Kepustakaan Populer Gramedia
by on October 18, 2023
107 views

Jakarta, 15 Oktober 2023 - Di kota paling barat di Sumatera Selatan, Lubuklinggau, lahir kain batik durian yang memperkaya khasanah batik nusantara. 

Digagas oleh ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan Dekranasda Lubuklinggau, Yetti Oktarina Prana pada Mei 2013, batik durian awalnya muncul dengan motif durian belah yang kemudian berkembang dengan beragam motif, seperti hiasan dedaunan, dan tidak lagi hanya berbentuk belah durian. 

Para pengrajin batik asal Lubuklinggau yang dikirim mengikuti pelatihan proses pembuatan batik, juga menggunakan pewarna alam seperti buah pinang dan kulit jengkol. Dalam perkembangannya, batik durian Lubuklinggau turut berkolaborasi dengan sejumlah desainer dan dikenalkan ke publik luas dengan tampil di pekan mode lokal, nasional dan juga di tingkat internasional seperti Milan Fashion Week di Italia. 

Apa, bagaimana, dan seperti apa perjalanan batik durian Lubuklinggau dalam satu dekade ini? 

“Batik Durian Lubuklinggau pada awalnya adalah keinginan untuk mendapatkan ikon atau simbol yang menjadi penanda kota Lubuklinggau. Siapa mengira kalau perkembangan dan perjalanannya dalam hitungan satu dekade, telah melangkah cukup jauh dan menjadi harapan banyak orang. Tidak hanya untuk warga Lubuklinggau, tapi juga di luar Lubuklinggau,” ujar Rina, yang juga istri dari Prana Putra Sohe, Walikota Lubuklinggau periode 2013-2018, dan  2018-2023.  

Buku ini, kata dia, hadir untuk memaparkan perjalanan itu, dari awal digagas pada 2013 hingga kini setelah sepuluh tahun di 2023. Menjadi dokumen tertulis yang membuat siapapun yang membacanya akan turut mendalami serta memahami keberadaan batik durian. 

“Sepanjang sepuluh tahun ini, tentu saja ada jatuh dan bangunnya. Dari mulai kesulitan untuk melahirkan pengrajin batik, mengeluarkan motif-motif baru dan estetik, konsistensi untuk terus berproduksi, dan kehadirannya yang masih belum menarik minat banyak orang.”

Namun, semua kendala itu menjadi tantangan untuk terus ada dan berkembang. “Saya mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang selalu percaya akan batik durian Lubuklinggau ini, baik yang dari pemerintahan, desainer, pengrajin batik, hingga masyarakat yang terus menaruh harapan dan minat pada batik durian Lubuklinggau.” 

“Buku ini semoga bisa jadi awal untuk mengenalkan dan membuka mata agar publik dapat memahami keberadaan batik durian Lubuklinggau di antara batik-batik nusantara,” ujarnya menambahkan. 

Sementara itu, Rai Rahman Indra, penulis buku mengungkapkan bahwa proses penulisan buku ini telah dimulai sejak tahun lalu ketika Batik Durian Lubuklinggau ikut serta untuk kali kedua dalam panggung mode di Milan, bersama desainer Jenny Yohana Kansil, lewat labelnya JYK. 

“Sebuah perjalanan yang membuka mata. Dari mulai mengunjungi sentra pengrajin batik di Lubuklinggau, melihat proses pembuatan batik yang unik, hingga bagaimana daerah yang bisa dibilang tidak punya batik sebelumnya tapi kemudian melahirkan motif batik yang mencolok dan tak kalah menariknya dibanding batik-batik yang sudah lebih dulu ada di Indonesia,” ujarnya. 

Terdiri dari 13 bab, buku ini diharapkan tidak hanya membuat pembaca mengenal lebih dalam tentang batik durian Lubuklinggau tapi juga turut bangga akan kekayaan batik nusantara, dan cerita-cerita di baliknya. 

Menurutnya, literasi batik di Indonesia masih sangat minim sekali sementara UNESCO telah menetapkan bahwa batik termasuk dalam warisan budaya tak benda dari 2009. Sehingga, ia berharap buku Batik Durian Lubuklinggau ini juga bisa menjadi buku yang membuka mata dan mendorong lahirnya buku-buku batik dari daerah lain di Indonesia. 

Sementara, Candra Gautama, editor senior dari penerbit KPG dalam peluncuran buku mengatakan bahwa dalam konteks memaknai buku ini, ia menganggap Rina Prana sebagai seorang local genius. Apa local genius itu? Adalah proses adaptasi seseorang ketika budaya-budaya lain masuk, sehingga muncul akulturasi. Local genius bisa berupa masyarakat, bisa individu. 

“Rina saya anggap sebagai local genius. Kenapa? Karena ia mencintai wastra. Kecintaan itu dipadukan pada pengetahuannya terhadap ekologi dimana ia berada, dalam hal ini adalah durian. Persis di situ, bagaimana ia memadukan unsur yang ada di sekitar yang ia pahami dan dipadu dengan ekologi yang ada di daerahnya sehingga muncul kreasi yang disebut batik durian,” ujarnya. 

Buku “Batik Durian Lubuklinggau: Memperkaya Khasanah Batik Nusantara” diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dengan turut didukung Pemerintah Kota Lubuklinggau, Sentra Batik Madani dan juga Hotel Dewinda. Buku ini diluncurkan pada Minggu, 15 Oktober 2023, di Gramedia Matraman, Jakarta. 

 

Batik Durian Lubuklinggau 
Mail: batikdurianlubuklinggau@gmail.com
IG: @batikdurianlubuklinggau 
www.batikdurianlubuklinggau.com


Untuk informasi lebih lanjut dan foto-foto, silakan hubungi 
Randy +62- 858-2457-0719
Rai Rahman Indra +62-816-1420-793
 

Turut didukung oleh: 

Tentang Lubuklinggau 

Berada di sebelah barat provinsi Sumatera Selatan, kota Lubuklinggau memiliki posisi geostrategis dengan menjadi kota perlintasan jalur tengah Sumatera yang menghubungkan provinsi Sumatera Selatan dengan provinsi Bengkulu di sisi barat, provinsi Lampung di sisi selatan dan wilayah lainnya di bagian utara Pulau Sumatera. Dengan bertemunya berbagai arus lalu lintas tersebut. kota Lubuklinggau menjadi kota transit atau kota pertemuan berbagai kepentingan sosial, ekonomi dan budaya. Konsekuensi logis dari berpadunya berbagai kepentingan tersebut, membuat kota Lubuklinggau menjadi kota yang heterogen. Pada 17 Oktober 2023, kota Lubuklinggau merayakan hari jadinya yang 22 tahun. Meski masih tergolong muda dibanding lainnya, Lubuklinggau berkembang pesat sejak diresmikan berstatus kota melalui UU No.7 tahun 2001. Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Rawas. www.lubuklinggaukota.go.id . *

 

Tentang Hotel Dewinda 
Dibangun oleh puteri daerah Lubuklinggau, Dewi Wijaya Kusuma, Hotel Dewinda merupakan salah satu hotel terbaik yang jadi pilihan untuk menginap di Lubuklinggau. Berada di lokasi paling strategis di pusat kota membuatnya mudah dijangkau dan diakses dari manapun. Berdiri sejak lima tahun lalu, hotel bintang tiga ini kini telah menjadi andalan bagi para tamu dan pebisnis yang datang dari luar Lubuklinggau. Alasannya karena hotel ini hadir dengan fasilitas lengkap dari mulai total 74 kamar, meeting room dan ballroom yang disebut sebagai yang terbesar di Lubuklinggau karena dapat menampung hingga 1000 orang. Di samping itu, hotel juga dilengkapi dengan fasilitas restoran, Jojo sky lounge, spa, laundry, layanan kamar dan resepsionis 24 jam. Kamar yang luas dan kenyamanan menjadi andalan yang membuat para tamu, termasuk diantaranya publik figur, kerap memilih Hotel Dewinda kala berkunjung ke Lubuklinggau. www.dewindahotel.com/ 

Posted in: Press Release
Be the first person to like this.