#DouwesDekker
Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolus...
shared a photo
Douwes Dekker yang dikenal dengan nama Multatuli, adalah seorang berdarah campuran Belanda, Perancis, Jerman dan Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mencapnya sebagai salah satu ancaman. Bagaimana kah p...View More
Be the first person to like this.
Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolus...
shared a video
Ernest Douwes Dekker, berdarah Belanda tapi pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia. Nikmati riwayat singkat jasa Douwes Dekker dari kanal YouTube Kok Bisa?
Sumber: kanal YouTube Kok Bisa?
#Mendenga...View More
Douwes Dekker, Sosok ‘Asing’ yang Membela Indonesia
292 views
Kalau kita mendengar kata pahlawan kemerdekaan Indonesia, mungkin sosok ini jarang terlintas di pikiran. Kulitnya putih dan berhidung mancung. Dari luar, fis...
Buku ini menceritakan kisah si pemberani yang dikenal sebagai Danudirja Setiabudi. Selain itu, buku ini adalah salah satu contoh buku yang bisa menginspirasi generasi muda di Indonesia. Dengan membaca...View More
Resensi Buku Douwes Dekker Sang Inspirator Revolusi
RESENSI DOUWES DEKKER SANG INSPIRATOR REVOLUSI Judul Buku : Douwes Dekker "Sang Inspirator Revolusi" Pengarang : Seri ...
Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolus...
shared a video
Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan 8 Oktober 1879. Dia seorang indo, campuran dari pribumi dan Belanda. Masih punya hubungan kerabat dengan Multatuli atau Eduard Douwes Dekker yang menulis Max Hav...View More
Ernest Douwes Dekker Belanda Peranakan yang membela pribumi
399 views
Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan 8 Oktober 1879. Dia seorang indo, campuran dari pribumi dan Belanda. Masih punya hubungan kerabat dengan Multatuli atau Eduard Douwes Dekker yang menulis Max Havelaar.Orang indo, atau yang berdarah campuran pribumi dan eropa, umumnya ingin menjadi orang Eropa. Tapi beda dengan Nest. Dia justru mengkampanyekan pemerintahan Hindia yang merdeka dan berdiri sendiri. Nest juga salah satu orang yang memelopori nasionalisme. Tidak hanya satu suku, tetapi sebagai sebuah bangsa.
Nest kemudian menggunakan nama Danudirja Setiabudi. Berkali-kali dibuang Belanda, tidak menyurutkan niatnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, Setiabudi sempat menjadi menteri dalam kabinet Sjahrir. Dia juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Menjadi anggota delegasi perundingan dengan Belanda, konsultan hingga pengajar ilmu politik.
Ulasan buku "Seri TEMPO: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolusi" tersedia di Goodreads. Kalau sudah selesai baca, yuk, ikutan berbagi pengalaman bacamu, bisa di Goodreads atau kolom komentar di bawah...View More
Douwes Dekker
Douwes Dekker book. Read 11 reviews from the world's largest community for readers. Di dalam tubuhnya mengalir darah Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa, ...
Dalam tulisannya, ia sering mengangkat isu-isu soal kelaparan di daerah Indramayu, Jawa Barat. Ia banyak mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial dalam setiap tulisannya.
Kegarangan Douwes ...View More
Profil Douwes Dekker - Aktivis, Penulis, dan Pahlawan Nasional
351 views
Source : Youtube Channel TribunnewsWIKI Official
TRIBUN-VIDEO.COM - Setelah lulus dari Gymnasium Koning Willem III, Batavia (sekarang Jakarta), Douwes Dekker mendapat pekerjaan di sebuah kebun kopi di Malang bernama Soember Doeren, Di tempat itu, Douwes Dekker melihat kesengsaraan para pekerja pribumi dengan sangat nyata. Di mana orang-orang Belanda memperlakukan mereka dengan semena-mena. Hal itu membuat Douwes Dekker tidak bisa tinggal diam. Dikutip dari biografiku.com, Douwes Dekker kerap membela para pekerja kebun tersebut. Imbasnya, ia dimusuhi oleh para pengawas kebun yang lain. Douwes Dekker juga berkonflik dengan managernya yang membuatnya dimutasi di perkebunan tebu Padjarakan. Namun tidak lama, ia berkonflik lagi dengan perusahaannya karena masalah pembagian irigasi antara perkebunan tebu dan para petani yang ada di sekitarnya. Hasilnya, Douwes Dekker dipecat dari perusahaannya. Tidak lama, sang ibu, Louisa Neumann meninggal dunia yang membuat Douwess Dekker terpuruk. Pada tahun 1899, Douwes Dekker meninggalkan Hindia Belanda untuk ikut berperang di Afrika Selatan dalam perang Boer melawan Inggris. Namun nahas, ia berhasil ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Di sana, Douwes Dekker bertemu dengan sastrawan asal India. Keduanya banyak berinteraksi, hingga wawasan Douwes Dekker tentang perlakuan pemerintah kolonial kepada pribumi semakin terbuka. Pulang ke Indonesia pada 1902, Douwes Dekker kemudian bekerja sebagai wartawan di De Locomotief. Dalam tulisannya, ia sering mengangkat isu-isu soal kelaparan di daerah Indramayu, Jawa Barat. Ia banyak mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial dalam setiap tulisannya. Kegarangan Douwes Dekker terhadap pemerintah kolonial semakin menjadi ketika ia menjadi staf majalah Bataviaasch Nieuwsblad pada 1907. Salah satu tulisannya yang paling terkenal adalah “Hoe kan Holland het SpoedigstZijn Kolonien Verliezen?” yang dalam Bahasa Indonesia berarti “Bagaimana Caranya Belanda dapat Kehilangan Koloni-koloninya”. Tulisan-tulisannya sampai membuat Douwes Dekker menjadi target intelijen pemerintah kolonial saat itu. Rumahnya saat itu juga kerap dijadikan sebagai tempat berkumpul para aktivis pribumi seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo. Banyak juga anggapan bahwa berkat bantuan Douwes Dekker, organisasi modern pertama di Indonesia, Budi Utomo dapat berdiri. Pada 25 Desember 1912, Douwes Dekker bersama Suwardi dan Cipto Mangunkusumo mendirikan partai politik dengan haluan nasionalis bernama Indische Partij.
Di dalam tubuhnya mengalir darah Belanda, Perancis, Jerman, dan Jawa, tapi semangatnya lebih menggelora ketimbang penduduk bumiputra.
Peresensi: Eko Alexander
https://tulisankolex.blogspot.com/2017/...View More
Resensi Buku Douwes Dekker "Sang Inspirator Revolusi"
Identitas Buku : Judul Buku : Douwes Dekker “Sang Inspirator Revolusi” Pengarang : Seri Buku Tempo ...