Description



Bicara Balai Pustaka, akan kurang jika tidak menyebut Nur Sutan Iskandar. Guru magang di sekolah desa di Sungai Batang, Sumatra Barat yang kemudian menemukan panggilan hidupnya menjadi penulis novel setelah merantau ke Jakarta. Tahun 1919 di Ibu Kota, Muhammad Nur (nama aslinya) memulai kariernya bersama Balai Pustaka sebagai penyunting naskah fiksi Melayu. Karena kinerjanya yang baik dan kecerdasannya, Nur dalam waktu singkat menduduki kursi Redaktur Kepala Balai Pustaka (1925-1942), dan terakhir menjabat Kepala Pengarang sampai 1945. Masa pensiunnya dihabiskan dengan mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, menulis novel, dan menerjemahkan sejumlah karya sastra dunia, dari Quo Vadis hingga karya Arthur Conan Doyle. Nur Sutan tercatat telah menerbitkan 21 buku sepanjang hidupnya, Jumlah itu belum terhitung karya sastra asing yang ia terjemahkan.


Karya sastra Nur Sutan Iskandar yang paling populer, meliputi Neraka Dunia, Hulubalang Raja, dan Katak Hendak Dijadi Lembu.