Meski tahun kalender telah berganti, Indonesia masih dicengkeram pandemi. Sejak COVID-19 resmi ditanyatakan tiba di Indonesia, kita telah melalui beberapa fase pembatasan sosial, dengan nama dan kadar yang berbeda-beda tetapi mengungkapkan kenyataan yang sama: kita tidak bisa ke mana-mana.
Sebagai makhluk sosial yang memerlukan aktivitas di luar rumah, entah untuk urusan pekerjaan, pendidikan, maupun rekreasi, sudah barang tentu ada godaan-godaan untuk meninggalkan rumah—ruang aman kita, mengabaikan pembatasan sosial yang masih berlangsung. Ada semacam panggilan, yang barangkali kita tidak tahu pasti itu apa, tetapi kita tahu itu sebetulnya bermasalah.
Dalam semesta yang lain, panggilan serupa berdengung di telinga Cebbhing, gadis Madura berusia 14 tahun. Panggilan itu mendorongnya melangkah menuju rumah lelaki yang seharusnya menjadi suaminya. Panggilan itu adalah buah dari masalah yang disulut orangtuanya, sekaligus menjadi benih bagi masalah besar yang menimpa dua keluarga di Madura. Semuanya terkisah dalam novel baru Muna Masyari, "Damar Kambang".
Muna Masyari adalah cerpenis produktif yang karyanya sering tampil di berbagai media cetak dan daring. Pada 2017, cerpennya, “Kasur Tanah”, terpilih sebagai Cerpen Terbaik Kompas. Setelah menerbitkan dua buku kumpulan cerpen, "Damar Kambang" terbit sebagai novel perdananya.
Darmawati Majid terpilih sebagai emerging writer dalam Ubud Writer & Reader Festival 2018. Saat ini ia menjadi peneliti bahasa di Balai Bahasa Gorontalo. Selain bahasa, ia menaruh perhatian pada isu perempuan, keluarga, dan tradisi, tertuang dalam kumpulan cerpen yang ditulisnya, "Ketika Saatnya dan Kisah-kisah Lainnya".
Video Peluncuran Buku KPG lainnya: https://youtube.com/playlist?list=PL5qlRtkOtwIeanQ06Td3prG8-TNTwtgLz
Video Buka Buku KPG: https://youtube.com/playlist?list=PL5qlRtkOtwIdvvrCePXPol5KupieNSARc