Pertumbuhan penerbangan di Indonesia sungguh fantastis. Setiap tahun tidak kurang dari 10 persen jumlah pertumbuhan penumpang pesawat udara. Dengan demikian, tidak heran bila hampir semua bandara besar di Indonesia kondisinya adalah overload karena bebannya jauh dari daya dukungnya, baik dari kapasitas penumpang maupun dari jumlah pergerakan pesawat udara.
Demikian disampaikan Alvin Lie, pengamat penerbangan yang juga anggota Ombudsman Republik Indonesia pada acara "Peluncuran dan Diskusi Buku Membidik dari Kokpit" karya Widjaja Lagha di Gramedia Matraman pada Senin, 14 Mei 2018.
Alvin menambahkan, untuk mengatasi hal tersebut, dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah aktif meningkatkan kapasitas bandara dengan membangun landasan pacu baru atau memperpanjang landasan pacu lama dan juga membangun gedung-gedung terminal baru.
Data dari Direktorat Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, saat ini ada 265 bandar udara yang teregistrasi, serta 56 bandar udara yang baru selesai dibangun dan sedang dibangun. Jadi, keseluruhannya ada 321 bandar udara yang sudah terpetakan pemerintah. Namun masih banyak bandar udara yang dikelola dan dioperasikan secara khusus, yang belum masuk dalam daftar tersebut. Jumlah keseluruhannya diperkirakan lebih dari 500 bandar udara di Indonesia.
Menurut Alvin, Widjaja selaku pejabat di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan terlibat langsung dalam mengawal pembangunan-pembangunan bandara tersebut. Dalam kesempatan tugas itulah, ia mendapatkan peluang-peluang bagus untuk mengabadikan proses pembangunan tersebut.
"Saya juga tahu, Pak Widjaja sangat passionate; gemar memotret, sehingga dalam menjalankan tugas sekaligus juga memanfaatkannya untuk memotret, mengambil gambar-gambar, mengambil foto-foto, yang tidak semua orang dapat mengambilnya dari sudut-sudut tersebut, baik itu dari darat maupun di udara," ujar Alvin.
Pengalaman Widjaja memotret juga tampak bukan hanya dari sudut-sudut pengambilan yang bagus, tapi juga teknik pemotretannya dapat mengatasi hambatan-hambatan, seperti pencahayaan dan kabut yang biasanya dihadapi fotografer ketika memotret dari udara. "Secara umum, saya melihat foto-foto Pak Widjaja sangat patut untuk dibagikan kepada penggemar fotografi dan penerbangan untuk menjadi rujukan. Kebetulan Pak Wijdjaja dan saya sama-sama pengguna kamera, sehingga saya beruntung mendapat kesempatan diskusi dengan Pak Widjaja tentang teknik-teknik fotografi dari udara," tutur Alvin.
Widjaja Lagha mengakui, dirinya bukan fotografer profesional. Namun ia banyak belajar fotografi dari buku-buku, dengan bertanya pada ahlinya, dan yang terpenting adalah pengalamannya di lapangan ketika memotret. Hasilnya memang tidak mengecewakan. Bahkan yang membanggakannya, puluhan ribu foto yang dikumpulkannya setiap kali ia memotret sudah mengisi komputer dan harddisk-nya. Lebih membanggakannya lagi, sebagian besar dari foto itu adalah foto bandar udara dan pesawat terbang dengan logo dan livery berbagai maskapai penerbangan. Hebatnya, foto-foto itu kebanyakan hasil bidakannya dari kokpit dan kabin pesawat terbang. Seringkali ia bersiaga di ujung landasan pacu menanti momen tepat untuk memotret pesawat terbang yang akan lepas landas atau hendak mendarat.
Niat dan tekad yang kuat mendorong Widjaja untuk terus mengembangkan hobinya itu. Sekarang ia tambahkan bidakannya dengan membuat video. Kelengkapan hasil bidikannya; ada foto ada video, memberi "kekayaan" bagi karyanya.
Berbagi menjadi tujuannya kemudian. Hasil jepretannya kini tidak hanya disimpan dalam album pribadi. Dibangunnya situs berisi karya-karya foto yang puluhan ribu itu. Lebih dari seratusan bandara sudah difotonya. Puluhan logo maskapai penerbangan di badan pesawat terbang telah menjadi objek pemotretannya. "Siapa yang memerlukan foto-foto itu, silakan. Gratis," ucapnya pada warganet yang mampir ke laman www.gloopic.net.
Keinginannya tak sampai di situ. Berbagi di dunia maya saja belum cukup, Maka dari itu, ia bukukan fotonya dalam satu jilid tebal berbalut hardcover. Ia beri judul buku itu Membidik dari Kokpit, sebuah persembahannya untuk dunia nyata. Baru sebagian kecil dari foto-fotonya yang termuat dalam buku ini. Namun demikian, karya pertama ini dikemas dengan hati yang tulus untuk berbagi.
Yang paling penting adalah memperlihatkan pada dunia bahwa betapa kaya negara kita tercinta ini. Indonesia dengan ratusan landasan pesawat terbang patut diketahui oleh masyarakat, terutama generasi muda. Kekayaan ini sekaligus sebagai prasarana pemersatu bangsa. Bagaimana kita bisa memelihara potensi bangsa ini, bahkan mengembangkannya.
Jakarta, 14 Mei 2018
Gramedia Matraman