Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan
697 views
Dalam buku "Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan", Kuru mengawali analisisnya dengan sebuah elaborasi tentang bagaimana ulama pada abad ke-8 hingga pertengahan abad ke-11 mempunyai hubungan yang kuat dengan para pedagang, dan menjaga jarak dengan otoritas politik. Kemerdekaan para intelektual Muslim dari penguasa di satu sisi, dan dukungan dari kelompok pedagang, di sisi lain, memungkinkan mereka untuk berpikir kreatif dalam membangun peradaban dan pengetahuan. Situasi ini juga ditopang oleh heteogenitas kehidupan di dunia Islam yang menampilkan tidak hanya komunitas-komunitas Muslim dengan teologi yang berbeda seperti Muktazilah, Sunni, dan Syiah, namun juga komunitas-komunitas agama yang berbeda seperti Kristen, Yahudi, dan bahkan komunitas agnostik. Kondisi seperti ini memungkinkan munculnya dialektika yang menjadi iklim sehat bagi perkembangan pengetahuan.
Kuru melihat bahwa patronasi antara ulama dan negara dapat membahayakan bagi pengembangan intelektual. Hal ini tercermin dari munculnya standarisasi pengetahuan di madrasah-madrasah yang mulai diatur oleh negara. Dominasi dan ortodoksi teologi Sunni yang mendapatkan dukungan kuat dari negara turut menentukan keilmuan mana yang boleh berkembang dan keilmuan mana yang harus ditentang. Dalam konteks ini, para ilmuan Muslim tidak lagi dapat menikmati dukungan dari pedagang yang dulunya ikut memberikan mereka fasilitas bagi pengembangan tradisi keilmuan dan pengetahuan.
Baca selengkapnya ulasan ini di:
https://puspidep.org/review/mengapa-umat-islam-tertinggal-58061
#IslamOtoritarianismedanKetertinggalan #AhmetTKuru #resensibuku #reviewbuku #nonfiksi #sejarah #humaniora #penerbitKPG
Dimension: 1500 x 2000
File Size: 283.51 Kb
Be the first person to like this.