Kepustakaan Populer Gramedia
shared a video
CERAMAH PAKAR BIDANG SASTRA "Namaku Alam: Dunia dan Penciptaannya" karya Leila S. Chudori
342 views
Lelaki ibarat bayi berkumis. Tidak pernah tumbuh dewasa, menurut Sigmund Freud. Perjalanan psikis Segara Alam dibedah oleh psikolog klinis Prapancha Hary dan dosen fakultas ilmu budaya Universitas Gadjah Mada Dr. Sudibyo dalam Ceramah Pakar Sastra bersama penulis Leila S. Chudori pada Senin, 13 Mei 2024.
Be the first person to like this.

Helen Dam
Good day, esteemed individual! With https://sloperun.org utmost respect and admiration, I send my warmest greetings, hoping that each moment of your day is filled with serenity, inspiration, and moments of pure bliss. May you navigate through life's journey with grace and embrace every opportunity...View More
- July 30, 2024
Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
Ada dua simbol yang melekat pada burung nasar, yaitu bangkai dan pembersihan. Burung nasar memiliki indra penciuman yang tajam untuk melacak bangkai hingga jarak satu kilometer lebih. Ia akan mengelilingi bangkai tersebut, menyambar, lalu memakannya. Meski begitu, burung nasar menjadi simbol kebersihan dalam lingkaran kehidupan dan kematian dalam sejarah Mesir kuno. Barangkali, epigram burung nasar sengaja disematkan Leila S. Chudori untuk menggambarkan betapa peliknya kisah Segara Alam—anak seorang komunis yang telah dieksekusi mati.
Sejak halaman pertama kita diajak untuk merasakan keampuhan photographic memory dari tokoh bernama Segara Alam. Kisah detik-detik terakhir bapaknya digambarkan dengan sangat detail seolah-olah kita sedang menyaksikan eksekusi tersebut. Keahlian untuk mengingat hal-hal detail ini nyatanya memberikan masalah tersendiri dalam diri Alam. Alih-alih mengingat hal-hal indah yang hanya datang sekelebatan, ia justru kerap kali didatangi mimpi buruk kisah kelam bapaknya.
Spesifikasi Produk
Penulis: Leila S. Chudori
Ilustrator: Toni Masdiono
Perancang sampul: Toni Masdiono & Aditya Putra
Editor: Christina M. Udiani & Endah Sulwesi
Penataletak: Teguh Tri Erdyan
Kategori: Fiksi, Fiksi Berlatar Sejarah, Novel
Terbit: 20 September 2023
Harga: Rp120.000
Tebal: 448 halaman
Ukuran: 135 mm × 200 mm
Sampul: Softcover
ISBN: 9786231340825
ID KPG: 592302176
Bahasa: Indonesia
Usia: 18+
Penerbit: KPG
Leila S. Chudori memperlihatkan bagaimana trah atau garis keturunan berpengaruh pada nasib seseorang. Baik nasib baik, maupun nasib malang. Selain Alam, Bimo yang merupakan anak eksil politik yang tak bisa kembali ke Indonesia di zaman Orba mengalami hal serupa. Yang lebih mengerikan, nasib malang Bimo justru didapat oleh ayah tirinya—seorang tentara yang menjadi kekasih ibunya. Bimo kerap kali disiksa dengan disundut rokok di berbagai bagian tubuh. Hal ini memaksa Alam dan keluarga untuk bertindak, mengajak Bimo untuk tinggal di rumahnya meski setiap akhir pekan harus pulang ke rumah ibunya.
Selain itu, represi militer pada orang-orang yang terlibat dengan komunis diperlihatkan dengan cara yang memilukan. Berbeda dengan novel Laut Bercerita yang menceritakan detail adegan penyiksaan terhadap aktivis reformasi. Pada bab 6 (hal. 151-173) buku ini, Leila S. Chudori memperlihatkan bagaimana nasib malang keluarga Alam saat diinterogasi. Ibu Alam secara tersirat dipaksa untuk melayani nafsu bejat si tentara. Sedangkan Yu Kenanga kecil harus membersihkan ruangan penuh darah bekas penyiksaan keluarga yang ditengarai terlibat komunis.
Tidak hanya keluarga militer, hegemoni keluarga konglomerat yang dimaksudkan memiliki pengaruh dalam politik Indonesia juga diperlihatkan. Kisah Denny dan Trimulya contohnya. Denny anak seorang konglomerat tambang nyaris tak tersentuh oleh hukuman saat ia berbuat salah di sekolah. Segala permasalah di sekolah era pasca ’65 seolah-olah mudah diselesaikan dengan pertanyaan, “siapa bapakmu?” atau “siapa ibumu?”.
Epigram burung nasar yang melekat pada tokoh Alam semakin kentara menuju babak akhir cerita. Alam diumpamakan sebagai mayat hidup yang kapan saja bisa mati oleh burung-burung nasar yang berputar-putar di atas kepalanya. Sebaik apa pun seorang Alam bertindak, ia tidak bisa menghapus garis keturunan yang dibawa oleh bapaknya. Seolah-olah ia hanya menunggu waktu untuk disambar dan dimakan oleh kebijakan pemerintah yang mencanangkan kebijakan bersih diri dan bersih lingkungan. Hal ini semakin menguatkan simbol burung nasar sebagai pembersih bangkai-bangkai yang bahkan sudah berbau busuk.
Tetapi, Alam tidak serta merta menerima nasibnya begitu saja. Melalui tokoh Ibu Umayani, semangat Alam mulai bangkit untuk menantang catatan sejarah yang sengaja ditulis untuk mendukung hegemoni pemerintah Orba.
Dalam buku ini, kita akan diajak memahami fragmen kehidupan yang amat penting. Bahwa meski sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sekolah bernuansa politis, penulisan sejarah seharusnya tidak akan pernah selesai. Seperti dalam hal.358 buku ini, melalui tokoh Bu Umayani yang mengatakan jika penulisan sejarah akan terus berlanjut. Suatu hari, Para Pencatat Sejarah (sebuah ekstrakurikuler di sekolah Putra Nusa) bisa berbincang dan menggali sejarah yang hilang dari saksi atau keluarga korban tragedi ’65. Hal ini menegaskan bahwa dibutuhkan orang-orang yang berani dan telaten untuk mencatat sejarah yang hilang atau disembunyikan atau dilupakan.
Secara keseluruhan, Leila S. Chudori berupaya memberikan impresi kedekatan pada pembaca secara utuh. Selain kedetailan teknis cerita, Leila juga menambahkan keterangan istilah dan sumber kutipan. Menariknya, dalam bagian “Ucapan Terima Kasih”, Leila S. Chudori memberikan kesaksian proses kreatif novel ini. Namaku Alam dikatakan sebagai spin-off novelPulang yang berhasil menyabet Prosa terbaik Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2013. Selanjutnya, buku ini rencanakan menjadi trilogi. Patut kita tunggu bagian kedua novel Namaku Alam.
Presensi: Sapta Arif (Kepala Humas STKIP PGRI Ponorogo)
Dimuat di: Jawa Pos, Sabtu, 9 Desember 2023
Lazario Peepin
Hi there! My introduction to https://slotscity.com/promotions came from a recommendation in a gaming community Discord chat. The members were discussing the best casino loyalty programs, and SlotsCity was highly recommended for its rewarding promotions. Since joining, I've been impressed with the lo...View More
Vitto Scaletta
Hello everyone! I recently joined [url=https://bally-casino-uk.com]Bally Casino[/url] UK and I have to say it's been an amazing experience! Right from the start, the 100% match on my first deposit was a fantastic welcome. Also, the 10 free spins on the slot game of my choice was a great way to get t...View More
Cris Porper
Han Zerat
Last week, when I was in Kenya I tried to play at https://1win.or.ke/app/ I got a cool welcome bonus and was able to start playing faster. Also, the game catalog is just amazing. You will always get polite support here and the administration works around the clock. The intuitive interface helped me ...View More
Kepustakaan Populer Gramedia
added new photo album "Berita Buku Namaku Alam"
Ini unggahan terakhir. Untuk kembali ke atas, klik:
https://siapabilang.com/buku-namaku-alam/wall/
Untuk kembali ke laman Karya, klik:
https://siapabilang.com/pages/category/1/karya
Namaku Alam
Namaku Alam. 1 like. JILID 01SinopsisInilah yang kubayangkan detik-detik terakhir Bapak:18 Mei 1970.Hari gelap. Langit berwarna hitam dengan garis ungu. Bulan bersembunyi di balik ranting pohon randu.