Bagi Ahda Imran, menulis buku biografi adalah menulis tentang manusia bukan malaikat yang serba suci dan hidup terpuji. Oleh karena itu, bukunya "Jais Darga Namaku" menggambarkan seutuhnya sosok Jais ...View MoreBagi Ahda Imran, menulis buku biografi adalah menulis tentang manusia bukan malaikat yang serba suci dan hidup terpuji. Oleh karena itu, bukunya "Jais Darga Namaku" menggambarkan seutuhnya sosok Jais Darga—perempuan pertama dari Indonesia yang menjadi art dealer internasional—lengkap dengan sejarah kelam keluarga hingga lika-liku kisah cintanya.
Lewat buku yang ditulis seperti novel alih-alih biografi ini, Ahda juga menguak berbagai rahasia yang tidak pernah terkatakan sebelumnya antara Jais Darga, Ibu, dan putrinya. Ahda merajutnya menjadi kisah tiga perempuan beda zaman dengan benturannya masing-masing.
Tak heran, buku ini dilirik sutradara Kamila Andini yang mengangkatnya ke layar lebar dengan judul "Before, Now, and Then (Nana)". Kisah diambil dari bab awal buku "Jais Darga Namaku", kisah ibu Jais Darga, yakni Nana. Film ini meraih sejumlah nominasi penghargaan film internasional bergengsi, seperti memenangkan Penghargaan Golden Bear untuk kategori film terbaik dan Laura Basuki meraih Silver Bear (penghargaan tertinggi yang diberikan untuk film terbaik di Festival Film Internasional Berlin) untuk Best Supporting Performance.
Penasaran? Tonton diskusi Ahda Imran bersama Radio Smart FM dalam acara "Book of The Week: Jais Darga Namaku".
#Event #EventKPG #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #JaisDargaNamaku #AhdaImran #JaisDarga #BookoftheWeek #BotWSmartFM #SmartFM #Biografi #BukuBiografi #PenerbitKPG
Kabar gembira untuk kamu mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terkhusus Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, karena tanggal 25 Oktober nanti Mimin beserta Kang Maman akan datang ke ...View MoreKabar gembira untuk kamu mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terkhusus Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, karena tanggal 25 Oktober nanti Mimin beserta Kang Maman akan datang ke kampusmu. Catat waktu dan tanggalnya ya. Kita bakal bincang-bincang, dan berdiskusi seputar buku “Re; dan PeRempuan” karya Kang Maman.
---
Novel “Re; dan PeRempuan” berkisah tentang Herman (Kang Maman), seorang mahasiswa Ilmu Kriminologi tingkat akhir, yang bertemu dengan Re; seorang pelacur lesbian, dalam proses menyelesaikan skripsinya. Pertemuan dengan Re; tersebut perlahan mengubah hidupnya, mempertemukan Herman dengan berbagai macam konflik hingga menyeretnya masuk ke sisi tergelap dunia pelacuran.
Buku ini diangkat berdasarkan kisah nyata dari skripsi sang penulis dan pengalaman-pengalamannya selama penelitian. Bagaimana proses kepenulisan kang Maman? Dan seperti apa proses yang dilakukan untuk alih wahana skripsi menjadi sebuah novel?
Jangan lewatkan “Talkshow dan Bedah Buku Re; dan PeRempuan” bersama Kang Maman di Universitas Muhammadiyah Malang.
*khusus mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang
#Event #EventBuku #BertemudiBuku #RedanPeRempuan #MamanSuherman #KangMaman #UniversitasMuhammadiyahMalang #KompasGramedia #PenerbitKPG
Kabar gembira untuk kamu mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terkhusus Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, karena tanggal 25 Oktober nanti Mimin beserta Kang Maman akan datang ke ...View MoreKabar gembira untuk kamu mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terkhusus Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, karena tanggal 25 Oktober nanti Mimin beserta Kang Maman akan datang ke kampusmu. Catat waktu dan tanggalnya ya. Kita bakal bincang-bincang, dan berdiskusi seputar buku “Re; dan PeRempuan” karya Kang Maman.
---
Novel “Re; dan PeRempuan” berkisah tentang Herman (Kang Maman), seorang mahasiswa Ilmu Kriminologi tingkat akhir, yang bertemu dengan Re; seorang pelacur lesbian, dalam proses menyelesaikan skripsinya. Pertemuan dengan Re; tersebut perlahan mengubah hidupnya, mempertemukan Herman dengan berbagai macam konflik hingga menyeretnya masuk ke sisi tergelap dunia pelacuran.
Buku ini diangkat berdasarkan kisah nyata dari skripsi sang penulis dan pengalaman-pengalamannya selama penelitian. Bagaimana proses kepenulisan kang Maman? Dan seperti apa proses yang dilakukan untuk alih wahana skripsi menjadi sebuah novel?
Jangan lewatkan “Talkshow dan Bedah Buku Re; dan PeRempuan” bersama Kang Maman di Universitas Muhammadiyah Malang.
*khusus mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang
#Event #EventBuku #BertemudiBuku #RedanPeRempuan #MamanSuherman #KangMaman #UniversitasMuhammadiyahMalang #KompasGramedia #PenerbitKPG
Berakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soe...View MoreBerakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soedjatmoko dan genealogi-kultural Madiun Raya, tur sejarah ini juga diisi dengan diskusi buku bersama para sejarawan kenamaan Indonesia.
Pendaftaran: bit.ly/membacasdjmadiun atau hubungi kontak di poster.
-
Siapakah Soedjatmoko?
Soedjatmoko (1922–1989), pemikir terkemuka Indonesia dengan kiprah yang kosmopolitan, semasa hidup senantiasa pulang ke kampung halaman leluhurnya di Madiun Raya. Kiai Mangunarso (lahir 1810), kakek moyang Soedjatmoko yang lahir sebelum Perang Jawa (1825–1830), otomatis bergulat menjadi insan merdeka dalam situasi sesudah dunia tatanan lama Jawa yang telah ditaklukkan kolonialisme. Pergulatan sejarah yang sama dialami keluarga Madiun Raya yang lain, seperti Trah Prawirodirjan. Trah ini membayar mahal dengan terbunuhnya Raden Ronggo Prawirodirjo III (1810), ayahanda Sentot Prawirodirjo (1807–1855). Pergulatan sejarah keluarga Soedjatmoko maupun keluarga-keluarga lain di Madiun Raya menghasilkan ajaran leluhur yang terus dipegang para keturunannya dan menyumbang konstelasi dalam dinamika identitas kultural tersendiri yang jarang dipahami.
-
Kegiatan ini terselenggara berkat Membaca Soedjatmoko, Universitas Negeri Malang, Kelompok Periset Karavan Cendekia, Penerbit KPG, Kelompok Diskusi Soedjatmoko, Komunitas Historia Van Madioen (HVM).
#Event #EventKPG #NapakTilas #TurSejarah #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #PenerbitKPG
Berakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soe...View MoreBerakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soedjatmoko dan genealogi-kultural Madiun Raya, tur sejarah ini juga diisi dengan diskusi buku bersama para sejarawan kenamaan Indonesia.
Pendaftaran: bit.ly/membacasdjmadiun atau hubungi kontak di poster.
-
Siapakah Soedjatmoko?
Soedjatmoko (1922–1989), pemikir terkemuka Indonesia dengan kiprah yang kosmopolitan, semasa hidup senantiasa pulang ke kampung halaman leluhurnya di Madiun Raya. Kiai Mangunarso (lahir 1810), kakek moyang Soedjatmoko yang lahir sebelum Perang Jawa (1825–1830), otomatis bergulat menjadi insan merdeka dalam situasi sesudah dunia tatanan lama Jawa yang telah ditaklukkan kolonialisme. Pergulatan sejarah yang sama dialami keluarga Madiun Raya yang lain, seperti Trah Prawirodirjan. Trah ini membayar mahal dengan terbunuhnya Raden Ronggo Prawirodirjo III (1810), ayahanda Sentot Prawirodirjo (1807–1855). Pergulatan sejarah keluarga Soedjatmoko maupun keluarga-keluarga lain di Madiun Raya menghasilkan ajaran leluhur yang terus dipegang para keturunannya dan menyumbang konstelasi dalam dinamika identitas kultural tersendiri yang jarang dipahami.
-
Kegiatan ini terselenggara berkat Membaca Soedjatmoko, Universitas Negeri Malang, Kelompok Periset Karavan Cendekia, Penerbit KPG, Kelompok Diskusi Soedjatmoko, Komunitas Historia Van Madioen (HVM).
#Event #EventKPG #NapakTilas #TurSejarah #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #PenerbitKPG
Berakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soe...View MoreBerakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soedjatmoko dan genealogi-kultural Madiun Raya, tur sejarah ini juga diisi dengan diskusi buku bersama para sejarawan kenamaan Indonesia.
Pendaftaran: bit.ly/membacasdjmadiun atau hubungi kontak di poster.
-
Siapakah Soedjatmoko?
Soedjatmoko (1922–1989), pemikir terkemuka Indonesia dengan kiprah yang kosmopolitan, semasa hidup senantiasa pulang ke kampung halaman leluhurnya di Madiun Raya. Kiai Mangunarso (lahir 1810), kakek moyang Soedjatmoko yang lahir sebelum Perang Jawa (1825–1830), otomatis bergulat menjadi insan merdeka dalam situasi sesudah dunia tatanan lama Jawa yang telah ditaklukkan kolonialisme. Pergulatan sejarah yang sama dialami keluarga Madiun Raya yang lain, seperti Trah Prawirodirjan. Trah ini membayar mahal dengan terbunuhnya Raden Ronggo Prawirodirjo III (1810), ayahanda Sentot Prawirodirjo (1807–1855). Pergulatan sejarah keluarga Soedjatmoko maupun keluarga-keluarga lain di Madiun Raya menghasilkan ajaran leluhur yang terus dipegang para keturunannya dan menyumbang konstelasi dalam dinamika identitas kultural tersendiri yang jarang dipahami.
-
Kegiatan ini terselenggara berkat Membaca Soedjatmoko, Universitas Negeri Malang, Kelompok Periset Karavan Cendekia, Penerbit KPG, Kelompok Diskusi Soedjatmoko, Komunitas Historia Van Madioen (HVM).
#Event #EventKPG #NapakTilas #TurSejarah #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #PenerbitKPG
Berakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soe...View MoreBerakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soedjatmoko dan genealogi-kultural Madiun Raya, tur sejarah ini juga diisi dengan diskusi buku bersama para sejarawan kenamaan Indonesia.
Pendaftaran: bit.ly/membacasdjmadiun atau hubungi kontak di poster.
-
Siapakah Soedjatmoko?
Soedjatmoko (1922–1989), pemikir terkemuka Indonesia dengan kiprah yang kosmopolitan, semasa hidup senantiasa pulang ke kampung halaman leluhurnya di Madiun Raya. Kiai Mangunarso (lahir 1810), kakek moyang Soedjatmoko yang lahir sebelum Perang Jawa (1825–1830), otomatis bergulat menjadi insan merdeka dalam situasi sesudah dunia tatanan lama Jawa yang telah ditaklukkan kolonialisme. Pergulatan sejarah yang sama dialami keluarga Madiun Raya yang lain, seperti Trah Prawirodirjan. Trah ini membayar mahal dengan terbunuhnya Raden Ronggo Prawirodirjo III (1810), ayahanda Sentot Prawirodirjo (1807–1855). Pergulatan sejarah keluarga Soedjatmoko maupun keluarga-keluarga lain di Madiun Raya menghasilkan ajaran leluhur yang terus dipegang para keturunannya dan menyumbang konstelasi dalam dinamika identitas kultural tersendiri yang jarang dipahami.
-
Kegiatan ini terselenggara berkat Membaca Soedjatmoko, Universitas Negeri Malang, Kelompok Periset Karavan Cendekia, Penerbit KPG, Kelompok Diskusi Soedjatmoko, Komunitas Historia Van Madioen (HVM).
#Event #EventKPG #NapakTilas #TurSejarah #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #PenerbitKPG
Setelah kolaborasi menyusun buku "Milenial & Turn-over", Kang Maman dan Sony Tan kembali menerbitkan buku bersama dengan judul, "Nusantara Pelabuhan Hati".
Jika buku sebelumnya menggali alasan di bal...View MoreSetelah kolaborasi menyusun buku "Milenial & Turn-over", Kang Maman dan Sony Tan kembali menerbitkan buku bersama dengan judul, "Nusantara Pelabuhan Hati".
Jika buku sebelumnya menggali alasan di balik fenomena tingginya intensitas "resign" karyawan muda sekarang, buku kali ini ibarat contoh nyata perusahaan yang punya lingkungan kerja dan komunikasi perusahaan yang sehat sehingga berupah loyalitas karyawannya. Kok bisa?
Yuk, hadiri acara peluncuran buku dan diskusi serunya di M Bloc Space, Sabtu ini pukul 13.30 WIB.
#Event #EventKPG #BookLaunch #PeluncuranBukuKPG #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #NusantaraPelabuhanHati #KangMaman #SonyTan #PenerbitKPG
Naela Ali yang terkenal berkat trilogi "Stories for Rainy Days" kembali meluncurkan buku ke-11 yang masih ada hubungannya dengan buku terlarisnya itu....
Sejatinya cerita Chairil Anwar tak melulu soal Jakarta. Jejaknya terendus sampai di Kota Malang, Jawa Timur. Majalah INTISARI edisi khusus Juli 2022 merayakan seabad sang pujangga bohemian itu. Sejara...View MoreSejatinya cerita Chairil Anwar tak melulu soal Jakarta. Jejaknya terendus sampai di Kota Malang, Jawa Timur. Majalah INTISARI edisi khusus Juli 2022 merayakan seabad sang pujangga bohemian itu. Sejarawan FX Domini BB Hera menulis kisahnya dalam tajuk “Percayalah Chairil, Patungmu Tak Sekadar Putaran Jalan” yang menyajikan penelusuran patung torsonya yang terlupakan di jantung Kota Apel.
Patung itu menampilkan sosok Chairil dan sajaknya yang melegenda “Aku” yang digubah pada 1943. Berada di lokasi yang strategis di Kayutangan, yakni berada seberang Gereja Katolik Hati Kudus dan Restoran Toko Oen. Kendati demikian, banyak warga kota ini yang nyaris tidak menyadari keberadaannya.
Sang pujangga menggubah “Sorga” dan “Doea Sadjak Boeat B. Resobowo” dan keduanya ditulis di Malang pada Februari 1947.
Apa yang dilakukan sang pujangga yang mengada-menggaya di Malang pada 1947? Mengapa kehadirannya begitu penting di kota itu? Siapa pematungnya? Bagaimana kenangan warga hari ini tentang Chairil?
Dialog INTISARI edisi 13 Juli 2022 menampilkan sederet narasumber: FX Domini BB Hera (Sejarawan dan Kontributor Majalah INTISARI), Roesdan S.A. Pradana (cucu pejuang Hudan Dardiri), Denny Mizhar (Pegiat Komunitas Pelangi Sastra Malang), dan Christina M. Udiani (Editorial & Production Manager KPG).
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bersama INTISARI dan Komunitas Pelangi juga menggelar pencarian jejak sang pujangga itu di Kota Malang dalam “Jelajah Seabad Chairil Anwar: Di Malang 1947 dia datang, 1955 ia dikenang” pada 23-24 Juli. Pendaftaran, simak di poster kedua dan ketiga.
Chairil, kini patung torsomu tengah menanti penetapan sebagai cagar budaya Kota Malang. Semoga terlaksana, sehingga kau tak sekadar dikenang sebagai putaran jalan Kayutangan.
Tautan FB Live: https://www.facebook.com/events/437038881769377/
#Event #EventKPG #DialogIntisari #100TahunChairilAnwar #JelajahSeabadChairilAnwardiMalang #ChairilAnwar #MajalahIntisari #Gridnetwork #GramediaBasraMalang #KomunitasPelangiSastra #PenerbitKPG
page=1&year=&month=&hashtagsearch=Event
Load More