#BukaBukuKPG
Kepustakaan Populer Gramedia
shared a video
Peluncuran Buku Damar Kambang karya Muna Masyari, Dibahas bersama Darmawati Majid
502 views
Meski tahun kalender telah berganti, Indonesia masih dicengkeram pandemi. Sejak COVID-19 resmi ditanyatakan tiba di Indonesia, kita telah melalui beberapa fase pembatasan sosial, dengan nama dan kadar yang berbeda-beda tetapi mengungkapkan kenyataan yang sama: kita tidak bisa ke mana-mana.
Sebagai makhluk sosial yang memerlukan aktivitas di luar rumah, entah untuk urusan pekerjaan, pendidikan, maupun rekreasi, sudah barang tentu ada godaan-godaan untuk meninggalkan rumah—ruang aman kita, mengabaikan pembatasan sosial yang masih berlangsung. Ada semacam panggilan, yang barangkali kita tidak tahu pasti itu apa, tetapi kita tahu itu sebetulnya bermasalah.
Dalam semesta yang lain, panggilan serupa berdengung di telinga Cebbhing, gadis Madura berusia 14 tahun. Panggilan itu mendorongnya melangkah menuju rumah lelaki yang seharusnya menjadi suaminya. Panggilan itu adalah buah dari masalah yang disulut orangtuanya, sekaligus menjadi benih bagi masalah besar yang menimpa dua keluarga di Madura. Semuanya terkisah dalam novel baru Muna Masyari, "Damar Kambang".
Muna Masyari adalah cerpenis produktif yang karyanya sering tampil di berbagai media cetak dan daring. Pada 2017, cerpennya, “Kasur Tanah”, terpilih sebagai Cerpen Terbaik Kompas. Setelah menerbitkan dua buku kumpulan cerpen, "Damar Kambang" terbit sebagai novel perdananya.
Darmawati Majid terpilih sebagai emerging writer dalam Ubud Writer & Reader Festival 2018. Saat ini ia menjadi peneliti bahasa di Balai Bahasa Gorontalo. Selain bahasa, ia menaruh perhatian pada isu perempuan, keluarga, dan tradisi, tertuang dalam kumpulan cerpen yang ditulisnya, "Ketika Saatnya dan Kisah-kisah Lainnya".
Video Peluncuran Buku KPG lainnya: https://youtube.com/playlist?list=PL5qlRtkOtwIeanQ06Td3prG8-TNTwtgLz
Video Buka Buku KPG: https://youtube.com/playlist?list=PL5qlRtkOtwIdvvrCePXPol5KupieNSARc
#BookLaunch #BukaBukuKPG #SastraIndonesia
Be the first person to like this.
Andheri Call Girls, Andheri Escorts Services - High Profile 4U
High Profile Andheri Escorts Service 4U 9833363713 & Independent Call Girls Andheri are hot. Book 100% Real Air Hostess, Models, Celebrity, VIP, Elite Escort 24x7.
Demokrasi di Indonesia: Dari Stagnasi ke Regresi?
shared a photo
Indonesia telah lama dipuji karena kemampuan transisi demokrasinya di tengah kemunduran demokrasi dunia. Tetapi ketika negara ini memasuki dekade ketiga demokrasi, pujian itu mulai tak relevan lagi. S...View More
Demokrasi di Era Post-truth
shared a video
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan bersama stafnya, Barito Mulyo Ratmono dalam buku “Demokrasi di Era Post-truth” (KPG, 2021) memperlihatkan bahwa media sosial memiliki kemampuan untuk m...View More
Demokrasi di Era Post-truth, Kajian Budi Gunawan dan Barito Mulyo Ratmono (Badan Intelijen Negara)
184 views
Disinformasi di era post-truth merupakan ancaman serius bagi terbangunnya demokrasi elektoral yang sehat. Legitimasi atas sebuah kebenaran tidak berdasarkan pada fakta yang dapat diverifikasi, tetapi pada keyakinan personal dan affect atau sesuatu yang menyentuh emosi dan rasa. Akibatnya, kebohongan dan kebenaran menjadi sulit diidentifikasi. Praktik-praktik disinformasi berbasis kebohongan dan kepalsuan ini kemudian tersebar dengan bentuk yang lebih beragam berkat kemunculan media sosial. Disinformasi yang diwarnai ujaran-ujaran kebencian di ruang media lambat laun mengakibatkan polarisasi politik menjadi semakin tajam dan kohesi sosial menjadi terancam.
Menyikapi hal itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan bersama stafnya, Barito Mulyo Ratmono dalam buku “Demokrasi di Era Post-truth” (KPG, 2021) memperlihatkan bahwa media sosial memiliki kemampuan untuk menyebarluaskan informasi yang salah, memunculkan teori-teori konspirasi liar, membicarakan pihak tertentu secara negatif tanpa dasar yang jelas, serta menyebabkan terjadinya polarisasi di masyarakat. Dalam pada itu, praktik-praktik politik di era post-truth membawa dampak negatif terkikisnya tradisi perdebatan yang sehat di masyarakat, terjadinya kebuntuan politik, ketidakpastian suatu kebijakan, bahkan dapat menjadikan masyarakat mengalienasi diri dari dinamika politik.
Guna meminimalisir bencana disinformasi dalam politik era post-truth tersebut, silakan mengikuti diskusi ini. Kita akan berbincang dengan Barito Mulyo Ratmono yang juga Doktor Kajian Media dan Budaya dari Universitas Gadjah Mada, Raffi Ahmad (Founder RANS Entertainment, Content Producer, dan Aktor), dan pemerhati media massa sekaligus anggota Dewan Pers Agus Sudibyo yang menulis buku “Jagat Digital” dan “Tarung Digital”.
Diskusi buku ini disiarkan langsung melalui kanal YouTube Tribunnews, Kompas TV dan Kompas.com. Anda juga bisa bergabung dalam ruang diskusi di Zoom melalui tautan ini: https://penerbitkpg.qrd.by/acaradept. Selamat menyaksikan.
Info buku: https://siapabilang.com/buku-demokrasi-di-era-post-truth/
#PostTruth #Hoaks #ManipulasiMediaSosial
Wabah dan Pandemi
shared a photo
Kini manusia sedunia mesti hidup berdampingan dengan pandemi COVID-19. Namun sebenarnya selama berabad-abad manusia telah menghadapi berbagai penyakit menular yang telah menyebabkan banyak korban jiwa...View More
Riddles of Existence
shared a photo
Hadiri peluncuran buku "Riddles of Existence", kumpulan puisi J. C. Dawn kolaborasi dengan Govinda Rumi, fotografer, Minggu, 8 Agustus 2021 pukul 20.00 WIB. Acara disiarkan langsung dari akun Instagra...View More
Stop Membaca Berita
shared a video
Apakah mengonsumsi berita itu baik dan berguna bagi kita, atau malah sebaliknya? Berita macam apa? Apa yang terjadi andai kita mencoba berhenti mengonsumsi berita, bagi diri kita sendiri maupun masyar...View More
Diskusi Buku "Stop Membaca Berita" karya Rolf Dobelli bersama Wisnu Nugroho dan Ignatius Haryanto
451 views
Rolf Dobelli, penulis buku terlaris "The Art of Thinking Clearly (99 Sesat Pikir)" dan "The Art of the Good Life mengajukan gagasan untuk berhenti mengonsumsi berita di dua buku terdahulunya. Dalam "Stop Membaca Berita" Dobelli membahasnya lebih lanjut. Dunia modern penuh informasi, sebagiannya dalam bentuk berita, berbagai laporan kejadian di seluruh dunia, penting maupun remeh, yang diangkat oleh berbagai saluran media mulai dari koran dan TV sampai situs web dan media sosial. Orang sekarang tidak lagi kekurangan informasi, malah kebanjiran. Sepanjang waktu kita disuguhi segala informasi mengenai apa yang sedang berlangsung di dunia.
Namun apakah mengonsumsi berita itu baik dan berguna bagi kita, atau malah sebaliknya? Berita macam apa? Apa yang terjadi andai kita mencoba berhenti mengonsumsi berita, bagi diri kita sendiri maupun masyarakat? Mengapa keadaan dunia media berita jadi seperti adanya sekarang? Apa yang bisa dipelajari oleh para praktisi media dan konsumennya?
Simak dalam program Buka Buku KPG "Stop Membaca Berita" bersama dosen komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Ignatius Haryanto dan pemimpin redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho di sini. Diskusi dimoderatori editor buku sains Penerbit KPG, Andya Primanda. Rekaman dilakukan via Zoom pada Jumat, 2 Juli 2021 pukul 14.00-16.00 WIB.
------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------- ---------
Info lebih lanjut terkait buku "Stop Membaca Berita" bisa Anda lihat di https://siapabilang.com/buku-stop-membaca-berita
Pembelian buku "Stop Membaca Berita": https://www.gramedia.com/products/stop-membaca-berita
#BukaBukuKPG #StopReadingtheNews #RolfDobelli
Love for Imperfect Things (Mencintai Ketidaksempur...
shared a video
"Love for Imperfect Things" merupakan buku kedua Haemin Sunim, yang terbit setelah buku pertamanya "The Things You Can See When You Slow Down". Dalam buku keduanya, Haemin Sunim mengajak sekaligus men...View More
Love For Imperfect Things karya Haemin Sunim Bersama Bhante Nyanagupta & Maria Hartiningsih
391 views
Sebelas bulan telah berlalu sejak pertama kali Indonesia menyatakan secara resmi COVID-19 tiba di negeri ini. Selama hampir setahun itu pula kita mengalami berbagai hal yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Rutinitas kita berubah; lingkungan rumah, kerja, dan sosial berubah; dan hubungan sosial pun tidak seperti yang pernah kita bayangkan. Kata “New Normal” menjadi buzzword yang kita upayakan untuk kita yakini dan terima.
Upaya ini nyatanya tidak mudah. Banyak di antara kita masih belum benar-benar bisa menerima dan berharap, dunia yang indah sebelum korona ini segera kembali. Nyatanya, harapan indah itu tidak kunjung tiba, dan karena itu untuk sebagian dari kita, kebahagiaan itu terasa semakin menjauh.
"Love for Imperfect Things" merupakan buku kedua Haemin Sunim, yang terbit setelah buku pertamanya "The Things You Can See When You Slow Down". Dalam buku keduanya, Haemin Sunim mengajak sekaligus menemani pembaca untuk memeriksa kembali “harapan indah” tersebut dan memeluk apa pun yang ada. Kehidupan memang semrawut, kadang indah, rapi, dan mulus, kadang juga ambyar. Akankah kebahagiaan kita ikut ambyar?
Ikuti pembahasannya bersama Bhante Nyanagupta dan Maria Hartiningsih. Bhante Nyanagupta sehari-hari melakukan pelayanan di Wihara Ekayana Arama, Jakarta. Selama 12 tahun kehidupan sebagai monastik (biksu), Beliau aktif mengikuti pelatihan/retret Zen/Chan, antara lain di Dharma Drum Mountain di Taiwan (2007-2010), Plum Village Prancis (2010), Malaysia, dan Indonesia. Maria Hartiningsih adalah jurnalis harian Kompas sejak 1984 hingga 2015. Bukunya “Jalan Pulang” memuat perjalanan spiritualnya berziarah ke Camino Santiago—Lourdes—Plum Village—Oran dan Mostaganem.
#TheThingsYouCanSeeOnlyWhenYouSlowDown #JalanPulang #BukaBukuKPG
Malam Terakhir
shared a video
"Malam Terakhir" ditulis Leila S. Chudori pada masa mudanya. Saat ia masih berstatus mahasiswi dan belum bergabung menjadi jurnalis di Tempo. Leila menuturkan pada masa itu, emosinya masih meletup-let...View More
Malam Terakhir dan Karya Fiksi Leila S. Chudori Lainnya | Buka Buku KPG
384 views
Dikenal lewat novel-novel bestseller-nya yang memenangkan beberapa penghargaan, yakni "Pulang" dan "Laut Bercerita", Leila S. Chudori justru pernah menyebut cerita pendek sebagai “rumah saya yang nyaman”. Sejak memulai kiprah kepenulisan pada usia belia, Leila hampir selalu menulis dalam format cerita pendek yang lebih keras, galak, menekan, dan hanya menyediakan ruang sempit untuk ledakan dahsyat.
"Malam Terakhir" menjadi titik penting dalam kiprah kepenulisan Leila. Kumpulan cerpen itu merupakan karya terakhir sebelum berkelana selama 20 tahun, yang kemudian terbitan ulangnya menandai kembalinya Leila ke “rumah”.
Pernahkah kamu mengunjungi “rumah” Leila S. Chudori? Bagaimana kesanmu atas kunjungan itu? Atau kamu tertarik mengetahui dahulu seluk-beluk rumah itu sebelum mengunjunginya? Mari dengarkan perbincangan intim dengan Mbak Leila di Buka Buku KPG kali ini.
Info penulis: https://siapabilang.com/penulis-leila-s-chudori
How to Die: Sebuah Panduan Klasik Menjelang Ajal
shared a video
Bagaimana mencapai kebahagiaan telah lama menjadi pemikiran umat manusia. Namun, dalam keadaan sekarang—ketika maut mulai menjemput sanak-saudara dan kerabat dekat akibat pandemi tak kunjung reda dan ...View More
Bahagia Hadapi Kematian Menurut Filsafat Stoa Seneca di Buku How to Die oleh Ustaz Ach Dhofir Zahry
634 views
Bagaimana mencapai kebahagiaan telah lama menjadi pemikiran umat manusia. Namun, dalam keadaan sekarang—ketika maut mulai menjemput sanak-saudara dan kerabat dekat akibat pandemi tak kunjung reda dan bencana alam tak berhenti menyapa—masih adakah yang bisa menjadi sumber kebahagiaan?
Seneca adalah seorang filsuf Stoa yang banyak merenung tentang kematian. “Pelajari kematian” adalah satu di antara kata-kata Seneca yang terkenal. Menurut filsuf ini, kesadarannya akan kematian bukan karena terobsesi dengan kematian. Baginya, “barang siapa tidak memahami cara mati yang baik, dia akan menjalani hidupnya dengan buruk.”
Narasumber: Gus Ach. Dhofir Zuhy (Ketua STF Al-Farabi dan Penulis “Nabi Muhammad Bukan Orang Arab?”)
Moderator: Y.D. Anugrahbayu, Alumnus STF Driyarkara
Sabtu, 27 Februari 2021, 15.30-17.30 WIB
Info buku "How to Die" di: https://siapabilang.com/buku-how-to-die/
#BukaBukuKPG #Filsafat #STFDriyarkara