Saya belum genap berusia satu tahun ketika Goenawan Mohamad mengulas terbitan pertama Catatan Bawah Tanah, terbitan Yayasan Obor Indonesia, di Catatan Pinggir majalah Tempo tahun 1993. Begitu pun ketika T. Mulya Lubis mengulas buku kumpulan puisi tersebut dalam tulisan yang lebih panjang dan komprehensif dengan judul “Suara Hati dari Balik Terali Besi”. Saat kedua tulisan tersebut dibuat, Indonesia masih berada dalam cengkeraman rezim otoriter Orde Baru yang singgasananya sudah mulai lapuk dan r...
707 views
0 likes