#2
Jakarta, 6 Desember 2023 – Setelah mendapat sambutan hangat untuk lima buku sebelumnya, seri novel Creepy Case Club menerbitkan buku keenam yang berjudul Kasus Hantu Panggung. Selain itu, buku pertama di seri ini, Kasus Nyanyian Berhantu, baru saja dicetak ulang untuk ketiga kalinya.
Creepy Case Club adalah seri novel misteri untuk anak-anak dan pra-remaja, dikenal dengan kategori middle grade, yang juga diminati pembaca dewasa yang rindu akan bacaan masa kecil, atau orangtua yang mencarikan buku bacaan untuk anak-anaknya. Penulis Rizal Iwan sendiri menulis seri buku ini sebagai jawaban atas kerinduannya akan buku-buku yang dibacanya di masa kecil, seperti seri Lima Sekawan (Enid Blyton) dan Goosebumps (R.L. Stine).
Creepy Case Club bercerita tentang Namira, Vedi, dan Jani—tiga siswa SD dengan kepribadian berbeda—yang menyelidiki kasus-kasus misterius di sekitar mereka. Seperti halnya seri Goosebumps, kasus-kasus yang dihadapi oleh kelompok detektif Creepy Case Club berhubungan dengan hantu atau dunia supernatural, namun dengan sentuhan Indonesia yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti lagu anak-anak, permainan tradisional, takhayul, isu lingkungan, hingga legenda urban tentang hantu di dunia virtual. Buku ke-6 sendiri, Kasus Hantu Panggung, bercerita tentang kemunculan sosok penari misterius di acara perpisahan sekolah. Penyelidikan Creepy Case Club kali ini dilatari mitos-mitos dalam dunia seni pertunjukan.
Keunikan Creepy Case Club terletak pada kombinasi hal-hal mistis yang menggelitik keasyikan membaca, dengan cara berpikir logis anak-anak masa kini dalam memecahkan kasus mereka. Kisah-kisahnya mempertanyakan kembali persepsi kita tentang horor, rasa takut, serta hitam putihnya kebaikan dan kejahatan. Selain itu, buku-buku ini juga membahas tentang persahabatan, kehidupan khas anak-anak, tantangan masa tumbuh, serta problema yang mereka hadapi dengan orang-orang dewasa di sekitar mereka. Perpaduan petualangan seru dan cerita mengharukan inilah yang membuat Creepy Case Club disukai pembaca semua umur, dari anak-anak hingga dewasa.
“Saya menulis cerita horor anak bukan untuk menakut-nakuti, tapi menawarkan pertanyaan dan persepsi lain tentang rasa takut kita. Bagaimana kita bisa tetap kritis menghadapi hal di luar logika,” kata Rizal.
Menurut Anna Surti Ariani, psikolog anak dan keluarga, buku horor dan misteri mempunyai manfaat tersendiri bagi pembaca muda.
“Cerita-cerita horor dan misteri—tentunya dalam batas yang sesuai untuk anak— memancing rasa ingin tahu anak, sehingga mereka akan lebih tekun untuk membaca. Bahkan, mereka bisa terdorong untuk membaca ulang dan menemukan angle lain dari cerita tersebut. Akhirnya, kemampuan anak untuk membaca dengan lebih detail akan terbangun,” jelas Anna, dalam acara Ruang Tamu KPG di kanal YouTube Penerbit KPG (tautan terlampir).
Seri buku Creepy Case Club diterbitkan oleh Penerbit Kiddo—lini buku anak-anak dari penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)—dan tersedia di toko buku seluruh Indonesia, juga di toko-toko buku online.
Tiga dari lima buku Creepy Case Club yang sudah terbit menjadi nomine Best Children's Book di ajang penghargaan Scarlet Pen Awards (2020-2023). Saat ini, seri buku Creepy Case Club juga sudah dibeli haknya untuk difilmkan, dan sedang dalam tahap awal pengembangan.
Selain itu, jangan lewatkan juga kesempatan untuk bergabung dalam sesi seru Instagram Live BiBiT (Bincang Buku Sebelum Terbit). Kami mengundang Anda untuk hadir dan menemani kami dalam program bincang buku-buku baru KPG yang akan segera terbit.
Sinopsis Seri Creepy Case Club
#1 Creepy Case Club: Kasus Nyanyian Berhantu
Setelah tak sengaja menyanyikan sebuah lagu lama yang katanya dapat memanggil hantu, arwah seorang anak perempuan meneror Namira. Dibantu Vedi dan Jani, dua teman barunya, ia berusaha mengungkap misteri di balik lagu itu. Sebuah teka-teki yang membuat mereka mempertanyakan kembali arti baik dan jahat.
#2 Creepy Case Club: Kasus Si Anak Indigo
Sekolah Namira, Vedi, dan Jani dibuat heboh ketika Parva si murid baru menjerit-jerit ketakutan di dalam kelas, seperti melihat sesuatu yang tidak tampak oleh murid lain. Namira, Vedi, dan Jani penasaran dan ingin membantu. Apa yang dilihat Parva hari itu? Kenapa “sesuatu” itu mendatanginya? Dan apa rahasia yang selama ini dipendamnya?
#3 Creepy Case Club: Kasus Kutukan Congklak
Jani terjebak dalam kutukan permainan congklak misterius. Kutukan yang membawa Creepy Case Club berhadapan dengan sebuah legenda tentang kerajaan purba dan cerita mengerikan yang bersumber dari permainan anak-anak. Di saat yang sama, Jani juga berkutat dengan ketakutannya sendiri ketika harus menghadapi ibunya yang ambisius.
#4 Creepy Case Club: Kasus Pohon Pemanggil
Saat liburan di desa ayah Vedi, Creepy Case Club berhadapan dengan misteri yang lama tak terpecahkan: hilangnya seorang anak. Menurut takhayul setempat, ini ada hubungannya dengan sebuah pohon angker. Vedi pun mulai diganggu oleh penampakan aneh, serta suara misterius yang memanggil-manggilnya dari arah pohon itu. Kenapa pohon itu memanggilnya? Apa yang akan terjadi bila ia menjawab? Dan, bisakah Vedi menuntaskan urusan yang belum selesai dengan ayahnya?
#5 Creepy Case Club: Kasus Jendela Siluman
Namira dan kawan-kawannya harus beradaptasi dengan kebiasaan baru: sekolah online dari rumah. Suatu hari, ruang kelas online mereka disusupi sosok tak dikenal. Apa yang dicari sosok misterius di balik jendela virtual di layar gadget anak-anak ini? Creepy Case Club terlibat dalam sebuah petualangan yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Petualangan di dunia virtual.
#6 Creepy Case Club: Kasus Hantu Panggung
Saat sedang mempersiapkan pentas acara perpisahan sekolah, Namira, Vedi, dan Jani dikagetkan oleh kemunculan sosok misterius yang ikut menari dalam tarian kelompok Jani. Dibantu Dhana, mereka berusaha mencari tahu siapa penari misterius itu dan kenapa dia menampakkan diri. Apakah ada hubungannya dengan gedung baru tempat acara perpisahan sekolah dilangsungkan, atau dengan mitos-mitos dalam dunia pertunjukan?
Tentang Penulis
Rizal Iwan adalah penulis lepas yang tinggal di Jakarta. Selain seri buku Creepy Case Club, karya fiksinya pernah dimuat di harian The Jakarta Post, Magdalene, Suara Pembaruan, serta beberapa buku antologi bersama penulis lain. Selain menulis, ia aktif di teater sebagai aktor dan penulis naskah. Naskah lakonnya yang berjudul “Pindah” memenangkan Rawayan Award sebagai Naskah Potensial dalam Sayembara Naskah Teater Dewan Kesenian Jakarta 2022.
Be the first person to like this.
Carlos Gucci
I've been on a quest, exploring the vast landscape of online gaming platforms. When I stumbled upon a platform https://jeetwin1.in/ , it was a revelation. The sheer variety of games was astonishing, each promising an adrenaline rush greater than the last. Novice or veteran, this platform is a breeze...View More
- May 24, 2024
Robert julia
The blend of mystery and cultural elements makes it appealing for both kids and adults. If you're interested in exploring more about yourself and how you relate to different experiences, you might enjoy taking the Rice Purity Test. It’s a fun way to reflect on your life experiences! Check it out at ...View More
- November 12, 2024
Naela Ali telah menghasilkan enam buku sejak karya debutnya Stories for Rainy Days #1 terpajang di rak buku Gramedia pada 2016 dan langsung mencetak predikat ‘buku dengan penjualan terbaik’, bahkan sampai sekarang. Stories for Rainy Days #2 terbit Februari 2017, diikuti Things & Thoughts I Drew when I was Bored pada tahun yang sama bulan Agustus. Tak sampai setahun, tepat di bulan kasih sayang, Naela meluncurkan seri ketiga Stories for Rainy Days. Lalu untuk pertama kali, perempuan kelahiran 1992 itu menulis cerita pendek. Kumpulan cerpennya, Floating in Space yang beredar pada Juli 2018 dibuat bersampul hitam kelam. Barangkali untuk menyesuaikan dengan warna langit malam, sebagaimana tokohnya sejak buku perdana selalu memimpikan “Mr. Spaceman”. Tahun ini, Naela menunjukkan produktivitasnya dengan menambahkan Silly Gilly Daily di jajaran buku teranyar Penerbit Pop, lini penerbitan KPG.
Silly Gilly Daily menceritakan tentang Gilly, tokoh imajinasi Naela Ali. Namun pembaca pasti bisa menebak bahwa karakter fiksi tersebut tak lain adalah cerminan sang ilustrator sendiri. Tertarik mengenal Gilly alias Naela Ali lebih dalam? Bagaimana lika-liku perjalanan karier Naela hingga menjadi penulis sukses seperti sekarang? Apa saja hal yang menjadi pelarian dan penghiburan Nae jika rutinitas mulai menjemukan? Simak 10 fakta unik tentang Naela Ali berikut ini.
1. Anak kamar banget
Naela Ali di kamarnya sedang melukis dengan cat air. Sumber: IG @naelaali.
“Aku bisa dibilang dari kecil itu penyendiri. Enggak banyak bergaul, tetapi sekalinya akrab dengan satu lingkungan, aku bisa jadi bawel banget dan banyak gerak, hehe. Cuma suka sulit untuk mulai di lingkungan baru. Comfort zone-ku di kamar. Kalau sudah di kamar enggak akan keluar kecuali makan dan mandi. Di kamar kegiatanku: nonton, baca, gambar dan berimajinasi.“
2. Enggak menonjol di kampus, tapi kalau kerja sepenuh hati bisa juga dapat A
“Waktu kuliah, aku sempat aktif di HIMDKV. Tapi mostly ya ‘ngamar’ aja di kamar kosan. Atau nongkrong-nongkrong sama teman-teman kampus. Soal akademik, aku enggak terlalu bagus. Dapat tugas, aku kerjakan asal jadi saja. Yang penting ngerjain, hehe. Tapi akhir-akhir kuliah, aku mulai perbaiki nilai dan berhasil lulus dengan skor tugas akhir A. Mungkin karena aku mengerjakannya dengan sepenuh hati. Untuk tugas akhir, aku bikin buku tentang tempat bersejarah di Jakarta tapi pakai ilustrasi. Jadi fun banget mengerjakannya. Selebihnya, aku biasa-biasa saja, bukan yang setiap tugas dapat nilai cemerlang.”
3. Kesibukan Naela Ali
Produk kreatif kreasi Naela Ali dalam suatu pameran. Sumber: IG @naelaali.
“Sibuk gambar, gambar dan gambar, hehe. Pekerjaan aku, baik bikin buku atau ilustrasi lepas, semuanya menggunakan gambar. Hobiku pun gambar. Jadi semuanya berputar di menggambar. Selain itu, aku juga sibuk membuat perencanaan, melakukan pemasaran, dan memproduksi merek dagangku sendiri, yaitu Asobi.”
4. Penggemar Jepang, kucing, dan Haruki
"Awalnya karena dari kecil sukanya menyendiri, aku jadi rajin baca buku dan menonton. Dimulai dari baca manga dan nonton anime, aku jadi sering melihat kebudayaan Jepang dan kepikiran “menarik banget kehidupan mereka”. Karena apa yang biasa aku jalani dan apa yang aku lihat di komik dan tv agak sedikit berbeda. Sebenarnya kebudayaan sehari-hari mereka yang awalnya menarik hati. Lama kelamaan semakin tertarik. Aku pun mulai mendalami lagi. Pergi ke Japan Foundation, lihat-lihat di perpustakaannya buku-buku berbahasa Jepang. Kebanyakan belajar dari buku dan nonton saja, sih. Akhirnya bisa menguasai hiragana dan katakana. Walaupun kanji masih belum bisa hehe. Belajarnya dari kecil aja, sedikit-sedikit. Dan kucing itu erat dengan kebudayaan Jepang sejak jaman dulu. Jadi, enggak mungkin enggak jatuh cinta juga sama binatang yang satu itu kalau sudah mempelajari tentang Jepang. Aku juga koleksi semua buku Haruki Murakami.”
5. Film dan musik pembangkit mood
“Aku suka film-filmnya Ghibli. Aku suka Totoro, Spirited Away, Only Yesterday, Ocean Waves. Aku juga suka film ringan dan menghibur. Aku suka romantic comedy, semacam Clueless, 10 Things I hate About You, Notting Hill, Empire Records, dan masih banyak lagi. Kalau musik, jujur, apa saja didengarkan. Mulai dari Blur, Arctic Monkeys, Warpaint, Ryuichi Sakamoto, Joe Hisaishi, Tame Impala, dll. Banyak deh, hahahah.. tergantung mood.”
6. Tak bisa hidup tanpa makanan pedas
“Makanan pedas! Aku enggak bisa hidup tanpa makanan pedas, hehe. Kalau minuman, aku suka susu, ocha dingin dan air mineral.”
7. Main gim saja bisa panik
“Aku sebenarnya enggak terlalu suka main gim, tapi kalau sudah tertarik bisa enggak berhenti main dan lupa waktu. Tapi anaknya ‘panikan’ dan gampang menyerah, kalau sudah enggak bisa, langsung berhenti main daripada stress, haha.”
8. Dukungan luar biasa dari penggemar
“Kalau lagi merasa sendiri atau lagi enggak semangat berkarya, aku bacain DM atau komentar positif dari penggemar dan itu bikin aku langsung semangat lagi. Bagi aku penggemar seperti teman yang selalu support dengan tulus.”
9. Ketika karyanya diremehkan:
“Papaku pernah bilang, “Bicara itu mudah, action yang sulit”. Jadi, walaupun dalam ucapan semua terlihat mudah, percayalah, butuh banyak keberanian dan usaha untuk menjadikannya bentuk nyata. Karyaku pun masih banyak kurangnya, tapi bukankah lebih baik berbuat sesuatu daripada tidak sama sekali dan hanya mengomentari? Kadang aku juga merasa down kok kalau ada kata-kata yang enggak enak didengar. Tapi we can’t please everyone. Jadi, lihat sisi positif saja. Banyak yang bahagia karena bukuku, di situlah aku memfokuskan energi. Dan yang pasti, terus memperbaiki diri.”
10. Terakhir, ada pesan dari Naela Ali:
Inspiration is actually all around you. All you have to do is feel.
Marchella FP "Generasi 90an" | Inspiring People #2
https://www.youtube.com/watch?v=9hQ9o_0uP74&feature=youtu.be
#Generasi90an #MarchellaFP
YouTube
Enjoy the videos and music you love, upload original content, and share it all with friends, family, and the world on YouTube.