Damar Kambang, Sebuah Novel
shared a photo
Novel ini tak terlalu tebal, hanya 196 halaman, tetapi memuat begitu banyak persoalan rumit: dari soal kawin paksa, pernikahan anak, pemerkosaan, klenik, adat istiadat, karapan sapi yang semuanya diik...View More
Be the first person to like this.
Kepustakaan Populer Gramedia
posted a blog.
MUNA Masyari, saat ini membawa nuansa yang begitu erat dengan gaya mempertahankan imajinasi lokalitas budaya Madura dalam dunia sastra, fokus menjunjung martabat masyarakat sendiri. Hal ini bisa kita lihat dalam poin yang berada dalam novel ini, salah satunya nilai martabat yang kita tangkap, seperti harta hantaran dalam pernikahan di adat Madura. Kemampuan imajinasi Muna begitu kuat dalam membangun sebuah cerita, sehingga seolah olah pembaca merasa terbawa arus dan ledakan tak terduka dalam ceritanya.
Saya melihat karya Muna sebelumnya, tidak jauh berbeda dengan karya buku sebelumnya dalam membangun atau mempertahankan kajian budaya dalam karya sastra. ‘Damar Kambang’ menunjukkan dalam ritual perkawinan, dalam nilai yang kita ambil dari rituan perkawinan ini tidak terlepas itu mitos atau bukan, akan tetapi masyarakat Madura mempercayainya sebagai suatu ritual ini bahkansudah mendarah daging yang tak bisa dipisahkan dalam masyarakat Madura.
Spesifikasi Produk
Penulis: Muna Masyari
Editor: Udji Kayang
Kategori: Fiksi, Novel
Terbit: 30 Desember 2020
Harga: Rp 75.000
Tebal: 208 halaman
Ukuran: 135 mm x 200 mm
Sampul: Softcover
ISBN: 9786024814564
ID KPG: 592001834
Usia: 17+
Bahasa: Indonesia
Penerbit: KPG
‘Damar Kambang’, mencoba mempromosikan wajah Madura secara detail dalam novel ini. Misal dari sikap terhadap sesama, sikap takzim kepada guru (buppaí-bhabbuí, ghuru rato!), asas kekeluargaan, sampai pada sisi keras sebagaimana pepatah orang Madura yang begitu kental lebbi bagus pote tolang katembang pote mata. Ini menujukkan bahwa pepatah kadang dilakukan secara nyata dengan celurit yang menjadi pegangan jika ada yang menginjak-injak harga dirinya, atau lewat ‘angin kiriman’ seperti melalui perantara dukun untuk membalas dendam orang yang melakukan hal tersebut.
Sebagaimana yang terjadi dalam ‘Damar Kembang’ ini, cercaan dari Marinten dilontarkan pada Cebbing dan ibunya. Cebbing adalah korban dari kegagalan pernikahan disebabkan tidak adanya rumah hantaran. Rumah hantaran bagi sangkar perkawinan bagi perempuan. Simbol kesetiaan, keamanan, batas-batas kebebasan, sekaligus kepemilikan orang tua (hal 110), bahkan orang tua yang menikahkan anak perempuannya tanpa rumah hantaran akan jadi cemohan atau cibiran orang, juga bakal dianggap anaknya dijual dengan harga murah.
Novel ‘Damar Kambang’ memberikan kontribusi besar dalam khazanah sastra Madura. Muna Masyari meramu dengan sangat epik, sehingga pembaca seolah diajak mengenal lebih jauh berbagai tradisi masyarakat Madura. Ini yang membuat karya Muna semakin menggila dalam melokalitas budaya atau ritual dalam karyanya.
Dimuat di Kedaulatan Rakyat edisi Selasa, 30 Maret 2021
Peresensi: Ruhan Wahyudi
Damar Kambang, Sebuah Novel
shared a video
"Damar Kambang", novel perdana Muna Masyari dibedah pada Buka Buku di Zoom, 7 Februari 2021, bersama penulis dan Darmawati Majid, peneliti Balai Bahasa Gorontalo dan penulis kumpulan cerpen "Ketika Sa...View More
Peluncuran Buku Damar Kambang karya Muna Masyari, Dibahas bersama Darmawati Majid
287 views
Meski tahun kalender telah berganti, Indonesia masih dicengkeram pandemi. Sejak COVID-19 resmi ditanyatakan tiba di Indonesia, kita telah melalui beberapa fase pembatasan sosial, dengan nama dan kadar yang berbeda-beda tetapi mengungkapkan kenyataan yang sama: kita tidak bisa ke mana-mana.
Sebagai makhluk sosial yang memerlukan aktivitas di luar rumah, entah untuk urusan pekerjaan, pendidikan, maupun rekreasi, sudah barang tentu ada godaan-godaan untuk meninggalkan rumah—ruang aman kita, mengabaikan pembatasan sosial yang masih berlangsung. Ada semacam panggilan, yang barangkali kita tidak tahu pasti itu apa, tetapi kita tahu itu sebetulnya bermasalah.
Dalam semesta yang lain, panggilan serupa berdengung di telinga Cebbhing, gadis Madura berusia 14 tahun. Panggilan itu mendorongnya melangkah menuju rumah lelaki yang seharusnya menjadi suaminya. Panggilan itu adalah buah dari masalah yang disulut orangtuanya, sekaligus menjadi benih bagi masalah besar yang menimpa dua keluarga di Madura. Semuanya terkisah dalam novel baru Muna Masyari, "Damar Kambang".
Muna Masyari adalah cerpenis produktif yang karyanya sering tampil di berbagai media cetak dan daring. Pada 2017, cerpennya, “Kasur Tanah”, terpilih sebagai Cerpen Terbaik Kompas. Setelah menerbitkan dua buku kumpulan cerpen, "Damar Kambang" terbit sebagai novel perdananya.
Darmawati Majid terpilih sebagai emerging writer dalam Ubud Writer & Reader Festival 2018. Saat ini ia menjadi peneliti bahasa di Balai Bahasa Gorontalo. Selain bahasa, ia menaruh perhatian pada isu perempuan, keluarga, dan tradisi, tertuang dalam kumpulan cerpen yang ditulisnya, "Ketika Saatnya dan Kisah-kisah Lainnya".
Link: https://www.youtube.com/watch?v=N4g4vgxXQMU&feature=youtu.be
#BookLaunch #BukaBukuKPG #SastraIndonesia
Ini unggahan terakhir. Untuk kembali ke atas, klik:
https://siapabilang.com/buku-damar-kambang/wall/
Untuk kembali ke laman Karya, klik:
https://siapabilang.com/pages/category/1/karya
Damar Kambang, Sebuah Novel
Damar Kambang, Sebuah Novel. 1 like. SinopsisDamar Kambang menyingkap tirai kusam tradisi pernikahan Madura, di mana harkat dan martabat dijunjung tinggi melebihi segalanya. Cebbhing, gadis 14 tahun d