Kepustakaan Populer Gramedia
on March 6, 2020 545 views

Sebelum era keterbukaan informasi, pernyataan orang-orang yang memiliki keahlian atau pengetahuan di bidang tertentu menjadi pegangan. Setelah internet memungkinkan semakin banyak orang terhubung, serta bertukar informasi tanpa batas ruang dan waktu, para pakar tak lagi didengarkan. Kini setiap orang dapat menyuarakan aspirasinya di berbagai kanal, sebut saja yang termasif melalui jejaring media sosial. Terlepas dari benar atau salah, orang tidak peduli, selama suatu pernyataan dari orang berpengaruh yang muncul di kanal populer itu sejalan atau mewakili nilai-nilainya. Tom Nichols, profesor U. S. Naval War College dan Harvard Extension School, menyebut fenomena ini sebagai era matinya kepakaran. Sementara Budiman Sudjatmiko, politisi sekaligus pendiri Inovator 4.0 Indonesia menilai situasi ini lebih tepat disebut sebagai era matinya kewarasan. "Ketika kewarasan mati, korban pertamanya adalah kepakaran," ujar Budiman dalam pertemuan perdana musim kedua Science Underground di Teater Utan Kayu, Jakarta, Jumat (21/2) malam. Buku Tom Nichols berjudul "The Death of Expertise" atau "Matinya Kepakaran" menjadi bahan diskusi.

Apa dampak matinya kewarasan, khususnya di Indonesia? Mengapa muncul fenomena tweet war yang melibatkan tidak hanya kalangan pakar, tapi juga masyarakat umum? Bagaimana cara menghadapi irasional akut, baik di forum publik maupun perdebatan pribadi? 

Diskusi selengkapnya dapat kita saksikan dalam pertemuan perdana musim kedua Science Underground ini. 

-----

Rekaman diskusi Sains Underground 2019 bersama Budiman Sudjatmiko, tonton di: https://youtu.be/DBrLC5F0vEk.

Budiman Sudjatmiko bicara tentang manusia Indonesia dan sains, tonton di: https://youtu.be/fCZv93_IC3g.

Categories: Sains Underground
Like (1)
Loading...
1