Kepustakaan Populer Gramedia
by on August 11, 2020
322 views

Kehidupan manusia merupakan siklus peristiwa yang memiliki keserupaan. Yang berbeda hanya zaman, penampilan, tingkat kemajuan teknologi, dan peradaban. Sebab-sebab kejadian yang menimpa mereka sama. Sebab itu, sejarah dipelajari tidak hanya untuk dihafal, melainkan untuk dijadikan cermin agar lebih mawas menghadapi kejadian serupa di masa sekarang dan di masa depan.

Begitulah gambaran besar yang hendak disampaikan buku yang terdiri dari 66 bab ini. Buku ini, misalnya,  mengambil contoh peristiwa banjir yang tiap musim penghujan  menimpa Jakarta. Peristiwa tersebut disandingkan buku ini dengan peristiwa banjir  masa silam yang terjadi di Mesopotamia, Mesir Kuno, Mohenjo-Daro, dan Harappa. Benang merah penyebabnya sama, yaitu abai terhadap lingkungan.

“Masyarakat Jakarta sekarang pun, kalau musim hujan dan banjir sudah lewat, segera lupa terhadap apa yang harus diperbuatnya untuk mencegah atau, paling tidak, memperkecil akibat banjir mendatang. Pembuangan sampah dilakukan seenaknya dan malah ada yang menutupi saluran air, “ tulis P. Swantoro, penulis buku ini (hlm 59).

Di bab lain,  buku ini juga mengisahkan judi di Jakarta. Akar judi sudah berakar urat dalam peradaban manusia sejalan perkembangan agama yang menentangnya. Judi tidak hanya urusan menang kalah dengan perolehan kekayaan yang tiba-tiba banyak atau bangkrut seketika. Judi mengandung kesenangan psikologis tersendiri terkait dengan kecenderungan manusia yang ingin serba instan dan gemar mencari shortcut.

Kuatnya animo masyarakat terhadap perjudian bisa dilihat pendapatan PT. Citadel misalnya, yang pernah beroperasi di Jakarta. Dalam setahun,  ia bisa mendapatkan keuntungan Rp45 miliar dengan rata-rata perolehan tiap malam sebesar Rp 150 juta. Keuntungan sebesar itu, sepertiga diberikan kepada para penebak jitu. Sisanya dibayarkan ke 2.000 pegawai perusahaan judi tersebut dan disetor ke kas DKI Jakarta sebesar Rp3 miliar dan. DKI Jakarta juga masih mendapatkan setoran dari kasino-kasino sebesar Rp10 Miliar. Ini terjadi pada tahun 1980-an.
 

Penulis: P. Swantoro
Editor: Galang
Kategori: NonfiksiHumanioraSejarah
Terbit: 10 September 2018
Harga: Rp 90.000
Tebal: 404 halaman
Ukuran: 140 mm x 210 mm
Sampul: Softcover
ISBN: 9786024810290
ID KPG: 591801551
Bahasa: Indonesia
Usia: 13+
Bonus: Pembatas buku
Penerbit: KPG



Pemerintah Jakarta, dengan dana itu, bisa membangun puluhan sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya. Ini terjadi jauh sebelum krisis moneter melanda di mana untuk satu unit puskesmas lengkap dengan peralatannya hanya dibutuhkan dana Rp25 juta. Ini artinya keuntungan dari perjudian sangat tinggi dan income yang diperoleh negara juga tinggi.

Perjudian tersebut ditentang banyak kelompok moralis dan penganut agama. Mau tidak mau, perjudian ditutup. Secara formal memang ditutup, namun secara informal, dengan gerakan ilegal, perjudian tetap terus berjalan dengan volume sama. Keuntungan bandar judi berlipat sebab mereka tidak perlu membayar pajak kepada pemerintah. 

Kasus serupa tidak hanya di Jakarta, di berbagai negara hal demikian serupa terjadi. “Sejarah di negara mana pun dan sejak kapan pun menunjukkan bahwa soal itu tidak bisa dipecahkan dengan asal melarang atau asal membiarkannya. Pertimbangan-pertimbangan moralistis murni perlu diimbangi dengan penglihatan yang realistis terhadap lekuk liku kehidupan masyarakat,” (hlm 23).

Kasus tenggelamnya kapal juga disinggung dalam buku ini. Di Indonesia, kasus ini sangat banyak terjadi. Pasalnya, sarana penyelamatan yang belum memadai dan ketidakpatuhan awak kapal mengikuti aturan. Titanic adalah legenda kapal dengan teknologi canggih yang kemudian tenggelam dan menewaskan 1.503 jiwa sebab tidak patuh aturan.

Pemiliki Titanic dengan pongah mengatakan, “We place absolute confidence in the Titanic. We believe that the boat is unsinkable,” (hlm 26) . Di Pelayaran perdananya, Titanic melengkapi hanya dengan 16 perahu penolong, separuh dari aturan yang ditetapkan. Selama perjalanan, beragam informasi dari beberapa kapal lain tentang gunung es tak dihiraukan. Bahkan saluran informasinya dimatikan. 

Kepiawaian penulis buku ini mengaitkan peristiwa masa silam dengan peristiwa saat sekarang menjadikan kisah-kisah tersebut seolah satu mata rangkaian yang saling terhubung. Data dan referensi kisah yang begitu beragam dalam buku ini membuat pembaca akan mendapatkan pengetahuan tentang hal yang penting mereka pahami.

Dimuat di Harian Radar Madura edisi, 20 Agustus 2019


Peresensi: Habibullah, Alumnus UIN Malang. 

Posted in: Ulasan
Be the first person to like this.