September 14, 2020
Category: Ulasan
234 views
Kita harus bersyukur buku ini terbit. Karena pagina demi paginanya mampu menerjemahkan karakter belajar tiap revolusi industri. Dari industri 1.0 hingga industri 5.0. Membuat pembaca akan lebih mudah melihat bingkai tiap-tiap zaman yang berbeda. Lantas, melepas diri dari ketidakberdayaan adalah suatu niscaya. Penulis telah lama bergelut di bidang human capital. Mereka adalah orang-orang yang berpengalaman di bidang pengembangan perusahaan besar. Juga membuat perusahaan dan karyawannya mampu tumbuh menyesuaikan zaman. Hal ini memiliki makna, bahwa ilmu yang diberikan sudah melalui percobaan dan analisis yang ketat.
Namun sebelum itu, harus disadari apabila buku akan lebih cocok diimplementasikan pada pendidikan non formal. Mengingat, fokus dalam buku adalah untuk mengembangkan organisasi. Bukan pada sekolahan meskipun ada juga konten yang menyinggung pendidikan formal.
Karakter industri menentukan karakter belajar
Tiap era industri memiliki karakter berbeda-beda. Karena karakter lama tidak akan relevan lagi dalam memecahkan masalah aktual. Walau bukan sepenuhnya tidak berguna, namun selalu hadir hal baru yang lebih efisien dan lebih gampang dilakukan. Pertama-tama yaitu industri 1.0 yang ditandai dengan temuan mesin uap. Membuat yang awalnya pekerjaan dilakukan dengan lambat. Bisa terbantu menjadi lebih cepat. Setelah adanya penemuan ini, teknologi baru mulai bermunculan. Seperti halnya kereta uap dan kapal uap. Juga, teknologi pada perusahaan untuk memproduksi suatu barang.
Karakter industri 1.0 ini adalah mekanisasi. Mulai banyak mesin-mesin yang diadopsi perusahaan. Tujuannya agar pekerjaan jadi cepat terselesaikan. Sehingga karakter belajar pada masa ini yang paling tepat adalah produksi. Dengan karakter belajar 'produksi', orang akan lebih mudah mendapatkan keahlian-keahlian yang dibutuhkan perusahaan. Sehingga lebih mudah mendapat pekerjaan. Kedua adalah industri 2.0 yang ditandai temuan berupa listrik. Dari awalnya yang mekanis dengan bahan bakar. Listrik menjadi sumber energi yang lebih efisien dan lebih bagus. Pada era ini karakter industri beralih menjadi elektrifikasi. Sehingga karakter belajar pun berpindah menjadi standarisasi. Orang yang memiliki keahlian dalam melakukan standarisasi produk akan lebih dibutuhkan. Sedangkan pekerjaan memproduksi telah banyak digantikan mesin.
Dilanjutkan dengan industri 3.0 yang ditandai hadirnya komputer. Adanya komputer mampu membantu banyak hal teknis perusahaan. Proses standarisasi juga jauh lebih mudah dilakukan dengan kombinasi teknologi yang maju. Sehingga karakter perusahaan pada saat itu adalah otomasi. Banyak hal telah dilakukan secara otomatis. Hal ini juga memberi efek pada karakter belajar yang tepat pada saat itu. Yaitu spesialisasi. Dengan spesialisasi seseorang mampu menjadi sangat ahli dengan kemampuan di atas rata-rata.
Keempat adalah industri 4.0 yang ditandai oleh internet dan smartphone. Karakter perusahaan pada industri ini sudah pada digitalisasi. Telah banyak hal yang mampu dikerjakan dengan canggih. Bahkan bekerja sama antar daerah yang jauh telah dapat dilakukan dengan mudah. Sehingga karakter belajar yang sesuai di industri 4.0 adalah kolaborasi. Selain itu sekat-sekat seperti ras, golongan, agama, dan lain-lain telah hilang. Kolaborasi semakin mungkin untuk dilakukan.
Terakhir adalah industri 5.0. Saat buku ini ditulis industri 5.0 belum sepenuhnya berjalan. Namun sudah terlihat tanda-tandanya. Bahkan CEO Microsoft Satya Nadella telah membocorkan proyek Artificial Intelligence perusahaannya. Nadella membeberkan proyek tersebut lewat buku berjudul Hit Refresh yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tahun 2018 silam. Pada industri 5.0 ini, penulis memprediksi jika karakter perusahaan adalah rekombinasi. Sedangkan karakter belajar yang sesuai pada era ini adalah distribusi. Maka, siapa yang lebih handal ihwal distribusi. Akan lebih dibutuhkan sebuah perusahaan.
Penulis: Alex Denni & Triaji Prio Pratomo
Editor: Yoseph
Kategori: Nonfiksi, Manajemen
Terbit: 9 Maret 2020
Harga: Rp 125.000
Tebal: 230 halaman
Ukuran: 120 mm x 180 mm
Sampul: Hardcover
ISBN: 9786024813390
ID KPG: 592001760
Bahasa: Indonesia
Usia: 15+
Penerbit: KPG
Urgensi MITOS (Mindset, Toolset, dan Skillset)
Perubahan terus saja berjalan, dan ini konstan konstan. Penulis menjelaskan apabila ada tiga hal yang penting dikuasai agar kita mampu mendisrupsi diri. Alasannya karena perubahan yang selalu datang dengan tiba-tiba. Tiga hal tersebut adalah MITOS (Mindset, Toolset, dan Skillset). Namun agar lebih jelas, penulis telah merinci jangka waktu perubahan terjadi. Dalam hal ini adalah jenjang revolusi industri berlangsung. Karena tiap pergeseran dari industri satu ke tahap industri selanjutnya semakin cepat.
Sekitar 2000 tahun lamanya masyarakat melakukan revolusi industri pertama. Yaitu ditemukannya mesin uap oleh James watt yang lebih canggih, pada tahun 1776. Setelah sebelumnya masyarakat menemukan sistem pertanian. Dilanjutkan revolusi 2.0 yang terjadi sekitar 100 tahun kemudian. Lalu revolusi industri 3.0 yang hanya berjarak sekitar 50 tahun. Yaitu ditemukannya komputer dan internet. Sedangkan industri 4.0 terjadi dalam waktu lebih cepat lagi, sekitar 25 tahun setelahnya. Selain itu, tahap ke revolusi industri 5.0, walaupun masih dalam pertanyaan. Namun yang pasti, dari era ke era kecepatan revolusi industri berjalan semakin cepat (hal.10-11).
MITOS menjadi sangat penting dipelajari agar orang mampu mendisrupsi diri. Agar bisa tetap survive dan berkembang. Maka dari itu pertama, orang harus merubah mindset atau pola pikir yang sesuai dengan kiwari. Pola pikir industri sebelumnya harus disingkirkan agar tidak menjadi belenggu.
Selanjutnya adalah skillset, yaitu keahlian. Orang yang memiliki keahlian yang dibutuhkan, akan banyak dicari. Keahlian pada industri 4.0 misalnya, mengenai pemanfaatan perangkat lunak dalam melakukan penjualan barang secara daring, menganalisis data, dan masih banyak lagi. Tentunya akan lebih memberikan manfaat secara finansial. Daripada keahlian-keahlian kasar yang menghabiskan banyak tenaga. Keahlian kasar sangat cocok pada industri 1.0.
Terakhir adalah toolset atau perangkat alat. Mereka yang memiliki alat lebih canggih akan lebih efektif dan efisien melakukan pekerjaan. Daripada alat sederhana manual tanpa adanya otomasi.
Dimuat di Koran Jawa Pos Radar Madura edisi Kamis, 13 Agustus 2020
Peresensi: Khoirul Muttaqin, Mahasiswa Universitas Negeri Malang.