Kepustakaan Populer Gramedia
127 views
Dan inilah yang dialami Andina, sebut saja begitu. Gadis berusia 26 tahun ini, pada hari naas itu (Rabu, 13 Mei 1998) pulang dari kantornya. Sebuah bank swasta di kawasan Tomang. Ia dibonceng pacarnya, pegawai perusahaan komputer, menuju rumahnya di bilangan Jelambar, Jakarta Barat.
Merasa keadaan sudah mereda, mereka nekad pulang menjelang pukul 21.00 WIB. Keduanya tak pernah bermimpi, dalam perjalanan itu, di suatu tempat di Jak-Bar mereka tiba-tiba dikepung massa yg muncul begitu saja entah dari mana.
Di keremangan malam itu, Andina sudah tak mampu lagi berpikir diapakan saja dirinya. Yg teringat hanyalah, ia ditarik-tarik massa agar turun dr sepeda motor. “Tuhan, tolong Tuhan….” Hanya kata-kata itu yang dia teriakkan, di tengah-tengah himpitan kepanikan dan ketakutan luar biasa.
Blazernya sudah terlepas, sementara seluruh harta miliknya dilolosi. Uang, handphone, kartu ATM, SIM, STNK, helm, bahkan obat dokter utk ortunya yg baru ditebus di apotek, habis dijarah.
Andina tidak ingat lagi, diapakan saja dirinya waktu itu. Hanya doa yang terus menguatkannya. Sekali ia jatuh terjengkang, tetapi dengan kekuatan yang tersisa ia bangun dan kembali memegang baju pacarnya erat-erat.
Sang pacar, yang orangtuanya berencana melamar tanggal 17 Mei—empat hari sebelum kejadian ini menimpa—tak berdaya dipukuli massa. Yang terdengar hanyalah rintihannya, “Ampun Pak, ampun. Saya orang biasa….” Sementara teriakan massa makin menyeramkan. Tetapi, dalam keputusasaan, menurut penuturan Andina, tiba-tiba ada orang tua muncul. Ialah yang memerintahkan agar para penjarah membebaskan dua anak manusia ini.
Andina dan pacarnya bisa pergi meninggalkan tempat itu, sebelum kemudian ditolong polisi jaga di dekat situ yg juga tak luput dari lemparan batu massa…. (Dicuplik dari Kompas, Jumat, 5 Juni 1998).
Dimension: 591 x 591
File Size: 74.17 Kb
Be the first person to like this.