Sagu Papua untuk Dunia
shared a video
Berkolaborasi dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), melalui buku Sagu Papua untuk Dunia ini ANJ berupaya menumbuhkan pemahaman tentang fungsi, potensi, serta manfaat besar sagu sebagai bahan pang...View More
Peluncuran Buku Sagu Papua untuk Dunia (Bagian 2)
268 views
Berkolaborasi dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), melalui buku Sagu Papua untuk Dunia ini ANJ berupaya menumbuhkan pemahaman tentang fungsi, potensi, ...
Be the first person to like this.
Sagu Papua untuk Dunia
shared a video
Berkolaborasi dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), melalui buku Sagu Papua untuk Dunia ini ANJ berupaya menumbuhkan pemahaman tentang fungsi, potensi, serta manfaat besar sagu sebagai bahan pang...View More
Peluncuran Buku Sagu Papua untuk Dunia (Bagian 1)
247 views
Berkolaborasi dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), melalui buku Sagu Papua untuk Dunia ini ANJ berupaya menumbuhkan pemahaman tentang fungsi, potensi, serta manfaat besar sagu sebagai bahan pangan alternatif kepada masyarakat yang lebih luas.
Buku ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang pentingnya pembangunan untuk masyarakat Papua yang dilandasi rasa percaya. Tujuannya agar masyarakat Papua tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi mitra penting yang akan turut menikmati kemajuan di wilayahnya.
"Keinginan mengetahui dan memuliakan sagu berbarengan wabah mungkin memberi prihatin dan sesalan. Kita pun mengetahui Papua pun menanggungkan wabah dengan penanggulangan terbatas, tak seperti di Jawa....View More
Masalah Kemerdekaan Pangan, dari Era Soekarno hingga Joko Widodo - Alif.ID
Buku & Kita - Sejak Indonesia merdeka (1945), masalah terpelik sulit dirampungkan secara bijak adalah pangan. Pada sekian babak sejarah, pangan membuat pemerintah
Halaman Pratinjau: Sagu Papua Untuk Dunia di Google Books:
https://books.google.co.id/books?id=1irGDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Sorgum:+Benih+Leluhur+untuk+Masa+Depan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwisi56gx...View More
Sagu Papua Untuk Dunia
KEBIJAKAN PANGAN nasional hingga kini masih identik dengan beras. Padahal, sejak 1952 Presiden Sukarno sudah mengingatkan bahwa menitik beratkan kebijakan pangan hanya pada padi sawah akan sulit memen
Sagu Papua untuk Dunia
shared a photo
Kedaulatan pangan di Indonesia dapat terwujud dengan cara diversifikasi pangan, salah satu pangan yang dapat diunggulkan ialah Sagu. Bagaimana dan mengapa sagu dapat menjadi alternatif pangan yang ses...View More
Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
SATU-SATUNYA presiden Indonesia yang memiliki pandangan visioner tentang kedaulatan pangan bagi negerinya adalah Soekarno. Ini bisa dilihat dari pidato-pidato yang disampaikan dan program-program pertanian yang dicanangkan selama pemerintahannya. Presiden setelahnya, hingga sekarang, awam tentang ketahanan pangan. Program yang dijalankan hanya mengulang program pertanian pemerintah pendahulu, yang selain gagal, juga mengakibatkan ancaman ekologi.
Di era Presiden Soeharto, menurut Ahmad Arif, sekitar satu hektare tanah gambut dikeringkan di Kalimantan untuk dijadikan lahan produksi beras. Nyatanya, lahan tersebut tetap tidak bisa ditanami padi, terbengkalai, dan sekarang menjadi sumber kebakaran setiap musim kemarau, Presiden Jokowi (2014-2019) menerapkan program serupa: Pajale.
Untuk menyukseskan program tersebut, presiden memerintahkan pembukaan sejuta hektare sawah baru, termasuk di Papua. Sebagaimana di era Orde Baru, era Jokowi mengalami kegagalan serupa dalam hal pangan. Bukan karena sedikitnya lahan pertanian negeri agraris ini, melainkan kurangnya pemahaman pemerintah. "Semua daerah dipaksa menanam padi dengan paket intensifikasi. Padahal, tidak semua daerah bisa dan cocok ditanami jenis tumbuhan tersebut," tulis Arif (hlm. 3).
Arif mengkritik "kebebalan" cara pikir pemerintah yang menganggap beras adalah satu-satunya makanan pokok bagi rakyatnya. Jelas bahwa kebijakan pangan yang bertumpu pada beras telah gagal. Pasalnya, padi hanya bisa tumbuh bagus di wilayah Bali dan Jawa. Sedangkan tanah di luar wilayah tersebut tidak bisa bagus ditanami tanaman itu. Sialnya lagi, menurut Arif, produksi beras di dua wilayah tersebut makin melorot seiring dengan kehancuran tanah akibat penggelontoran pupuk kimia yang terus-menerus. Padahal, jumlah penduduk Indonesia melonjak tajam. Tidak heran jika untuk memenuhi kekurangan beras ini, pemerintah rutin mengimpor dari luar negeri.
FAO mengingatkan bahwa negara dengan penduduk lebih dari 100 juta tidak mungkin bisa maju, makmur, dan berdaulat bila bahan pangannya bergantung pada impor. Pada 1952, Soekarno sudah mengingatkan tentang pentingnya varian makanan pokok bagi penduduk negeri ini. Satu jenis pangan tidak akan cukup. Negeri ini memiliki ragam tanah dan pangan. Bung Karno menghendaki varian pangan tersebut dikembangkan agar rakyat memiliki kedaulatan pangan.
Ambisi Sang Proklamator ini kandas ketika Soeharto, dengan program swasembada pada 1970-an, menomorsatukan beras dan menegasikan jenis pangan lain. Program ini sukses dijalankan sehingga masyarakat Papua, misalnya, yang awalnya mengonsumsi sagu sebagai makanan utama, bermigrasi menjadi konsumen beras. Di Papua, menurut Arif, sebagaimana di daerah-daerah lain, sekarang mengalami ketergantungan kuat pada beras, yang jumlah produksinya makin minus. Di masa yang akan datangan, bukan hanya mereka yang terancam kekurangan pangan, melainkan juga masyakarat Indonesia secara keseluruhan.
Arif menawarkan sagu sebagai alternatif makanan pokok guna mengimbangi supremasi beras yang saat ini produksinya mulai kewalahan. Sagu, menurut Arif, merupakan makanan pertama Homo Sapiens. Dibandingkan beras, sagu memilki beberapa kelebihan. Misalnya, dalam satu hektare yang sama, produksi sagu bisa tiga kali lipat dibandingkan produksi beras. Pohon sagu lebih tahan penyakit dan mudah tumbuh di berbagai jenis lahan.
Arif menawarkan sagu Papua. Sebab, di daerah timur tersebut, populasi tanaman ini terbesar sedunia. Sedangkan pengeskpor sagu justru Malaysia. Sungguh ironis. Arif mengulas pentingnya sagu papua sebagai makanan pokok agar tragedi masyarakat suku Asmat, Papua, yang pernah kelaparan karena kekurangan beras, tidak terulang.
Repoisisi sagu urgen digalakkan kembali dengan memberinya harga dan perhatian sama dengan beras. Ini harus dicanangkan pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Intensitas pengelolaan sagu Papua penting digalakkan agar ia juga menjadi komoditas ekonomi andalan. Saat buku ini ditulis, sudah beroperasi pabrik sagu modern yang bersedia mengolah sagu Papua. Diharapkan dengan uraian dalam buku ini, negara tergerak mendukungnya secara optimal. (*)
HABIBULLAH
Anggota Literatur Circle Club
Tumbuhan sagu tidak hanya tumbuh di Papua dan Maluku, tetapi juga menyebar dari timur di Pasifik Selatan ke barat hingga India. Sebagai tumbuhan endemik Asia Tenggara, sagu bisa ditemukan di Indonesia...View More
Sagu Papua untuk Kebutuhan Pangan Indonesia dan Dunia
Sagu pernah sumber pangan utama bagi masyarakat Nusantara sebelum beras (padi) masuk ke Indonesia.
Peluncuran buku "Sagu Papua untuk Dunia" karya Ahmad Arif di Bueno Nasio, Suken Menara Plaza BTPN, Jakarta Selatan, Senin, 25 November 2019.
https://www.instagram.com/p/B5UbzjYF-VC/
#Event #Peluncur...View More
Login • Instagram
Welcome back to Instagram. Sign in to check out what your friends, family & interests have been capturing & sharing around the world.
Ini unggahan terakhir. Untuk kembali ke atas, klik:
https://siapabilang.com/buku-sagu-papua-untuk-dunia/wall/
Untuk kembali ke laman Karya, klik:
https://siapabilang.com/pages/category/1/karya
Sagu Papua untuk Dunia
Sagu Papua untuk Dunia. 1 like. SinopsisKEBIJAKAN PANGAN nasional hingga kini masih identik dengan beras. Padahal, sejak 1952 Presiden Sukarno sudah mengingatkan bahwa menitik beratkan kebijakan pan