Kepustakaan Populer Gramedia
on December 9, 2019 209 views
Founder sekaligus Chairman Jababeka Group Setyono Djuandi Darmono mengungkapkan peran pengusaha dalam pembangunan bangsa melalui sebuah karya buku yang berjudul "Building a Ship While Sailing".
Buku tersebut merupakan buku kelima yang ditulis Darmono selain Think Big, Start Small, Move Fast dan One City, One Factory.
Buku itu juga sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh The Straits Times Press Pte Ltd, Singapura yang diedarkan di pasar Singapura dan Malaysia.
Prof. Komaruddin Hidayat Rektor UII mengatakan, buku ini merupakan refleksi tentang keindonesiaan yang bisa menjadi roadmap untuk menggapai Indonesia sejahtera karena diuraikan secara mendalam dan penuh makna.
Menurutnya, alam pikiran pembaca dibawa menuju rumah Indonesia yang hidup, terang, penuh peluang dan harapan.
"Spirit ke-Indonesiaan yang dinyalakan dalam buku ini tidak hanya dipantik oleh romantisme kesejarahan masa lalu, namun juga bagaimana bangsa besar yang meraih kemerdekaan dengan berdarah-berdarah ini bangkit melanjutkan perjuangan. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada untuk keluar dari jepitan persaingan global negara-negara penguasa ekonomi dunia," urai Komarudin di acara bedah buku Building A Ship While Sailing karya S.D. Darmono di Menara Batavia, Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Didalam buku ini juga, kata Komarudin, penulis mengingatkan kita untuk napak tilas, untuk mengenang bagaimana bangsa ini didirikan didasari nilai nilai yang mulia.
"Darmono melihat Indonesia sebagai sebuah kapal di tengah samudera. Namun, Indonesia itu tetap indah sekali, tapi ada orang orang yang tidak bisa mensyukuri, bahkan yang ngerusak rumah indonesia ini, yang sebebas apapun kita bicara padahal kalau kita bicara seperti itu ditimur tengah langsung masuk tahanan, tapi disini bebas sekali. Bebas itu baik, tapi hendaknya kebebasan yang bertanggung jawab, memiliki aturan sehingga tidak merobohkan bangunan rumah ini. Buku ini mengajak kita untuk berkolaborasi, secara bersama-sama membangun kapal besar bernama Indonesia," ujarnya.
Selain itu budayawan Mohamad Sobary menilai kondisi masyarakat kita, makin hari makin kehilangan rasa kagum, kemanusiaan yang dahsyat tidak dikagumi lagi, yang dikagumi adalah dirinya sendiri dengan ideologinya sendiri, pak darmono tidak seperti itu, ia mengagumi tokoh tokoh besar para pendiri bangsa.
"Pada bagian akhir buku ini, disebut kekaguman Darmono kepada bung karno, kepada syahrir kepada sejumlah tokoh nasional dan kekagumanya itu tidak hanya berhenti di kekaguman saja. Kekaguman itu bagian dari apa yang beliau sudah jalankan selama ini," kata Sobari.
menurutnya, mengagumi orang lain, karena beliau memiliki kebesaran kebesaran dalam pikiran. Jadi kalau orang mengutip pikiran orang lain karna unsur unsur tokoh tokoh tersebut ada dalam diri beliau.
"Tapi sebaiknya Pak Darmono itu tidak usah menulis cukup orang lain saja yang menulis beliau yang ngomong idenya karna itu juga penting supaya kutipan kutipan itu akurat. Karena beliau kan memang tidak bermaksud menjadi penulis tapi nulis. Beliau menulis itu hanya untuk menunjukan kekuatan gagasan, Pak Darmono menjual hal itu dalam buku ini sungguh sangat jelas, 'Building a ship while sailing' itu sendiri sudah gagasan yang sangat besar yang sangat luar biasa yang menggambarkan begitu jelas bahwa bangsa indonesia ini hidup seperti itu," jelas Sobari.
Ditambahkannya, meski belom punya kapal yang cukup kuat yang mampu menembus batas samudra tapi beliau sudah berlayar, itu setara dengan pikiran bung karno ketika mau kawin dia tidak usah menunggu punya mobil mewah, apalagi rumah mewah nanti gak kawin kawin, cukup punya tikar untuk tidur.
"Nah gambaran itu yang dipakai kemudian oleh pak darmono. Jadi seadanya," pungkas Sobari.
Semntara itu Luluk Sumiarso mantan Dirjen Energi Terbarukan Kementrian ESDM dan pendiri sanggar kebudayaan Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo menilai visi yang terkandung didalam buku Darmono itu dimaksudkan untuk membangun budaya unggul untuk menjadikan bangsa indonesia sebagai bangsa yang besar dan bangsa yang unggul.
"Dalam bukunya building a ship while shailing beliau menguraikan secara jelas perjalanan panjang sejarang bangsa mulai abad ke-VII peradaban Sriwijaya, lalu Abad ke - XIV Majapahit sampai ke abad ke XXI peradaban Indonesia saat ini.
"Indonesia tercipta karena sebuah keajaiban sejarah, dan ternyata kita ini memiliki DNA bangsa unggul sejak dahulu kala, " urai luluk.
Adapun acara Bedah Buku Building A Ship While Sailing yang diterbitkan oleh Kepustakaan Penerbit Gramedia (KPG) di inisiasi oleh Tidar Heritage Foundation, sebagai sebuah lembaga nirlaba yang memfokuskan visi misinya di bidang kebudayaan, sosial, pendidikan dan keagamaan.
Be the first person to like this.