Warih Wisatsana
Mendapati sajak-sajak Warih Wisatsana di harian Kompas edisi 19 Mei 2018, adalah sebuah pengalaman membaca yang menarik. Pada empat puisinya yang tayang (“Kemolekan Landak”, “Mesatya”, “Sehari Saja Be...View More
Warih Wisatsana
"Bagaimana akan kita tinggalkan kota ini Setiap orang menunjukkan arah yang salah" Apa makna sastra bagi Anda? Untuk menyoroti pentingnya sastra, kami telah meminta para pembicara UWRF sebelumnya unt...View More
Be the first person to like this.
Warih Wisatsana
Puisi karya penyair pemenang berbagai penghargaan Warih Wisatsana telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Inggris, Italia, Jerman, Portugis, dan Prancis. Koleksi puisinya Ikan Terbang Tak Berkawa...View More
Warih Wisatsana
Ini unggahan terakhir. Untuk kembali ke atas, klik: https://siapabilang.com/penulis-warih-wisatsana/wall/ Untuk kembali ke laman Kreator klik : https://siapabilang.com/pages/category/2/kreator.
Load More
Description



Warih Wisatsana menulis puisi sedari SMP, menjalani masa kanak dan remaja di Bandung, Pontianak, Klaten, serta Salatiga. Sedini tahun 1980-an di Bali, ia meneguhkan pilihannya sebagai penulis, aktif di Sanggar Minum Kopi. ⁣

Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke bahasa Belanda, Jerman, Inggris, Portugal, dan Prancis. Bahkan meraih sejumlah penghargaan, meliputi Taraju Award, Borobudur Award, Bung Hatta Award, dan Kelautan Award. Buku puisi tunggalnya "Ikan Terbang Tak Berkawan" (Penerbit Buku Kompas, 2003), "May Fire and Other Poems" (Lontar, 2015), dan puisi-puisi kurun cipta 1985-2018 dihimpun dalam buku terbarunya "Batu Ibu" (KPG, 2019).⁣

Selain menulis puisi, Warih juga kerap mengirimkan cerpen, ulasan sastra, seni rupa, dan pertunjukannya ke media massa. Ia bergiat juga sebagai kurator seni, juri sastra dan seni budaya, serta editor. Buku yang pernah disuntingnya, antara lain "Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata" karya Michel Picard (KPG, 1992), buku pelukis Srihadi Soedarsono, pelukis Van Oel, pelukis Affandi, "Waktu Tuhan: Wianta" (2008), novel "Emilie Java 1904" karya Catherine van Moppès (KPG, 2002), dan novel "Keping Rahasia Terakhir" karya Jean Rocher (KPG, 2009). Bersama Jean Couteau, penyair asal Bali ini menulis memoar "Gung Rai, Kisah Sebuah Museum" (KPG, 2013), "Buna, Suka Duka Sang Kelana" (KPG, 2017). Pengalamannya di Prancis terangkum dalam Rantau dan Renungan II (KPG, 1999) bersama penulis lainnya. ⁣


 


#Profil #PenulisKPG #WarihWisatsana #BatuIbu #GungRai #BunaSukaDukaSangKelana #RantaudanRenunganII #PenerbitKPG