#Prakata
These Violent Delights
shared a video
Perempuan kelahiran Shanghai yang besar di Auckland ini bernama Chloe Gong. Saat menjadi maba di University of Pennsylvania, Chloe menulis sebuah buku yang kelak akan menjadikannya salah satu penulis ...View More
These Violent Delights, Kisah Romeo dan Juliet dari Shanghai | Prakata #11
199 views
Perempuan kelahiran Shanghai yang besar di Auckland ini bernama Chloe Gong. Saat menjadi maba di University of Pennsylvania, Chloe menulis sebuah buku yang kelak akan menjadikannya salah satu penulis termuda di New York Times Bestselling List pada usia 21 tahun! Yak, buku tersebut adalah THESE VIOLENT DELIGHTS, volume pertama dari dwilogi fantasi Romeo-Juliet ala Shanghai.
Merayakan terbitnya THESE VIOLENT DELIGHTS edisi bahasa Indonesia, Chloe berbaik hati menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para pembaca di tanah air nih. Mulai dari inspirasi, tokoh-tokoh dalam cerita, sampai rencana event bisa kamu cari tahu di video ini.
THESE VIOLENT DELIGHTS akan terbit 14 September 2022 dan sekarang sudah dibuka preorder-nya di gramedia.com. Jangan sampai ketinggalan ya!
Info buku: https://siapabilang.com/buku-these-violent-delights/
Be the first person to like this.
Azzuskee Paryi
Really interesting topics. Explore and experience different knowledge. Research together to expand deeper knowledge about the topic https://coreballgame.io
- August 1, 2024
Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api
shared a video
Puisi Korea seakan tetap berada di wilayah “lain”. Pernyataan tersebut tidak sekadar bermakna ketersingkiran, tetapi juga berarti puisi memberi cara pandang berbeda tentang Korea, menjadi pintu masuk ...View More
“Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api”, Pintu Menuju “Dunia Alternatif” Korea | Prakata #7
159 views
Pada masa ini, pamor produk kebudayaan (populer) Korea kian naik. Dari musik, serial drama, reality show, film, semuanya menembus pasar dunia. Belakangan, prosa fiksi Korea pun mulai diperhatikan khalayak. Novel-novel Korea banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dan diminati banyak pembaca. Lantas, bagaimana nasib dan kiprah puisi Korea?
Puisi Korea seakan tetap berada di wilayah “lain”. Pernyataan tersebut tidak sekadar bermakna ketersingkiran, tetapi juga berarti puisi memberi cara pandang berbeda tentang Korea, menjadi pintu masuk menuju sebuah dunia alternatif di balik ingar-bingar industri budaya populer Korea. Dalam konteks itulah kumpulan puisi Moon Changgil, “Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api”, hadir. Moon Changgil menulis puisi tentang petani, buruh pabrik, korban kekerasan militer, dan rakyat kecil pada umumnya. Ia menunjukkan pada kita kita berbagai sisi Korea secara nyata, dengan luka-luka sosial, politik, dan sejarahnya.
Moon Changgil lahir di Gimje, Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan. Penyair angkatan ‘80-an di Korea ini mulai menulis puisi pada 1984. Selain menulis, ia memimpin sejumlah media dan aktif di organisasi sastra di Korea. Ia memimpin kelompok Changjak21 sekaligus mengelola majalah sastra Changjak21 dan memimpin penerbit Dlkot. Di samping itu, ia bergabung dalam Konferensi Pengarang Korea, Perhimpunan Penyair Korea, Persatuan Pengarang Bangsa Korea, Lembaga Riset Kesusastraan Bangsa, Perhimpunan Pengarang Goyang, dan Solidaritas Sosial Masyarakat Demokrasi Goyang.
Info dan pemesanan buku: https://siapabilang.com/buku-apa-yang-diharapkan-rel-kereta-api/
-----
pra.ka.ta
n. keterangan (uraian dan sebagainya) yang ditulis oleh penulis atau pengarang sebagai pengantar suatu karya tulis (buku, laporan, penelitian, dan sebagainya); mukadimah
Jejak Listrik di Tanah Raja
shared a video
Kapan listrik pertama kali masuk ke Solo? Bagaimana masyarakat Surakarta dan sekitarnya menyambut kehadiran arus teknologi yang satu itu? Simak sejarah listrik di salah satu kawasan di Indonesia dalam...View More
Jejak Listrik di Tanah Raja karya Eko Sulistyo, Komisaris PT PLN | Prakata #5
147 views
Solo yang remang menjadi benderang sejak listrik masuk pada awal abad ke-20. Ketika pertama kali ditemukan dan lampu-lampu menyala hanya dalam satu cetekan, masyarakat Solo menyambutnya dengan sukacita tapi juga takjub sampai-sampai menyebutnya sebagai lampu setan. Karena lampu-lampu itu bisa menyala terang dengan sendirinya tanpa sumbu, tanpa perlu terpicu hasil bakar minyak maupun diisi gas.
Sejarah kehadiran listrik di Surakarta dan sekitarnya bisa Bookmanias simak selengkapnya dalam buku "Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta 1901-1957" karya Eko Sulistyo.
Info dan pemesanan buku: siapabilang.com/buku-jejak-listrik-di-tanah-raja/