Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolus...
shared a photo
Douwes Dekker yang dikenal dengan nama Multatuli, adalah seorang berdarah campuran Belanda, Perancis, Jerman dan Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mencapnya sebagai salah satu ancaman. Bagaimana kah p...View More
Be the first person to like this.
Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolus...
shared a video
Ernest Douwes Dekker, berdarah Belanda tapi pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia. Nikmati riwayat singkat jasa Douwes Dekker dari kanal YouTube Kok Bisa?
Sumber: kanal YouTube Kok Bisa?
#Mendenga...View More
Douwes Dekker, Sosok ‘Asing’ yang Membela Indonesia
315 views
Kalau kita mendengar kata pahlawan kemerdekaan Indonesia, mungkin sosok ini jarang terlintas di pikiran. Kulitnya putih dan berhidung mancung. Dari luar, fis...
Buku ini menceritakan kisah si pemberani yang dikenal sebagai Danudirja Setiabudi. Selain itu, buku ini adalah salah satu contoh buku yang bisa menginspirasi generasi muda di Indonesia. Dengan membaca...View More
Resensi Buku Douwes Dekker Sang Inspirator Revolusi
RESENSI DOUWES DEKKER SANG INSPIRATOR REVOLUSI Judul Buku : Douwes Dekker "Sang Inspirator Revolusi" Pengarang : Seri ...
Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolus...
shared a video
Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan 8 Oktober 1879. Dia seorang indo, campuran dari pribumi dan Belanda. Masih punya hubungan kerabat dengan Multatuli atau Eduard Douwes Dekker yang menulis Max Hav...View More
Ernest Douwes Dekker Belanda Peranakan yang membela pribumi
429 views
Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan 8 Oktober 1879. Dia seorang indo, campuran dari pribumi dan Belanda. Masih punya hubungan kerabat dengan Multatuli atau Eduard Douwes Dekker yang menulis Max Havelaar.Orang indo, atau yang berdarah campuran pribumi dan eropa, umumnya ingin menjadi orang Eropa. Tapi beda dengan Nest. Dia justru mengkampanyekan pemerintahan Hindia yang merdeka dan berdiri sendiri. Nest juga salah satu orang yang memelopori nasionalisme. Tidak hanya satu suku, tetapi sebagai sebuah bangsa.
Nest kemudian menggunakan nama Danudirja Setiabudi. Berkali-kali dibuang Belanda, tidak menyurutkan niatnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, Setiabudi sempat menjadi menteri dalam kabinet Sjahrir. Dia juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Menjadi anggota delegasi perundingan dengan Belanda, konsultan hingga pengajar ilmu politik.
Ulasan buku "Seri TEMPO: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolusi" tersedia di Goodreads. Kalau sudah selesai baca, yuk, ikutan berbagi pengalaman bacamu, bisa di Goodreads atau kolom komentar di bawah...View More
Douwes Dekker
Douwes Dekker book. Read 11 reviews from the world's largest community for readers. Di dalam tubuhnya mengalir darah Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa, ...
Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
Selain para pribumi yang menjadi tokoh pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia, ternyata ada pula beberapa nama Belanda yang ikut bersumbangsi berjuang demi meraih kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah Douwes Dekker, yang memiliki nama lengkap Ernest Francois Eugene Douwes Dekker. Dia lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879. Dia memiliki darah campuran Belanda, Prancis, Jerman dan Jawa.
Namun meski bukan penduduk Indonesia tulen, tapi semangat nasionalismenya lebih menggelora daripada penduduk bumiputra. Dalam pergerakan revolusi, Douwes Dekker memiliki pemikiran dan gagasan yang melampaui zaman. Buku ini memaparkan tentang semangat perjuangan Douwes Dekker dalam meruntuhkan pemerintah Hindia-Belanda.
Dengan sifat kritis dan penuh keberanian, dia mengkritisi kekejaman pemerintahan Hindia-Belanda dan berani menolak diskriminasi. Hal inilah yang pada akhirnya membuat pemerintah Belanda berang dan menganggap Douwes Dekker sebagai agitator berbahaya.
Bersama Tcipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker mendirikan partai politik pertama di Indonesia, bernama Indische Partij. Di mana partai ini didirikan dengan tujuan untuk membangkitkan rasa patriotisme orang Hindia untuk tanah yang memberikan kehidupan, yang mendorong untuk bekerjasama atas dasar persamaan hak politik nasional untuk mengembangkan tanah air Hindia ini, dan untuk mempersiapkan sebuah kehidupan bangsa yang merdeka (hal 26).
Hadirnya partai ini meniupkan roh di awal masa pergerakan dan merupakana pondasi penting bagi nasionalisme Hindia. Douwes Dekker adalah sosok organisator yang tidak pernah lelah berjuang. Dia mendedikasikan hampir seluruh hidupnya untuk kemerdekaan Indonesia. Douwes Dekker yang ternyata masih satu keturunan dengan Eduard Douwes Dekker—penulis buku Max Havelaar yang memiliki nama pena Multatuli—ini menyerukan ide pentingnya warga Hindia menjadi satu bangsa, yang membangun kekuatan sendiri.
Dia sama sekali tidak gentar meski berkali-kali keluar masuk penjara bahkan diasingkan untuk beberapa waktu yang cukup lama. Memang sejak dia menunjukkan sikap anti penjajah, Belanda sudah mengawasi dan menganggap Douwes Dekker adalah salah satu tokoh yang berbahaya, yang bisa mengkompori bumiputra untuk melawan pemerintah Hindia-Belanda sewaktu-waktu. Oleh karena itu ketika Douwes Dekker mendaftarkan perjininan berdirinya partai Indische Partij, dengan tegas Beladan menolaknya, karena partai itu dianggap berbahaya, mengancam kemananan dan ketertiban umum.
Tapi bukan Douwes Dekker jika langsung menyerah. Dengan kemampuannya jurnalistiknya, kerap kali Douwes Dekker menantang pemerintah Hindia-Belanda lewat tulisan-tulisan yang tajam, memojokkan dan pedas di berbagai media. Dia mengkritisi politik etis yang memecah belah penduduk pribumi, indo dan priyayi. Akibat keberaniannya itu, Douwes Dekker di mata tokoh-tokoh politik Belanda dianggap sebagai avonturir, oportunis bahkan schoelje atau “si bangsat” (hal 38). Di mana akibat dari tulisannya yang kerap kali menggugat, dan mengecam Belanda dan terus membangkitkan nasionalisme, dia mendapat lima gugatan hukum.
Dia pernah menjalani hukuman penjara di beberapa negara. Lalu bersama Tcipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker dibuang ke Belanda. Kemudian mereka memanfaatkan waktu ada untuk melanjutkan sekolah. Selain itu Douwes Dekker juga pernah dituduh menjadi kaki tangan Jepang dan ditahan di Jakarta, kemudian dibawa ke Ngawi, Magelang dan Jawa Timur. Di juga pernah diasingkan di Suriname. Namun semua kejadian itu tetap tidak membuatnya gentar berjuang meraih kemerdekaan Indonesia.
Ketika akhirnya dia kembali ke Indonesia, dia kemudian memilih berjuang lewar jalur pendidikan. Dia menjadi guru mengajar di Ksatrian Institut, sebuah sekolah yang dia bangun bersama beberapa tokoh pentolan Indische Partij. Dalam sekolah ini Douwes Dekker dengan serius mengajarkan pentingnya bangsa merdeka dan mandiri (hal 64). Hal ini tentu saja membuat pemerintah Hindia-Belanda semakin membenci Douwes Dekker.
Kiprah Douwes Dekker ini akhirnya memberi inspirasi bagi para pejuang muda. Seperti Tjokroaminoto dengan Serikat Islam, juga Sukarno dalam mendirikan Partai Nasional Indonesia. Sebelum wafat Douwes Dekker ini menjadi mualaf dan mengganti nama menjadi Danudirja Setiabudi. Dia meninggal tanggal 28 Agustus 1950 karena sakit. Sebuah buku yang patut dibaca dan diapresiasi. Mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah dalam berjuang dan selalu mencintai Indonesia.
Peresensi: Ratnani Latifah
Dimuat di: Koran Jakarta, Kamis, 26 Oktober 2017
Kepustakaan Populer Gramedia
shared a video
Dalam tulisannya, ia sering mengangkat isu-isu soal kelaparan di daerah Indramayu, Jawa Barat. Ia banyak mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial dalam setiap tulisannya.
Kegarangan Douwes ...View More
Profil Douwes Dekker - Aktivis, Penulis, dan Pahlawan Nasional
394 views
Source : Youtube Channel TribunnewsWIKI Official
TRIBUN-VIDEO.COM - Setelah lulus dari Gymnasium Koning Willem III, Batavia (sekarang Jakarta), Douwes Dekker mendapat pekerjaan di sebuah kebun kopi di Malang bernama Soember Doeren, Di tempat itu, Douwes Dekker melihat kesengsaraan para pekerja pribumi dengan sangat nyata. Di mana orang-orang Belanda memperlakukan mereka dengan semena-mena. Hal itu membuat Douwes Dekker tidak bisa tinggal diam. Dikutip dari biografiku.com, Douwes Dekker kerap membela para pekerja kebun tersebut. Imbasnya, ia dimusuhi oleh para pengawas kebun yang lain. Douwes Dekker juga berkonflik dengan managernya yang membuatnya dimutasi di perkebunan tebu Padjarakan. Namun tidak lama, ia berkonflik lagi dengan perusahaannya karena masalah pembagian irigasi antara perkebunan tebu dan para petani yang ada di sekitarnya. Hasilnya, Douwes Dekker dipecat dari perusahaannya. Tidak lama, sang ibu, Louisa Neumann meninggal dunia yang membuat Douwess Dekker terpuruk. Pada tahun 1899, Douwes Dekker meninggalkan Hindia Belanda untuk ikut berperang di Afrika Selatan dalam perang Boer melawan Inggris. Namun nahas, ia berhasil ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Di sana, Douwes Dekker bertemu dengan sastrawan asal India. Keduanya banyak berinteraksi, hingga wawasan Douwes Dekker tentang perlakuan pemerintah kolonial kepada pribumi semakin terbuka. Pulang ke Indonesia pada 1902, Douwes Dekker kemudian bekerja sebagai wartawan di De Locomotief. Dalam tulisannya, ia sering mengangkat isu-isu soal kelaparan di daerah Indramayu, Jawa Barat. Ia banyak mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial dalam setiap tulisannya. Kegarangan Douwes Dekker terhadap pemerintah kolonial semakin menjadi ketika ia menjadi staf majalah Bataviaasch Nieuwsblad pada 1907. Salah satu tulisannya yang paling terkenal adalah “Hoe kan Holland het SpoedigstZijn Kolonien Verliezen?” yang dalam Bahasa Indonesia berarti “Bagaimana Caranya Belanda dapat Kehilangan Koloni-koloninya”. Tulisan-tulisannya sampai membuat Douwes Dekker menjadi target intelijen pemerintah kolonial saat itu. Rumahnya saat itu juga kerap dijadikan sebagai tempat berkumpul para aktivis pribumi seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo. Banyak juga anggapan bahwa berkat bantuan Douwes Dekker, organisasi modern pertama di Indonesia, Budi Utomo dapat berdiri. Pada 25 Desember 1912, Douwes Dekker bersama Suwardi dan Cipto Mangunkusumo mendirikan partai politik dengan haluan nasionalis bernama Indische Partij.
Di dalam tubuhnya mengalir darah Belanda, Perancis, Jerman, dan Jawa, tapi semangatnya lebih menggelora ketimbang penduduk bumiputra.
Peresensi: Eko Alexander
https://tulisankolex.blogspot.com/2017/...View More
Resensi Buku Douwes Dekker "Sang Inspirator Revolusi"
Identitas Buku : Judul Buku : Douwes Dekker “Sang Inspirator Revolusi” Pengarang : Seri Buku Tempo ...
Ini unggahan terakhir. Untuk kembali ke atas, klik:
https://siapabilang.com/buku-seri-tempo-douwes-dekker/wall/
Untuk kembali ke laman Karya, klik:
https://siapabilang.com/pages/category/1/karya
Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolusi
Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolusi. 2 likes. SinopsisKetahuilah bahwa semangat menggapai kemerdekaan tidak hanya dimiliki oleh pribumi, beberapa nama Belanda, Douwes Dekker salah s