Kepustakaan Populer Gramedia
added new photo album "Peluncuran Buku 1.500 Inspirasi Perjalanan Sandiag..."
Be the first person to like this.
Peluncuran Buku Monade, Karya 23 Peserta Kelas Sastra dan Filsafat untuk Pemula
79 views
“Kumpulan cerpen ini—dengan tema dan sifat yang beragam—sebaiknya dibaca dengan santai dan terbuka, tanpa suatu pencarian keras. Jika kita tidak terburu ataupun memburu, cerita-cerita ini lebih mudah menampakkan pertanyaan-pertanyaan mendasar, jika bukan filosofis, yang kadang muncul secara sederhana, kadang tersirat dalam cerita.” —Ayu Utami, Novelis
***
Buku Monade merupakan kumpulan cerpen karya 23 murid Ayu Utami dan Yulius Tandyanto di Kelas Sastra dan Filsafat untuk Pemula tahun 2020. Mereka adalah peserta-peserta angkatan pertama kelas ini. Secara mandiri, mereka melakukan penyuntingan awal dan pengumpulan naskah, sebelum diajukan ke penerbit.
Selamat atas lahirnya karya kolaboratif ini! Semoga Bookmanias yang baru mau menulis bisa termotivasi berkat terbitnya Monade.
Ingin mengikuti Kelas Sastra dan Filsafat untuk Pemula seperti mereka? Bisa kok, Bookmanias. Akses penuh kelasnya dari mana saja dan kapan saja di Kognisi.id.
#KelasSastradanFilsafatuntukPemula #AyuUtami #YuliusTandyanto
Cegah Stunting, PDI-Perjuangan & BKKBN Meluncurkan Buku Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil
70 views
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menggelar kegiatan "Kick Off Kolaborasi Percepatan Penurunan Stunting dan Peluncuran Buku Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil untuk Generasi Emas Indonesia” oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, secara luring dan daring Senin, 8 Agustus 2022. Acara ini dihadiri Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat, POLRI, TNI, dan segenap kader PDI-P, serta pihak lain yang berkepeningan dalam kolaborasi ini.
Pada kesempatan ini, Kepala BKKBN Bapak Hasto Wardoyo mengatakan bahwa setiap tahunnya ada 4,8 juta ibu hamil dan melahirkan. Hampir 1,2 juta bayi stunting lahir tiap tahun apabila tidak melakukan apa-apa.
“Stunting benar-benar merugikan kualitas SDM karena kemampuan akademik tidak optimal sehingga generasi berikutnya harus mampu menanggung beban. Ini makna menyiapkan generasi unggul untuk Indonesia Maju dan mempersiapkan diri untuk Indonesia Emas 2045,” lanjutnya lagi.
Sementara itu Kepala Pusat Kedokteran Dan Kesehatan ( Kapusdokkes) Polri Inspektur Jenderal dr. Asep Hendradiana yang mewakili Kapolri mengatakan bahwa Polri menyampaikan komitmen mendukung optimal kolaborasi demi anak negeri mewujudkan anak unggul Indonesia maju, di antaranya dengan melakukan pendataan keluarga potensi stunting di lingkungan Polri serta melakukan promosi edukasi mencegah stunting. Selain itu juga Polri berharap kolaborasi ini ditingkatkan lebih intens guna mendukung program pemerintah.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengatakan bahwa TNI menyiapkan seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) TNI di seluruh Indonesia. Menurutnya, pihaknya akan memberikan pendampingan kepada Posyandu dan Posbindu TNI di setiap Koramil, pos TNI Angkatan Laut serta pos Angkatan Udara.
Pada acara ini, Kepala BKKBN Bapak Hasto Wardoyo melakukan penandatanganan MOU Konvergensi dalam Percepatan Penurunan Stunting dengan Ketua Umum Dharma Pertiwi, Ibu Hetty Andika Perkasa disaksikan Panglima TNI.
Ibu Megawati Soekarnoputri yang menjadi pembicara kunci sekaligus meluncurkan buku “Resep Makanan Baduta dan Ibu hamil untuk Generasi Emas di Indonesia,” mengatakan agar para ibu dapat membuat sendiri makanan yang murah tapi tetap sehat dan bergizi. Mengkonsumsi makanan instan boleh namun harus dibatasi.
Sumber: https://dharmawanitapersatuan.id/kick-off-kolaborasi-percepatan-penurunan-stunting/.
***
KICK OFF KOLABORASI PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
ߗ : Senin, 8 Agustus 2022
Ӱߕ : 10.00 WIB - SELESAI
LIVE on Youtube BKKBN Official
#BKKBN
#KeluargaHebatTerencana
#BerencanaItuKeren
#KeluargaKerenCegahStunting
Instagram : https://www.instagram.com/bkkbnofficial
Facebook : https://www.facebook.com/BKKBNOfficial
Twitter : https://twitter.com/BKKBNofficial
Tiktok : https://www.tiktok.com/@bkkbnofficial
Mengapa Negara Muslim Terbelakang? Pertanyaan Lama, Jawaban Baru | Lecture by Ahmet T. Kuru
227 views
Pada abad ke-8 dan ke-12, negara dengan penduduk mayoritas Muslim mengalami kejayaan ilmu pengetahuan dan sosio-ekonomi dibandingkan dengan negara-negara lain yang penduduk Muslimnya sedikit. Negara-negara ini bahkan berperan penting dalam perdagangan antarbenua. Namun pada abad ke-11 dan ke-12, kedudukan mulai terbalik. Negara mayoritas Muslim mandek dan semakin tertinggal dari Eropa Barat terutama antara abad ke-16 dan ke-18.
Menurut Ahmet T. Kuru, guru besar ilmu politik dan direktur Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego University, masalah sosio-ekonomi dan politik negara Muslim kontemporer memiliki asal-usul sejarah yang panjang dan tidak bisa secara sederhana disimpulkan sebagai disebabkan agama Islam itu sendiri atau penjajahan Barat.
Lalu, apa faktor-faktor historis yang menjelaskan perbedaan itu dan menjadi akar masalah-masalah Muslim zaman sekarang? Temukan jawabannya dalam Diskusi Buku Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan bersama sang penulis langsung di sini.
Acara ini direkam pada Minggu, 30 Oktober jam 2 siang di Freedom Institute.
Jakarta- Penulis sekaligus jurnalis senior Yuga Aden, hari ini (21 November 2022) siap meluncurkan sebuah buku bertajuk 1.500 Inspirasi: Jelajah Perjalanan Sandiaga Uno. Karya tersebut merupakan catatan Yuga Aden ke 1.500 titik dari Sabang sampai Merauke saat mendampingi Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 lalu.
Yuga Aden menuturkan, dirinya melihat sosok Sandiaga Uno yang begitu dekat dengan 'Wong Cilik' dengan program-programnya. "Saya menyaksikan sendiri bagaimana masyarakat yang dikunjungi memandang Sandiaga Uno sebagai sosok pemimpin yang mereka harapkan," kata Yuga Aden di Jakarta, Senin (21/11/2022).
Yuga Aden, jurnalis dan penulis buku 1.500 Inspirasi: Jelajah Perjalanan Sandiaga Uno. (dok. Donny/Tim SandiunoTV)
Masyarakat begitu berharap lebih kepada Sandiaga Uno terutama dalam hal ekonomi. "Bagaimana Sandiaga Uno mendengarkan keluh kesah mereka, terutama masalah ekonomi, dan bagaimana mereka berharap kepada pengalaman Sandiaga Uno dalam memberikan solusi ekonomi," tambahnya.
Menurut Yuga Aden, apa yang dilakukan Sandiaga Uno bukan sekadar blusukan pencitraan. "Sandi Uno menjalani muhibah silaturahmi langsung, berkunjung ke 1.500 titik selama delapan bulan nonstop, sesungguhnya aksi unik yang menguras energi dan daya batin ini, tanpa henti, demi menyapa, mengerti, hadir dan ada. Sandi sedang menyemai benih penting, sebuah gaya pejuang gerilya, yang langsung menusuk ke jantung persoalan rakyat. Kunjungan penuh kesantunan dan etika ini jauh lebih efektif daripada sekadar blusukan pencitraan," tutup Yuga.
Penyerahan simbolis buku 1.500 Inspirasi: Jelajah Perjalanan Sandiaga Uno dari Wandi S. Brata (Direktur Pendidikan dan Penerbitan Kompas Gramedia) kepada Sandiaga Uno. (dok. Donny/Tim SandiunoTV)
Buku tersebut diluncurkan di Gramedia Matraman, Jakarta Timur. Peluncuran dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Uno, hingga Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan. Sementara itu, turut hadir sosok-sosok yang ikut dalam perjalanan tersebut, seperti Dahnil Simanjuntak, Hinca Panjaitan, Kawendra Lukistian, serta Dr Gamal Albinsaid. Tokoh-tokoh bangsa lainnya ikut serta menunggu launching buku 1.500 Inspirasi: Jelajah Perjalanan Sandiaga Uno.
Cerita Vema Novitasari Menulis Buku Hidup Gini-Gini Aja Nggak Apa-apa | Prakata #12
200 views
Juni lalu, Vema Novitasari menerbitkan karya debutnya, sebuah buku berjudul Hidup Gini-gini Aja, Nggak Apa-apa. Cukup mengejutkan, buku ini ludes saat prapesan dibuka.
Kalimat pembukanya memang menggelitik: "Halo, nama saya Vema. Saya mbak-mbak kantoran biasa aja. Saya suka semangka, es teh, dan uang."
Psst, enggak cuma menulis, Vema juga menggambar sendiri ilustrasi di buku ini, lo. Fragmen-fragmen pengalaman hidup ala kisah slice-of-life dituturkan Vema lewat Welly si terwelu nggateli.
Penasaran dan ingin tahu lebih banyak soal kisah Vema dan Welly? Simak wawancara eksklusif kami di sini.
Kepustakaan Populer Gramedia
added new photo album "Icip-icip Buku Jingga Jenaka karya Annisa Rizkiana..."
Bukunya lucu banget. Sudah baca belum?
Yuval Noah Harari & Mark Solms: Dawn of Future Consciousness | Endgame #100 | UWRF2022
59 views
Our emotions and animal instincts are part of who we are. How can we make sense of it better? How can nations be aware of this to sustain humanity?
From the perspective of history, neuropsychology, and philosophy — Yuval Noah Harari and Mark Solms discourse on the cause of the flooding rage in society, the ''hidden'' missing piece of the advancement of science and technology, and the future fate of humanity.
Professor Yuval Noah Harari is a historian, philosopher, and bestselling author. He is considered one of the world's most influential public intellectuals today. His books ("Sapiens," Homo Deus," and "21 Lessons for the 21st Century) have sold 40 million copies in 65 languages, including Bahasa Indonesia. He just released the first volume of ''Unstoppable Us", a brand new children's book series aimed at "liberating our future generations from our past."
Professor Mark Solms — the Director of Neuropsychology at the Neuroscience Institute of the University of Cape Town. His latest book, "The Hidden Spring: A Journey to the Source of Consciousness," takes us on a journey to solve contemporary neuroscience's most giant unsolved puzzle: our emotions. He is the authorized editor and translator of the forthcoming Revised Standard Edition of the Complete Psychological Works of Sigmund Freud.
#GitaWirjawan #YuvalNoahHarari #MarkSolms
--------------------------
Join the talk of other incredible bestselling authors at Ubud Writers & Readers Festival on October 27—30, 2022, in Bali, Indonesia.
Use promo code ENDGAME100 and get a special 15% discount on festival passes:
http://www.ubudwritersfestival.com/ticket-hub/
Follow UWRF on social media:
facebook.com/ubudwritersfest
instagram.com/ubudwritersfest
twitter.com/ubudwritersfest
--------------------------
Episode Notes:
https://endgame.id/eps100notes
Mark’s latest book: The Hidden Spring
https://wwnorton.com/books/9780393542011/
Yuval’s latest book: Unstoppable Us
https://www.ynharari.com/book/unstoppable_us/
--------------------------
Pre-Order the official Endgame merchandise:
https://wa.me/628119182045
SGPP Indonesia Master of Public Policy 2022/24
November intake closes soon:
admissions.sgpp.ac.id
admissions@sgpp.ac.id
https://wa.me/628111522504
Sumber: kanal YouTube Gita Wirjawan
Special episode with Ubud Writers & Readers Festival 2022
Kebebasan berserikat dan berkumpul merupakan elemen penting dalam kehidupan demokrasi. Kebebasan itu bukan hanya penting bagi individu dan masyarakat, melainkan juga menjadi komponen politik yang penting dari berjalannya demokrasi di sebuah negara. Kebebasan ini disebutkan sebagai jantung atau inti dari demokrasi. Kebebasan ini sangat tekait erat dengan hak asasi lainnya, seperti kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan, berpendapat, dan berekspresi. Lebih jauh, kebebasan ini juga berfungsi sebagai sarana bagi setiap individu dan kelompok untuk menikmati dan memperjuangkan hak asasinya, baik itu hak ekonomi, sosial, dan budaya maupun hak sipil dan politik.
Kebebasan berserikat dan berkumpul juga memberikan dua hal penting bagi demokrasi yang stabil, yaitu timbal balik sosial (social reciprocity) dan keefektifan warga negara (citizen efficiacy). Kedua hal ini jika diintegrasikan ke dalam sistem kebudayaan suatu masyarakat menjadi alat yang efektif dalam melawan berbagai disrupsi terhadap negara.
Kebebasan berserikat dan berkumpul menjadi penjaga atau guardian atas hak warga negara terhadap intervensi atau represi (repression) dari negara terutama dalam negara demokrasi. Tanpa kebebasan berserikat dan berkumpul, warga negara cenderung lebih lemah (vulnerable) terhadap intervensi dan tindakan otoritarian negara, dikarenakan tidak adanya wadah bagi warga negara untuk bertukar ide, pikiran, dan pendapat di antara mereka. Hal ini mengurangi partisipasi politik warga negara dalam perumusan maupun pembentukan kebijakan dan dengan demikian mengurangi kualitas demokrasi itu sendiri.
Di dalam negara hukum demokratis, pengaturan tentangan beraga, organisasi yang ada dalam sebuah negara ditujukan untuk memberikan jaminan atas kebebasan berserikat dan berkumpul bagi setiap organisasi. Tujuan pengaturan organisasi bukan untuk membatasi ruang gerak organisasi-organisasi tersebut, tetapi justru untuk memberikan jaminan atas kebebasan berserikat dan berkumpul.
Jaminan kebebasan berserikat dan berkumpul memungkinkan kelompok masyarakat membentuk berbagai macam organisasi dan bentuk, seperti yayasan, perkumpulan, koperasi, dan lainnya. Di dalam sejarah Indonesia keberadaan organisasi kemasyarakatan memiliki peran yang fundamental untuk mendorong perubahan. Bahkan sebelum Indonesia merdeka, organisasi kemasyarakatan seperti Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki peranan dalam mendorong terciptanya proses kemerdekaan. Selain itu, organisasi masyarakat yang berbentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi mahasiswa dan pemuda, serikat buruh dan petani, serta kelompok sosial lainnya, juga memiliki peran penting dalam mendorong perubahan politik dari sistem Orde Baru yang otoriter menuju sistem demokrasi.
Meski demikian, dalam kenyataannya, negara membuat aturan dan kebijakan yang membatasi peran ormas. Bahkan, membubarkannya. Pembatasan terhadap kebebasan berserikat dilakukan secara tidak proporsional dan sewenang-wenang. Dengan mengatasnamakan "stabilitas keamanan", negara membuat aturan undang-undang yang membatasi kebebasan berserikat dan berkumpul masyarakat secara tidak proporsional, melalui pembentukan undang-undang Ormas.
Sejak masa awal kemerdekaan hingga masa Reformasi, aturan tentang organisasi masyarakat dan mekanisme pembubarannya mengalami perubahan-perubahan pengaturan. Namun demikian esensi paradigma yang terkandung sejak era orde lama hingga reformasi tetap sama, yakni paradigma kontrol negara. Paradigma pembatasan dan kontrol negara lebih dominan ketimbang paradigma yang berpijak pada kehidupan negara demokratis, yang memberikan jaminan perlindungan kebebasan berserikat dan berkumpul.
Sejak masa orde lama hingga reformasi, kecenderungan pengaturan dan praktik pembubaran ormas yang terjadi lebih ditujukan untuk menghadapi kelompok-kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. Motif politik pembentukan undang-undang Ormas itu adalah untuk melakukan kontrol negara terhadap masyarakat dan demi melanggengkan kekuasaannya. Pengaturan pembubaran ormas selama ini juga tidak sesuai dengan prinsip negara hukum demokratis karena mekanisme pembubarannya dilakukan oleh pemerintah bukan melalui pengadilan, apalagi alasan-alasan pembubarannya dibuat begitu luas dan multitafsir.
Meski pemerintah memiliki kewenangan untuk membatasi HAM yang sifatnya non-derogable rights, pembatasan tetap tidak boleh dilakukan sewenang-wenang. Pembatasan oleh pemerintah terhadap kebebasan berserikat maupun berkumpul, harus diukur dengan mempertimbangkan legitimasi, serta kebutuhan sosial terhadap tingkat pembatasan hak asasi tersebut. yang pada hakikatnya merupakan tugas pengadilan. Di dalam negara hukum, segala pembatasan terhadap hak asasi warga negara harus dilakukan berdasarkan due process of law, untuk menjamin objektivitas, serta mencegah kesewenang-wenangan negara.
Paradigma pengaturan tentang organisasi masyarakat di alam demokrasi sudah seharusnya lebih mengedepankan paradigma dengan berpijak pada kaidah-kaidah negara hukum demokratis yang menjamin perlindungan kebebasan berserikat dan berkumpul, bukan paradigma otoritarian yang ingin mengontrol dan mengekang kebebasan masyarakat.
Aturan yang ideal dalam pembubaran ormas pada masa mendatang perlu mengacu pada kehidupan negara hukum demokratis: 1) yang menghormati prinsip-prinsip HAM dan due process of law; 2) yang mekanisme pembubarannya dilakukan melalui pengadilan, bukan oleh pemerintah; 3) dengan alasan-alasan pembubaran yang jelas dan tidak multitafsir.
Dalam negara demokrasi, sanksi hukum berbentuk pembubaran ormas itu sudah sepatutnya menjadi pilihan paling akhir, setelah semua pilihan yang persuasif dan dialogis telah dilakukan. Dengan demikian, Pemerintah dan DPR perlu melakukan perubahan terhadap Undang-undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Ormas, agar sesuai dengan kaidah-kaidah negara hukum demokratis.
Ringkasan oleh: Al Araf, Ketua Badan Pengurus Centra Initiative dan Peneliti Senior Imparsial
Disebarkan saat peluncuran buku Pembubaran Ormas di Warung Sadjoe, Jakarta pada 30 Maret 2022.
Dorothy adalah seorang perempuan cantik berambut panjang. Ia tinggal bersama Bibi Em dan Paman Henry di ladang yang luas di Kansas, Amerika Serikat. Mereka memiliki banyak hewan ternak. Dorothy memiliki anjing peliharaan yang lucu bernama Toto.
Suatu hari, ladang mereka diterpa angin tornado. Angin bertiup sangat kencang sehingga rumah terangkat ke udara. Angin tornado juga membuat Dorothy, Toto, Bibi Em, dan Paman Henry terbang hingga jauh dari ladang. Mereka jatuh di tempat berbeda. Dorothy terhempas di tanah yang tidak dikenalnya seorang diri. Tanahnya subur, banyak pohon, dan bunga indah. Namanya tanah Oz.
Namun, Dorothy kaget. Di hadapannya telah berdiri dua penyihir. Mereka memiliki mantra sihir dan mempunyai niat yang jahat. Dorothy sangat ketakutan.
Seperti apa kelanjutan kisah Dorothy bersama penyihir di tanah Oz? Teman-teman bisa mengikuti kelanjutan ceritanya melalui buku The Wizard of Oz. Cerita ini menggunakan bahasa Inggris. Namun, pada halaman terakhir terdapat kamus bahasa Indonesia untuk membantu kita mengartikan istilah yang sulit. Buku ini juga dilengkapi ilustrasi menarik, yang akan membantu kita memahami ceritanya yang asyik.
Penulis: L. Frank Baum (Retold by Samantha Noonan)
Ilustrator: Alex Paterson
Editor: Pradikha Bestari
Kategori: Fiksi, Buku Anak
Terbit: 15 Desember 2021
Harga: Rp 75.000
Tebal: 72 halaman
Ukuran: 130 mm x 195 mm
Sampul: Hardcover
ISBN: 9786024816513
ID KPG: 592101948
Usia: SU
Bahasa: Inggris
Penerbit: Kiddo
Dimuat di Majalah Bobo
Peresensi: Jo