Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
Hari ini, 1 Juni, kami merayakan 27 tahun berbagi ide, gagasan, kisah dengan Anda semua. Mula-mula kita bertemu melalui buku, kemudian media lain, dan semoga juga segera pada platform atau ranah yang makin berlainan.
“Jalin Jalan” yang menjadi tema ulang tahun kali ini mencerminkan semangat untuk terus melangkah ke depan dengan segala peluang dan keterbukaan yang makin luas dan beragam. Ke depan, untuk senantiasa bersama-sama memelihara kewarasan nalar dan kepenuhan budi.
Kami berterima kasih atas dukungan Anda semua di sepanjang perjalanan kami. Kami tak akan pernah sampai di titik ini tanpa dukungan Anda. Semoga buku-buku yang kami terbitkan dan kehadiran kami bisa terus memberikan ruang dan menjadi rumah yang nyaman dan asyik bagi suara-suara baru yang memancarkan keberagaman, mencerahkan pemikiran, dan menghidupkan imajinasi.
Disklaimer: Kerangka catatan editorial ini dibuat oleh Google Bard, disunting serta diberi daging dan darah oleh redaksi KPG.
Be the first person to like this.
27 Tahun KPG
shared a video
Spesial HUT Ke-26 Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia: Bertemu di Buku | Book of the Week
135 views
#SpesialHUTKe26 #PenerbitKepustakaanPopulerGramedia #BertemuDiBuku #BookOfTheWeek #smartfm959 #smartfm #smartfmnetwork #kgradionet Broadcasting [LIVE] on : SMARTFM Jakarta 95.9 , Makassar 101.1, Banjarmasin 101.1, Balikpapan 97.8, Palembang 101.8, Pekanbaru 101.8, Manado 101.2, Yogyakarta 102.1, Medan 101.8, Surabaya 107.3, Indovision ch.507 ================================== Akses lewat Radio dan tape mobil pada gelombang 95.9 FM Streaming Smart FM: http://www.radiosmartfm.com JOOX Smart Jakarta 959 FM: https://www.joox.com/id/radio/live/61b3251b265fe63e7b3b893f ================================== Untuk Berlangganan/Subscribe for free (100%): Channel Youtube Smart FM : https://www.youtube.com/channel/UCfijLkpA6MVOyZZd6wsvEjg ================================== Follow us : Twitter : https://www.twitter.com/radiosmartfm Facebook : http://www.facebook.com/radiosmartfm Instagram : http://www.instagram.com/radiosmartfm959
Madden Wayne
The research report includes an in-depth analysis, showing the capabilities of major stakeholders in this market, spanning a number of different geographical locations. https://freegamesonline.io
Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
Kembali menginjak hari kelahiran setelah melewati dua tahun pandemi, tak lain dari rasa syukur yang langsung terasa. Banyak yang ingin kami letakkan di belakang, tetapi ada pula yang ingin kami lanjutkan. Kerja sama, bela rasa, dan empati. Tiga inilah yang kami rasa menjadi semangat utama kami, juga kita semua bisa bertahan sejauh ini.
Sebagai penerbit, kami ingin terus menghidupkan api kerja sama, bela rasa, dan empati itu lewat apa yang menjadi kemampuan, keahlian, dan kecintaan kami: bekerja sama di, dari, dan untuk buku.
Buku belakangan memang dipandang sudah usang karena berbenturan dengan dunia digital. Pandemi mengajarkan, betapa digdaya kemajuan dunia digital. Meskipun tak bisa keluar rumah, kita tetap bisa menjelajah ke mana-mana, bahkan beberapa orang mengalami penjelajahan yang lebih luas daripada sebelumnya. Mau belanja bisa, mau beli makanan bisa, mau cari berita, baca buku, melihat negara lain, menonton film, ketemu artis, menyaksikan konser, semua bisa dari gawai saja. Bekalnya hanya paket data dan jaringan yang lancar.
Tetapi toh buku memang tak mesti dilawanhadapkan dengan digital. Betapa kita juga menikmati film, lagu, gim, atau aneka animasi lain yang berangkat dari buku, atau sebaliknya, dari media yang berbeda berujung pada buku. Ada kalanya, kita juga bertemu, berdiskusi, atau sekadar saling cuit atau senggol di dunia maya karena buku.
Semangatnya sama. Seperti jagat maya, buku ibarat ruang temu tanpa batas. Melalui buku, gagasan-gagasan bertemu. Rolf Dobelli di buku Stop Membaca Berita (KPG, 2021) menyebut pengalaman membaca menjadi semacam dialog mental singkat dengan penulis. “Jika saya secara bertahap membenamkan diri di dalam buku setelah memikirkan perenungan saya sendiri, maka saya dapat membandingkan gagasan penulis dengan gagasan saya,” tuturnya.
Samuel Ichiye Hayakawa, mantan senator Amerika Serikat pun menyebut buku sebagai ruang imajinasi dan menemukan jati diri seluas-luasnya. “Tidak benar bahwa kita hanya bisa hidup sekali; Jika kita membaca, kita bisa hidup sebanyak mungkin dan sebagaimana pun yang kita inginkan,” katanya. Senada dengan itu, Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama meyakinkan bahwa membaca buku itu penting karena, “Jika kita tahu cara membaca, maka seluruh dunia akan terbuka untukmu.”
Begitulah kegemaran membaca buku telah mempertemukan kita, bukan? Maka, kata-kata yang mencuat di sini, sekali lagi, kerja sama, empati, dan bela rasa.
Mari bersama kita merayakan semangat kebaikan itu dan terus menemukan kebahagiaan melalui #bertemudibuku.
27 Tahun KPG
shared a video
Bincang Kompas Gramedia spesial HUT ke-25 KPG. Ada obrolan santai bersama redaksi KPG membahas seputar pentingnya gosip bagi kelangsungan hidup manusia. Loh, kok ulang tahun malah bahas gosip? Di mana...View More
Bincang KG: Mengapa Manusia Suka Gosip? | Ngobrol Santai bersama Editor KPG
278 views
Memperingati 25 tahun Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Bincang KG "Kenapa Kita Suka Gosip?" kali ini mengundang Manager KPG Pax Benedanto dan Editor Senior KPG Candra Gautama. Ngobrol santai bersama redaksi KPG ini membahas seputar pentingnya gosip bagi kelangsungan hidup manusia. Dipandu oleh Agatha Tristanti dari Corporate Communications KG, acara yang berlangsung Rabu, 2 Juni 2021, pukul 16.00-17.00 WIB ini berlangsung dengan seru. Lebih dari 400 orang mengikuti IG Live dari kanal Instagram @Kompas Gramedia @Penerbit KPG dan @mykg.id.
Ingin tahu obrolan gosip berfaedah? Yuk, tonton dokumentasi IG Live-nya di sini.
#HUT25KPG #BersamaMenjagaNusa #BerkolaborasiUntukIndonesia
27 Tahun KPG
shared a video
Adakah buku-buku ini yang Sobat Sibil punya atau pernah membacanya?
25 Tahun Penerbit KPG Bersama Menjaga Nusa (1996-2021)
456 views
Seperempat abad berkarya, inilah sederet buku yang pernah kami terbitkan. Buku-buku pertama, komik pertama, karya asli pertama, buku pertama hasil kerja sama dengan pihak luar, buku agama pertama, buku biografi pertama, buku sastra pertama, novel terjemahan pertama, sains populer pertama, buku filsafat pertama, buku anak pertama yang diterbitkan lini Kiddo, buku remaja pertama yang diterbitkan POP dan Icecube, buku pertama terbitan lini Muara, buku pertama lini Gaia, hingga Comma Books.
Semua buku meninggalkan kesan tersendiri, tak cukup satu menit menyebutkannya satu per satu. Namun inilah kami. KPG dengan keragamannya dan satu semangat "Untuk Membaca Zaman". Semoga kami tidak terlena. Terima kasih Bookmanias telah bersama-sama menjaga Nusa.
Catatan Editorial HUT ke-25 KPG: https://siapabilang.com/blog/187/holopis-kuntul-baris-bersama-menjaga-nusa/
Katalog buku KPG: https://siapabilang.com/photo/category/5/penerbit
Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
1996. Suasana politik di Tanah Air memanas. Sabtu, 27 Juli, kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia di Jalan Diponegoro 58, Jakarta, diambil-alih secara paksa. Peristiwa Kudatuli (Kerusuhan dua puluh tujuh Juli) ini menjadi penanda penting awal berdirinya KPG, 1 Juni 1996.
Waktu itu, kami sama sekali tidak bisa menebak apa yang bakal terjadi setelah pecah Kudatuli—setahun, dua tahun, hingga lima tahun mendatang. Akankah proses demokratisasi di Tanah Air terus menggelinding? Akankah rezim Orde Baru yang mulai uzur tumbang?
Kendati demikian, kami memiliki pengetahuan sejarah bahwa munculnya suatu era seringkali tak terduga dan tak terpikirkan. Ketakterdugaan yang menghasilkan unintended consequences, serba-akibat yang tak diperhitungkan.
Menengok kembali ke tahun 1996, jika direnungkan, unintended consequences inilah yang melandasi kerja KPG sebagai penerbit. KPG harus mampu menyiapkan kuda-kuda bagi bangsa agar “prigel” menghadapi serba-perubahan lewat buku-buku yang disajikan secara populer dan jernih menyampaikan duduk perkara. Semua diringkas dalam tagline: Untuk Membaca Zaman.
Karena itulah—di tengah sandyakalaning Orde Baru—buku pertama yang kami terbitkan adalah saduran karya Niccolò Machiavelli dalam bentuk Cergam, yakni Politik Kerakyatan dan Politik Kekuasaan. Kedua buku ini kami terbitkan agar masyarakat memiliki secuil pengetahuan dan timbangan atas watak-watak manusia dan kekuasaan jika mereka dihadapkan pada pancaroba kekuasaan di Tanah Air.
Dalam berbisnis, pegangan moral kami adalah prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi oleh pendiri Kompas-Gramedia (KG), PK Ojong dan Jakob Oetama: Kita berbisnis tidak dengan cara mengipas-ngipas kelemahan bangsa, melainkan dengan membangkitkan seluruh potensi terbaik bangsa ini. Maka, perusahaan harus hidup dalam denyut nadi masyarakat. Berkembangnya perusahaan adalah akibat dari berkembangnya masyarakat.
Kami waktu itu juga sadar bahwa KPG tidak mungkin berkembang tanpa memiliki jaringan yang luas—baik itu akademikus, budayawan, peneliti, penulis, editor, penerjemah, desainer grafis, ilustrator. Maka kami merumuskan bahwa redaksi dan produksi KPG adalah pro-aktif redaksi dan produksi. Dengan kata pro-aktif, kami harus memiliki jaringan seluas-luasnya. Tanpa mereka semua KPG tidak mungkin berkembang.
Jaringan yang kami maksudkan bukan sekadar jaringan profesional, melainkan juga kawan diskusi. Sedari awal KPG memang dimaksudkan sebagai medan pergaulan bagi kerja-kerja kebaikan dan kreatif.
Demikianlah, serba-akibat yang tak diperhitungkan, duduk perkara, hidup dalam denyut nadi masyarakat, serta membangun jaringan dan bekerja secara kolaboratif akhirnya menjadi “kredo” bagi kerja-kerja KPG.
Kini, merenungkan 25 tahun kami berkarya di Tanah Air serta melewati dua tahun Pandemi Covid-19, semakin menyadarkan kami bahwa pekerjaan rumah bangsa ini hanya bisa diselesaikan bersama-sama, holopis kuntul baris. Sudah saatnya kita “Bersama Menjaga Nusa”. Bersama senantiasa terjaga, tak terlena.
Kini, jika diajukan pertanyaan penting apa bagi bangsa ini untuk dijawab, ada baiknya kita bersama-sama mengingat kembali kiritik Mochtar Lubis tahun 1977. Dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki dengan judul “Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban”, Mochtar dengan lugas mengupas karakter orang Indonesia sebagai: Munafik, tidak mau bertanggung jawab, berperilaku feodal, percaya pada takhayul, lemah karakternya, dan berbakat seni. Benarkah karakter itu masih menempel hingga sekarang?
Akhirnya, dengan hati tulus, kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah menemani KPG melewati pasang-surut sebagai penerbit dan ikut bersama-sama menjaga Nusa.
Penulis: Candra Gautama