Tahun ini adalah tahun Iksaka Banu. Karyanya ,sebuah kumpulan cerpen berjudul “Teh dan Pengkhianat” meraih dua penghargaan sekaligus: Kusala Sastra Khatulistiwa untuk Prosa Terbaik tahun ini; dan juga...View More
Season 2: In Conversation with Iksaka Banu
Share your audio with friends, family, and the world on siapabilang.com. Tahun ini adalah tahun Iksaka Banu. Karyanya ,sebuah kumpulan cerpen berjudul “Teh dan Pengkhianat” meraih dua penghargaan
Be the first person to like this.
Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
Dalam catatan Raffles disebutkan rokok menjadi komoditi di Jawa sejak tahun 1600-an. Hal senada dibenarkan dalam Babab Ing Sangkala (1601-1602), kematian Panembahan Senopati ditandai dengan masuknya tembakau ke Pulau Jawa dan semenjak itu kita mengenal merokok, atau ngudud. Dengan gaya realis dan tenang, Iksaka Banu mendedah tokoh penting dalam industri rokok Kudus. Nitisemito yang oleh Ratu Wilhelmina mendapatkan gelar De Kretek Konning (Raja Kretek). Novel ini memiliki tiga suara tuturan, yaitu Bardiman Sapari wartawan dari Koran Matahari Timur, Filipus Retchterhand dan Goenawan Wirosoeseno. Dua nama terakhir adalah pegawai NV Nitisemito saksi jatuh-bangun pabrik rokok itu.
Filipus dan Wirosoeseno adalah dua kutub berbeda. Filipus adalah orang Belanda yang mendapat kepercayaan dalam bidang akuntansi NV Nitisemito. Sedangkan Wirosoeseno anak seorang priyayi Yogyakarta, yang berhasil ngenger dan kemudian bekerja sebagai salah tim promosi. Di tengah keadaan di mana garis demarkasi antara pribumi-belanda menebal, keduanya justru rukun dan bekerja demi ribuan buruh Nitisemito. Kami bisa bersatu dan saling menghargai. Timur dan Barat, demikian tegas Filipus. Bercampurnya unsur barat dan timur di NV Nitisemito semakin menasbihkannya sebagai raja kretek. Selain tentu jumlah karyawan dan produksi rokok Bal Tiga NV Nitisemito menguasai lapisan masyarakat Kudus kala itu. Kondisi ini yang kemudian menjadi daya tarik semua kalangan, terutama kaum non-priyayi yang lebih mengedepankan rokok bukan sebagai simbol. Kepraktisan rokok pabrikan dan rasa saus yang nikmat, membuat Rokok Tjap Bal Tiga menguasai pasaran rokok kala itu.
Dalam catatan Sander L. Gilman and Zhou Xun, Smoke: A Global History of Smoking (2004), usaha Nitisemito telah lebih dahulu dilakukan oleh Haji Djamari pada akhir abad ke-19. Konon rokok dimulai dengan keampuhan minyak cengkeh menyembuhkan sakit. Kemudian Haji Djamari bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok. Dengan resep saus khusus, Nitisemito mengeluarkan merek rokok tjap kodok nguntal ulo, kemudian diganti tjap bal tiga. Kemegahan pabrik NV Nitisemito mulai digoyang beberapa halangan. Guncangan pertama ialah ketika telah terjadi kegagalan besar panen cengkeh di Zanzibar dan Madagaskar. Harga satu pikul cengkeh naik dari f.75 menjadi f.160 (hal.167). kondisi makin parah ketika pada 18 Desember 1930, Gunung Merapi meletus. Kata-kata sudah dianggap terlalu sulit untuk menjelaskan keadaan, belakangana kabar murung itu lebih banyak hadir dalam wujud grafik dan angka. (hal.168)
Penulis: Iksaka Banu
Editor: Ining
Kategori: Sastra, Fiksi, Novel
Terbit: 14 Agustus 2017
Harga: Rp 80.000
Tebal: 168 halaman
Ukuran: 130 mm x 190 mm
Sampul: Softcover
ISBN: 9786024243319
ID KPG: 591701388
Bahasa: Indonesia
Usia: 17+
Penerbit: KPG
Lubang jarum pertama lolos dilewati Nitisemito. Lubang kedua ialah ketika pemerintahan Hindia Belanda memberlakukan accijn, cukai rokok yang menembus 40% harga jual. Imbas dari kebijakan belasting ordoniante, mengembalikan kas kerajaan Belanda akibat perang dan krisis malaise secara global (hal.85). Hampir-hampir terjadi massa-onstlag, pemecatan massal di NV Nitimsemito. Ujian kedua lolos dengan ide-ide brilian dari tim promosi Wirosoeseno. Namun ujian terberat adalah ketika terjadi konflik kepentingan dalam keluarga Nitisemito. Antara Karmain dan Akoean Markoem. Aneka gosip dan isu berembus di kalangan karyawan. Pak Nitisemito yang gemar main perempuan, persekongkolan dengan kelompok Sarikat Dagang Islam dan Soekarno. Hingga penahanan Karmain atas tuduhan penggelapan rokok tanpa kertas cukai.
Ini adalah mula jatuhnya NV Nitisemito. Konflik keluarga dan munculnya pesaing kuat merek Minak Djinggo pada tahun 1930. Pemilik rokok ini, Kho Djie Siong, adalah mantan agen Bal Tiga. Kho Djie Siong mempelajari rahasia racikan dan strategi dagang dari Karmain. Kedekatan dengan kelompok nasionalis, Soekarno dan Sarikat Islam masih terlalu samar dalam novel ini. Iksana Banu belum mengulas lebih seberapa jauh Nitisemito, sebagai pengusaha sukses memiliki peran dalam pergerakan nasional pra kemerdekaan.
Rokok telah menjadi budaya sekaligus identitas bangsa. Meleburkan strata, menghapus kelam sejarah. Mengutip kalimat Mark Hanusz dalam bukunya Kretek-The Cultural and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes, ‘kretek bukan hanya simbol masyarakat dan budaya, rokok perwajahan sebuah bangsa. []
Resensi dimuat di Harian Bhirawa edisi 8 Desember 2017
Peresensi: Khoimatun Nikmah, mahasiswi Teknik Sipil. Universitas Semarang.
Liputan Media dari kumparan.com tentang buku Sang Raja
https://kumparan.com/kumparanhits/iksaka-banu-luncurkan-novel-sang-raja-dari-kehidupan-nitisemito
Iksaka Banu Luncurkan Novel 'Sang Raja' dari Kehidupan Nitisemito
Nitisemito merupakan raja rokok kretek Tjap Bal Tiga yang berjaya di Kudus pada era 1920-an.
Review Buku Sang Raja di Goodreads
https://www.goodreads.com/book/show/36242925-sang-raja?from_search=true&qid=ojRoBbMDlU&rank=1
Sang Raja
Sang Raja book. Read 23 reviews from the world's largest community for readers. Di zaman ketika warga bumiputra masih dianggap sebagai warga negara kelas...
Resensi Buku Sang raja di artikulasi.id
https://www.artikulasi.id/2018/02/lorem-ipsum-2.html
Resensi Novel Sang Raja
Situs berbagi artikel, opini, sastra, puisi, resensi buku dan film.
Ini unggahan terakhir. Untuk kembali ke unggahan awal, klik:
https://siapabilang.com/buku-sang-raja/wall/
Untuk kembali ke laman Karya, klik:
https://siapabilang.com/pages/category/1/karya
Sang Raja
Sang Raja. 2 likes. SinopsisDi zaman ketika warga bumiputra masih dianggap sebagai warga negara kelas tiga, Wirosoeseno, Jawa tulen, dan Filipus Rechterhand, Belanda totok, pergi berkelana dan mend