Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
Apa yang membuat masyarakat Indonesia senang mempelajari pemikiran-pemikiran barat. Di berbagai perguruan tinggi banyak mahasiswa sangat antusias dengan pemikir-pemikir dengan nama Sokratres, Aristoteles, Descartes, Locke, Nietzsche, bahkan hingga Freud. Karena ilmu pengetahuan jauh lebih berkembang, lebih baik, lebih cocok, atau bagaimana? Bukankah kita juga memiliki falsafah sendiri.
Jika dianggap pemikiran barat cocok dengan masyarakat Indonesia, kelihatannya kurang tepat. Berbagai studi sejarah sangat sering membantah jika pemikiran barat cocok diaplikasikan di Indonesia. Paham komunis tidak diterima di Indonesia, bahkan hingga Islam Arab pun sering mendapat kritikan ketika diejawantahkan di Indonesia. Kecuali paham-paham tersebut telah disesuaikan dengan kultur Indonesia. Baik itu dengan akulturasi maupun asimilasi.
Mempelajari pemikiran barat memang apik bagi pengetahuan setiap manusia. Karena dengan demikian pemahaman yang dimiliki seseorang akan lebih luas dan tidak gampang diadu domba. Kedalaman wawasan akan membuat orang semakin bijaksana. Hanya saja mempelajari pemiliran barat tanpa mempelajari pemikiran daerah sendiri juga kurang tepat. Seolah orang akan kehilangan identitas. Kehilangan identitas akan menyebabkan masyarakat tidak diperhitungkan oleh peradaban. Dengan bahasa lain: dijajah!
Di sisi lain mempelajari pemikiran Indonesia akan sulit dilakukan ketika referensi sulit diperoleh. Harus kita akui apabila falsafah Indonesia kalah berkembang daripada paham-paham yang masuk ke wilayah Indonesia. Namun Indonesia kiranya harus berterima kasih kepada Ayu Utami. Lewat Anatomi Rasa Ayu Utami memaparkan hasil studi psikologi indigenus tentang falsafah Nusantara. (Halaman 272)
Anatomi Rasa memiliki arti 'struktur Rasa'. Falsafah mengenai rasa secara khusus berkembang di wilayah Jawa. "Lagi pula, pengalaman Jawa toh tidak bisa dilepaskan dari pengalaman Nusantara. Seperti juga pengalaman Batak, Dayak, Bali, Bugis, dan lain-lain" (halaman XV). Daerah satu dan daerah lainnya tidak berdiri sendiri-sendiri. Tiap daerah Indonesia masih memiliki keterkaitan, terutama ihwal Rasa.
Melalui tokoh bernama Parang Jati, buku ini berusaha menjelaskan tuntas pengetahuan mengenai falsafah Rasa. Secara substansi buku ini dibagi menjadi tiga bagian: Rasa, Religi, dan Rasio. Rasa menjelaskan struktur rasa dari alam kebatinan Jawa. Bagaimana rasa dibagi menjadi tiga tingkatan. Bagaimana kisah Dewa Ruci menjelaskan falsafah rasa. Pancapat. Hingga cara untuk melatih batin.
Religi berisi perjalanan rasa dalam sejarah Nusantara. Dimulai dari Punakawan, Sudamala, Sutasoma, hingga Pancasila. Terakhir, rasio berisi pemahaman tentang teori rasa di era saat ini. Lebih dalam, melakukan pemetaan, perbandingan, hingga spiritualisme kritis.
Membaca Anatomi Rasa akan akan membuat kita tahu jika sebenarnya falsafah Jawa sangat kompleks. Mungkin kita sendiri yang menyalahartikan rasa dengan pendangkalan dan bias rasionalisme (halaman 4-5). Sehingga mengkerdilkan rasa itu sendiri. Lalu menjalani kehidupan tidak lagi sesuai falsafah sehingga menjadi kacau. Dengan bukti Indonesia yang dahulu dikenal sangat ramah berubah menjadi gandrung perdebatan dan pertengkaran.
Buku ini akan membawa pembaca untuk menjelajahi struktur kebatinan Jawa. Tidak hanya mengetahui esensi dan sejarahnya, melainkan juga bukti jika falsafah Jawa masih sesuai kiwari. Hanya saja pembaca harus menunggu buku selanjutnya karena Anatomi Rasa masih berupa pintu untuk memahami spiritualisme kritis. "Buku ini belum akan membahas secara tuntas apa itu spiritualisme kritis. Catatan kecil ini memusatkan diri pada suatu mekanisme yang sungguh sangat penting, yang berkembang secara tulen dalam kebatinan Jawa." (Halaman xiv)
Buku dilengkapi dengan beberapa gambar yang menjelaskan pemaparan penulis. Misalnya gambar hari Jawa: pon, wage, kliwon, legi, pahing (halaman 36). Puser, ari-ari, getih, ketuban, pancer (halaman 37). Dorongan meniada, dorongan keindahan, dorongan mengada, dorongan kebenaran, wadah, wiji (halaman 38, 69, & 206). Punakawan Jawa dan Bali (halaman 113-114), yang masing-masing gambar sesuai struktur falsafah rasa. Selain itu beberapa gambar penjelas yang lain, kutipan, dan tabel.
Peresensi: Khoirul Muttaqin
Dimuat di: Kabar Madura, Selasa, 9 Juli 2019.
Be the first person to like this.
Ini unggahan terakhir. Untuk kembali ke unggahan awal, klik:
https://siapabilang.com/buku-anatomi-rasa/wall/
Untuk kembali ke laman Karya, klik:
https://siapabilang.com/pages/category/1/karya
Anatomi Rasa
Anatomi Rasa. 2 likes. SinopsisMarja, apa itu cinta?Cinta adalah pesawat luar angkasa di tengah semesta sunyi senyap yang mendapat sinyal bersahabat. Pertanyaan yang menemukan jawab. Petunjuk bahwa