pers yang diterima, Records of Rainy Days masih seperti seri sebelumnya yang berisi cerpen-cerpen yang bisa dinikmati pembaca kala hari tengah hujan. Namun, tulisan-tulisan dalam buku ini lebih pendek atau singkat dibandingkan dengan sebelumnya. "Sesuai dengan judulnya, Records, buku ini berisi catatan-catatan di hari hujan. Temanya lebih banyak ke nostalgia, tentang mengenang dan mengikhlaskan masa lalu," tulis dia. Baca berita lengkapnya di tautan berikut ini:
https://www.tribunnewswiki.com/2022/07/31/penulis-muda-naela-ali-luncurkan-buku-ke-11-berjudul-rec ords-of-rainy-days
#BeritaBuku #BeritaBukuKPG #RecordsofRainyDays #NaelaAli #PenerbitPOP #PenerbitKPG
Banyak yang mengenal nama Jason Ranti sebagai penyanyi dan pencipta lagu dengan nada satire. Namun, jauh sebelum mengenal musik, musisi yang akrab disapa Jeje itu telah lebih dahulu jatuh cinta terhad...View MoreBanyak yang mengenal nama Jason Ranti sebagai penyanyi dan pencipta lagu dengan nada satire. Namun, jauh sebelum mengenal musik, musisi yang akrab disapa Jeje itu telah lebih dahulu jatuh cinta terhadap seni rupa. Masa kecil Jason Ranti dihiasi dengan keindahan visual lukisan yang ada di rumah kakek dan neneknya. Baca selengkapnya di tautan berikut ini:
https://www.kompas.com/hype/read/2022/07/08/173516666/sebelum-kenal-musik-jason-ranti-telah-jatuh-cinta-dengan-seni-rupa?page=1
#BeritaBuku #BeritaBukuKPG #KitabPinkJasonRanti #JasonRanti #WisnuNugroho #PenerbitKPG
Di antara 50 negara mayoritas muslim di dunia, Turki memiliki pengalaman terpanjang sebagai negara sekular, sementara Afghanistan merupakan negara dengan pengalaman teokratis terdalam (bersama Iran). ...View MoreDi antara 50 negara mayoritas muslim di dunia, Turki memiliki pengalaman terpanjang sebagai negara sekular, sementara Afghanistan merupakan negara dengan pengalaman teokratis terdalam (bersama Iran). Di banyak negara mayoritas muslim lainnya, aliansi ulama dan kekuasaan menunjukkan variasi beragam. Namun karakteristik aliansi tersebut pada umumnya cenderung menghambat proses demokratisasi dan pembangunan. Baca selengkapnya di tautan berikut ini:
https://nasional.sindonews.com/read/641155/18/aliansi-ulama-negara-hambat-demokrasi-dan-pembangunan-di-dunia-muslim-1640671922?showpage=all
#BeritaBuku #BeritaBukuKPG #IslamOtoritarianismedanKetertinggalan #AhmetTKuru #PenerbitKPG
Dalam buku Demokrasi di Era Post Truth, Budi Gunawan menjadikan Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu contoh. Polarisasi politik di AS terjadi cukup tajam antara kubu liberal dan kubu konservatif ak...View MoreDalam buku Demokrasi di Era Post Truth, Budi Gunawan menjadikan Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu contoh. Polarisasi politik di AS terjadi cukup tajam antara kubu liberal dan kubu konservatif akibat disinformasi post-truth, terutama pada masa pemilu. Hal yang sama juga terjadi di Inggris yang ditandai pertarungan dua partai dominan, yaitu Partai Buruh dan Partai Konservatif. Kondisi yang terjadi di AS ternyata juga dialami Korea Selatan (Korsel). Pemilu di Korsel berkelindan dengan peningkatan berita palsu pada Pemilihan Presiden 2017. “Itu artinya, medsos memiliki peran dalam mempercepat terjadinya polarisasi yang tajam antara pihak yang berkompetisi,” terangnya. Belajar dari peristiwa tersebut, imbuh Barito, Indonesia tidak boleh abai dengan apa yang disebut post-truth yang memanfaatkan medsos di ruang cyber untuk kepentingan tertentu.
https://biz.kompas.com/read/2021/12/12/151511828/bincang-buku-kpg-jernih-berpikir-jadi-kunci-berdemokrasi
#BeritaBukuKPG #DemokrasidiEraPostTruth #BudiGunawan #BaritoMulyoRatmono #PenerbitKPG
Bincang Buku KPG, Jernih Berpikir Jadi Kunci Berdemokrasi
Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju serta pertumbuhan platform media sosial (medsos) yang kian masif membawa banyak perubahan bagi keh
Di era kekinian, kata Atta, memang cukup sering menemukan berita bohong di berbagai platform media sosial. Bagi dia, pengguna Medsos penting dan perlu mencerna serta memilih informasi secara bijaksana...View MoreDi era kekinian, kata Atta, memang cukup sering menemukan berita bohong di berbagai platform media sosial. Bagi dia, pengguna Medsos penting dan perlu mencerna serta memilih informasi secara bijaksana.
"Tinggal gimana kitanya sebagai anak muda bisa memilih-milih, melihat berita yang bagus dan engga, serta mencernanya. Jangan langsung gampang nge-post, itu bisa berakibat fatal untuk bangsa kita juga," terangnya.
Buku karya Budi Gunawan itu bagi Atta memiliki pesan agar masyarakat lebih teliti dalam membaca informasi. Selain itu, buku tersebut juga memiliki bahasa yang ringan dan mudah dipahami, serta memiliki visual yang menarik.
https://www.rmolbanten.com/read/2021/12/11/26770/Edukasi-Masyarakat-Bijak-Bermed sos,-Budi-Gunawan-Luncurkan--Buku-Demokrasi-di-Era-Post-Truth-
#BeritaBukuKPG #DemokrasidiEraPostTruth #BudiGunawan #BaritoMulyoRatmono #PenerbitKPG
Edukasi Masyarakat Bijak Bermedsos, Budi Gunawan Luncurkan Buku 'Demokrasi di Era Post Truth' - rmolbanten.com
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Prof Jenderal (Purn) Budi Gunawan baru saja meluncurkan buku berjudul 'Demokrasi di Era Post Truth' Buku tersebut, mendapat
Kunci demokrasi adalah partisipasi politik dari masyarakat. Demikian pernyataan Benjamin Barber, penulis dan pakar teori politik Amerika dalam bukunya Strong Democracy yang terbit pada 1984 dan telah ...View MoreKunci demokrasi adalah partisipasi politik dari masyarakat. Demikian pernyataan Benjamin Barber, penulis dan pakar teori politik Amerika dalam bukunya Strong Democracy yang terbit pada 1984 dan telah direvisi pada 2004.
Kehadiran internet, dan khususnya media sosial, membuka peluang sebesar-besarnya untuk warga negara menyuarakan pendapat, mendapatkan akses informasi politik, dan terlibat aktif dalam berbagai aktivitas politik. Bahkan, mengintervensi kebijakan politik yang dinilai merugikan masyarakat. Dengan begitu, internet dan media sosial jelas pendukung terbesar demokrasi.
Meski begitu, Peter Dahlgren, peneliti dan Profesor Emeritus dari Departemen Komunikasi dan Media di Lund University, Swedia melalui bukunya The Political Web: Media, Participation, and Alternative Democracy (New York: Palgrave Macmillan, 2013) memberikan catatan bahwa kemampuan media sosial dan platform media baru dalam memfasilitasi partisipasi politik warga tidak bisa begitu saja dapat dianggap sebagai solusi bagi persoalan demokrasi. “Terlalu reduktif untuk mengatakan bahwa problem demokrasi teratasi dengan hadirnya media baru berbasis internet, termasuk munculnya berbagai platform media sosial.”
Timothy Synder, profesor dari Yale University pun menegaskan hal serupa. Menurutnya, “media sosial bukanlah pengganti: Media sosial meningkatkan kebiasaan mental yang kita gunakan untuk mencari rangsangan dan kenyamanan emosional, yang berarti kehilangan perbedaan antara apa yang terasa benar dan apa yang sebenarnya benar.”
Dan di sinilah kita sekarang, terjebak di tengah banjir informasi dari media sosial. Yang sayangnya, tidak semua mengandung kebenaran. Akan tetapi, sebagian masyarakat dibuat terlena dan percaya begitu saja pada informasi yang terkandung di dalamnya. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai era pasca-kebenaran (post-truth).
Senada dengan kegusaran Dahlgren dan Synder tersebut, Kepala Badan Intelijen Nasional Budi Gunawan dan stafnya, Barito Mulyo Ratmono menyusun buku Demokrasi di Era Post-truth (KPG, 2021). Keduanya lebih lanjut memperlihatkan betapa media sosial memiliki kapasitas untuk menyebarluaskan informasi yang salah, memunculkan teori-teori konspirasi liar, membicarakan kubu tertentu secara negatif tanpa dasar yang jelas, serta menyebabkan terjadinya polarisasi di masyarakat.
https://www.kompas.com/edu/read/2021/12/08/174506571/bedah-buku-kpg-media-sosial-dan-ancaman-demokrasi-di-era-post-truth?page=all
#BeritaBukuKPG #DemokrasidiEraPostTruth #BudiGunawan #BaritoMulyoRatmono #PenerbitKPG
Bedah Buku KPG: Media Sosial dan Ancaman Demokrasi di Era Post-truth Halaman all - Kompas.com
Kehadiran internet, dan khususnya media sosial, membuka peluang sebesar-besarnya untuk warga negara terlibat aktif dalam berbagai aktivitas politik. Halaman all
Menurut Atta, buku yang ditulis oleh Budi Gunawan berjudul ‘Demokrasi di Era Post Truth' memberikan pelajaran terkait bermedia sosial. Sehingga, pembaca bisa belajar menyaring informasi dan tidak muda...View MoreMenurut Atta, buku yang ditulis oleh Budi Gunawan berjudul ‘Demokrasi di Era Post Truth' memberikan pelajaran terkait bermedia sosial. Sehingga, pembaca bisa belajar menyaring informasi dan tidak mudah percaya dengan hoaks.
"Buku karya dari Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan ini sangat luar bisa. Zaman sekarang sangat perlu kita belajar agar tidak jadi tangan-tangan hoaks," ujar Atta ditulis Sabtu (11/12/2021).
Atta mengaku sering menemukan berita bohong di berbagai platform media sosial. Dia bilang, pengguna medsos perlu mencerna dan memilih informasi.
https://www.suara.com/news/2021/12/11/060907/atta-halilintar-puji-buku-demokrasi-di-era-post-truth-karya-budi-gunawan
#BeritaBukuKPG #DemokrasidiEraPostTruth #BudiGunawan #BaritoMulyoRatmono #PenerbitKPG
Atta Halilintar Puji Buku Demokrasi di Era Post Truth Karya Budi Gunawan
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan meluncurkan buku berjudul 'Demokrasi di Era Post Truth'.
Kemajuan teknologi komunikasi dan media sosial turut memberi dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Informasi yang belum diketahui kebenarannya dan dipercayai sebagai fakta seringkali muncul dan ce...View MoreKemajuan teknologi komunikasi dan media sosial turut memberi dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Informasi yang belum diketahui kebenarannya dan dipercayai sebagai fakta seringkali muncul dan cepat merebak di masyakarat.
Yang menjadi permasalahan, masyarakat cenderung mudah memercayai “info bohongan” tanpa disertai upaya pengecekan fakta atas sumber berita tersebut. Situasi itulah yang membuat kita kini sedang berada di era pasca-kebenaran (post-truth).
Menyikapi hal ini, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan memberikan uraian yang cukup lengkap mengenai post-truth lewat karya teranyarnya, yakni buku Demokrasi di Era Post-truth terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), 2021.
Dalam bukunya, Budi memperlihatkan bahwa media sosial memiliki kapasitas untuk menyebarluaskan informasi yang salah, memunculkan teori-teori konspirasi liar, membicarakan kubu tertentu secara negatif tanpa dasar yang jelas, serta menyebabkan terjadinya polarisasi di masyarakat.
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/12/11/lewat-buku-demokrasi-di-era-post-truth-kepala-bin-uraikan-ancaman-disinformasi-serta-polarisasi
#BeritaBukuKPG #DemokrasidiEraPostTruth #BudiGunawan #BaritoMulyoRatmono #PenerbitKPG
Lewat Buku “Demokrasi di Era Post Truth”, Kepala BIN Uraikan Ancaman Disinformasi serta Polarisasi - Tribunnews.com
Dalam bukunya, Budi memperlihatkan bahwa media sosial memiliki kapasitas untuk menyebarluaskan informasi yang salah
"Sekian dasawarsa setelah Bung Karno, kita hidup dalam sebuah zaman yang makin menyadari ketidaksempurnaan nasib." Itu adalah kalimat esai pertama dari buku Pembentuk Sejarah: Pilihan Tulisan Goenawan...View More"Sekian dasawarsa setelah Bung Karno, kita hidup dalam sebuah zaman yang makin menyadari ketidaksempurnaan nasib." Itu adalah kalimat esai pertama dari buku Pembentuk Sejarah: Pilihan Tulisan Goenawan Mohamad. Bagi pembaca di Tanah Air yang sudah kerap mengikuti tulisan-tulisan GM, itu bisa langsung mengimbau untuk menyimaknya lebih jauh.
Buku ini terdiri dari tiga bagian. Delapan dari ke-23 esai di dalamnya, sudah pernah dimuat dalam kumpulan tulisan bagus lainnya dari GM, Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2001), dengan kata pengantar bersinar dari Hamid Basyaib. Bagian I perihal "Tokoh Bangsa" terdiri dari sembilan esai, membicarakan delapan tokoh. Bagian II "Cendekiawan" dengan lima esai, mengangkat lima cendekiawan. Dan Bagian III "Sastrawan" dengan sembilan esai, enam di antaranya panjang, membahas delapan sastrawan.
https://kolom.tempo.co/read/1535474/tutur-sejarah-goenawan-mohamad/full&view=ok
#BeritaBuku #BeritaBukuKPG #PembentukSejarah #GoenawanMohamad #KumpulanEsai #PenerbitKPG
Tutur Sejarah Goenawan Mohamad
Ulasan buku Pembentuk Sejarah: Pilihan Tulisan Goenawan Mohamad.
Tulisan-tulisan Goenawan Mohamad tidak hanya menjadi catatan perjalanan sejarah, tetapi juga inspirasi bagi banyak orang. Di sisi lain, Goenawan juga terinspirasi banyak orang sehingga baginya sejarah...View MoreTulisan-tulisan Goenawan Mohamad tidak hanya menjadi catatan perjalanan sejarah, tetapi juga inspirasi bagi banyak orang. Di sisi lain, Goenawan juga terinspirasi banyak orang sehingga baginya sejarah tidak didominasi seorang tokoh atau satu pemikiran saja.
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2021/11/30/melihat-sejarah-lewat-mata-goenawan-mohamad
#BeritaBuku #BeritaBukuKPG #PembentukSejarah #GoenawanMohamad #KumpulanEsai #PenerbitKPG
Melihat Sejarah lewat Mata Goenawan Mohamad
Melalui buku ”Pembentuk Sejarah, Pilihan Tulisan Goenawan Mohamad”, semua bisa melihat dan merasakan Indonesia dari persepsi dan citarasa Goenawan Mohamad.
page=2&year=&month=&hashtagsearch=BeritaBukuKPG
Load More