Bagi Ahda Imran, menulis buku biografi adalah menulis tentang manusia bukan malaikat yang serba suci dan hidup terpuji. Oleh karena itu, bukunya "Jais Darga Namaku" menggambarkan seutuhnya sosok Jais ...View MoreBagi Ahda Imran, menulis buku biografi adalah menulis tentang manusia bukan malaikat yang serba suci dan hidup terpuji. Oleh karena itu, bukunya "Jais Darga Namaku" menggambarkan seutuhnya sosok Jais Darga—perempuan pertama dari Indonesia yang menjadi art dealer internasional—lengkap dengan sejarah kelam keluarga hingga lika-liku kisah cintanya.
Lewat buku yang ditulis seperti novel alih-alih biografi ini, Ahda juga menguak berbagai rahasia yang tidak pernah terkatakan sebelumnya antara Jais Darga, Ibu, dan putrinya. Ahda merajutnya menjadi kisah tiga perempuan beda zaman dengan benturannya masing-masing.
Tak heran, buku ini dilirik sutradara Kamila Andini yang mengangkatnya ke layar lebar dengan judul "Before, Now, and Then (Nana)". Kisah diambil dari bab awal buku "Jais Darga Namaku", kisah ibu Jais Darga, yakni Nana. Film ini meraih sejumlah nominasi penghargaan film internasional bergengsi, seperti memenangkan Penghargaan Golden Bear untuk kategori film terbaik dan Laura Basuki meraih Silver Bear (penghargaan tertinggi yang diberikan untuk film terbaik di Festival Film Internasional Berlin) untuk Best Supporting Performance.
Penasaran? Tonton diskusi Ahda Imran bersama Radio Smart FM dalam acara "Book of The Week: Jais Darga Namaku".
#Event #EventKPG #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #JaisDargaNamaku #AhdaImran #JaisDarga #BookoftheWeek #BotWSmartFM #SmartFM #Biografi #BukuBiografi #PenerbitKPG
Berakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soe...View MoreBerakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soedjatmoko dan genealogi-kultural Madiun Raya, tur sejarah ini juga diisi dengan diskusi buku bersama para sejarawan kenamaan Indonesia.
Pendaftaran: bit.ly/membacasdjmadiun atau hubungi kontak di poster.
-
Siapakah Soedjatmoko?
Soedjatmoko (1922–1989), pemikir terkemuka Indonesia dengan kiprah yang kosmopolitan, semasa hidup senantiasa pulang ke kampung halaman leluhurnya di Madiun Raya. Kiai Mangunarso (lahir 1810), kakek moyang Soedjatmoko yang lahir sebelum Perang Jawa (1825–1830), otomatis bergulat menjadi insan merdeka dalam situasi sesudah dunia tatanan lama Jawa yang telah ditaklukkan kolonialisme. Pergulatan sejarah yang sama dialami keluarga Madiun Raya yang lain, seperti Trah Prawirodirjan. Trah ini membayar mahal dengan terbunuhnya Raden Ronggo Prawirodirjo III (1810), ayahanda Sentot Prawirodirjo (1807–1855). Pergulatan sejarah keluarga Soedjatmoko maupun keluarga-keluarga lain di Madiun Raya menghasilkan ajaran leluhur yang terus dipegang para keturunannya dan menyumbang konstelasi dalam dinamika identitas kultural tersendiri yang jarang dipahami.
-
Kegiatan ini terselenggara berkat Membaca Soedjatmoko, Universitas Negeri Malang, Kelompok Periset Karavan Cendekia, Penerbit KPG, Kelompok Diskusi Soedjatmoko, Komunitas Historia Van Madioen (HVM).
#Event #EventKPG #NapakTilas #TurSejarah #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #PenerbitKPG
Berakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soe...View MoreBerakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soedjatmoko dan genealogi-kultural Madiun Raya, tur sejarah ini juga diisi dengan diskusi buku bersama para sejarawan kenamaan Indonesia.
Pendaftaran: bit.ly/membacasdjmadiun atau hubungi kontak di poster.
-
Siapakah Soedjatmoko?
Soedjatmoko (1922–1989), pemikir terkemuka Indonesia dengan kiprah yang kosmopolitan, semasa hidup senantiasa pulang ke kampung halaman leluhurnya di Madiun Raya. Kiai Mangunarso (lahir 1810), kakek moyang Soedjatmoko yang lahir sebelum Perang Jawa (1825–1830), otomatis bergulat menjadi insan merdeka dalam situasi sesudah dunia tatanan lama Jawa yang telah ditaklukkan kolonialisme. Pergulatan sejarah yang sama dialami keluarga Madiun Raya yang lain, seperti Trah Prawirodirjan. Trah ini membayar mahal dengan terbunuhnya Raden Ronggo Prawirodirjo III (1810), ayahanda Sentot Prawirodirjo (1807–1855). Pergulatan sejarah keluarga Soedjatmoko maupun keluarga-keluarga lain di Madiun Raya menghasilkan ajaran leluhur yang terus dipegang para keturunannya dan menyumbang konstelasi dalam dinamika identitas kultural tersendiri yang jarang dipahami.
-
Kegiatan ini terselenggara berkat Membaca Soedjatmoko, Universitas Negeri Malang, Kelompok Periset Karavan Cendekia, Penerbit KPG, Kelompok Diskusi Soedjatmoko, Komunitas Historia Van Madioen (HVM).
#Event #EventKPG #NapakTilas #TurSejarah #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #PenerbitKPG
Berakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soe...View MoreBerakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soedjatmoko dan genealogi-kultural Madiun Raya, tur sejarah ini juga diisi dengan diskusi buku bersama para sejarawan kenamaan Indonesia.
Pendaftaran: bit.ly/membacasdjmadiun atau hubungi kontak di poster.
-
Siapakah Soedjatmoko?
Soedjatmoko (1922–1989), pemikir terkemuka Indonesia dengan kiprah yang kosmopolitan, semasa hidup senantiasa pulang ke kampung halaman leluhurnya di Madiun Raya. Kiai Mangunarso (lahir 1810), kakek moyang Soedjatmoko yang lahir sebelum Perang Jawa (1825–1830), otomatis bergulat menjadi insan merdeka dalam situasi sesudah dunia tatanan lama Jawa yang telah ditaklukkan kolonialisme. Pergulatan sejarah yang sama dialami keluarga Madiun Raya yang lain, seperti Trah Prawirodirjan. Trah ini membayar mahal dengan terbunuhnya Raden Ronggo Prawirodirjo III (1810), ayahanda Sentot Prawirodirjo (1807–1855). Pergulatan sejarah keluarga Soedjatmoko maupun keluarga-keluarga lain di Madiun Raya menghasilkan ajaran leluhur yang terus dipegang para keturunannya dan menyumbang konstelasi dalam dinamika identitas kultural tersendiri yang jarang dipahami.
-
Kegiatan ini terselenggara berkat Membaca Soedjatmoko, Universitas Negeri Malang, Kelompok Periset Karavan Cendekia, Penerbit KPG, Kelompok Diskusi Soedjatmoko, Komunitas Historia Van Madioen (HVM).
#Event #EventKPG #NapakTilas #TurSejarah #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #PenerbitKPG
Berakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soe...View MoreBerakhir pekan dengan wisata sejarah, mau? Yuk, ikutan Napak Tilas Mangunarsan di Madiun, Sabtu ini (8 Oktober) mulai jam 7 pagi. Rangkaian acara simak di poster. Tidak hanya menyusuri rekam jejak Soedjatmoko dan genealogi-kultural Madiun Raya, tur sejarah ini juga diisi dengan diskusi buku bersama para sejarawan kenamaan Indonesia.
Pendaftaran: bit.ly/membacasdjmadiun atau hubungi kontak di poster.
-
Siapakah Soedjatmoko?
Soedjatmoko (1922–1989), pemikir terkemuka Indonesia dengan kiprah yang kosmopolitan, semasa hidup senantiasa pulang ke kampung halaman leluhurnya di Madiun Raya. Kiai Mangunarso (lahir 1810), kakek moyang Soedjatmoko yang lahir sebelum Perang Jawa (1825–1830), otomatis bergulat menjadi insan merdeka dalam situasi sesudah dunia tatanan lama Jawa yang telah ditaklukkan kolonialisme. Pergulatan sejarah yang sama dialami keluarga Madiun Raya yang lain, seperti Trah Prawirodirjan. Trah ini membayar mahal dengan terbunuhnya Raden Ronggo Prawirodirjo III (1810), ayahanda Sentot Prawirodirjo (1807–1855). Pergulatan sejarah keluarga Soedjatmoko maupun keluarga-keluarga lain di Madiun Raya menghasilkan ajaran leluhur yang terus dipegang para keturunannya dan menyumbang konstelasi dalam dinamika identitas kultural tersendiri yang jarang dipahami.
-
Kegiatan ini terselenggara berkat Membaca Soedjatmoko, Universitas Negeri Malang, Kelompok Periset Karavan Cendekia, Penerbit KPG, Kelompok Diskusi Soedjatmoko, Komunitas Historia Van Madioen (HVM).
#Event #EventKPG #NapakTilas #TurSejarah #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #PenerbitKPG
Setelah kolaborasi menyusun buku "Milenial & Turn-over", Kang Maman dan Sony Tan kembali menerbitkan buku bersama dengan judul, "Nusantara Pelabuhan Hati".
Jika buku sebelumnya menggali alasan di bal...View MoreSetelah kolaborasi menyusun buku "Milenial & Turn-over", Kang Maman dan Sony Tan kembali menerbitkan buku bersama dengan judul, "Nusantara Pelabuhan Hati".
Jika buku sebelumnya menggali alasan di balik fenomena tingginya intensitas "resign" karyawan muda sekarang, buku kali ini ibarat contoh nyata perusahaan yang punya lingkungan kerja dan komunikasi perusahaan yang sehat sehingga berupah loyalitas karyawannya. Kok bisa?
Yuk, hadiri acara peluncuran buku dan diskusi serunya di M Bloc Space, Sabtu ini pukul 13.30 WIB.
#Event #EventKPG #BookLaunch #PeluncuranBukuKPG #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #NusantaraPelabuhanHati #KangMaman #SonyTan #PenerbitKPG
Naela Ali yang terkenal berkat trilogi "Stories for Rainy Days" kembali meluncurkan buku ke-11 yang masih ada hubungannya dengan buku terlarisnya itu....
Sejatinya cerita Chairil Anwar tak melulu soal Jakarta. Jejaknya terendus sampai di Kota Malang, Jawa Timur. Majalah INTISARI edisi khusus Juli 2022 merayakan seabad sang pujangga bohemian itu. Sejara...View MoreSejatinya cerita Chairil Anwar tak melulu soal Jakarta. Jejaknya terendus sampai di Kota Malang, Jawa Timur. Majalah INTISARI edisi khusus Juli 2022 merayakan seabad sang pujangga bohemian itu. Sejarawan FX Domini BB Hera menulis kisahnya dalam tajuk “Percayalah Chairil, Patungmu Tak Sekadar Putaran Jalan” yang menyajikan penelusuran patung torsonya yang terlupakan di jantung Kota Apel.
Patung itu menampilkan sosok Chairil dan sajaknya yang melegenda “Aku” yang digubah pada 1943. Berada di lokasi yang strategis di Kayutangan, yakni berada seberang Gereja Katolik Hati Kudus dan Restoran Toko Oen. Kendati demikian, banyak warga kota ini yang nyaris tidak menyadari keberadaannya.
Sang pujangga menggubah “Sorga” dan “Doea Sadjak Boeat B. Resobowo” dan keduanya ditulis di Malang pada Februari 1947.
Apa yang dilakukan sang pujangga yang mengada-menggaya di Malang pada 1947? Mengapa kehadirannya begitu penting di kota itu? Siapa pematungnya? Bagaimana kenangan warga hari ini tentang Chairil?
Dialog INTISARI edisi 13 Juli 2022 menampilkan sederet narasumber: FX Domini BB Hera (Sejarawan dan Kontributor Majalah INTISARI), Roesdan S.A. Pradana (cucu pejuang Hudan Dardiri), Denny Mizhar (Pegiat Komunitas Pelangi Sastra Malang), dan Christina M. Udiani (Editorial & Production Manager KPG).
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bersama INTISARI dan Komunitas Pelangi juga menggelar pencarian jejak sang pujangga itu di Kota Malang dalam “Jelajah Seabad Chairil Anwar: Di Malang 1947 dia datang, 1955 ia dikenang” pada 23-24 Juli. Pendaftaran, simak di poster kedua dan ketiga.
Chairil, kini patung torsomu tengah menanti penetapan sebagai cagar budaya Kota Malang. Semoga terlaksana, sehingga kau tak sekadar dikenang sebagai putaran jalan Kayutangan.
Tautan FB Live: https://www.facebook.com/events/437038881769377/
#Event #EventKPG #DialogIntisari #100TahunChairilAnwar #JelajahSeabadChairilAnwardiMalang #ChairilAnwar #MajalahIntisari #Gridnetwork #GramediaBasraMalang #KomunitasPelangiSastra #PenerbitKPG
Tidak semua penduduk Malang menyadari monumen Chairil Anwar di Kayutangan, Malang. Terlebih dua sajak penanda jejak yang dituliskannya di Malang, akhir 1947, yakni "Sadjak Boeat B. Resobowo" dan "Sorg...View MoreTidak semua penduduk Malang menyadari monumen Chairil Anwar di Kayutangan, Malang. Terlebih dua sajak penanda jejak yang dituliskannya di Malang, akhir 1947, yakni "Sadjak Boeat B. Resobowo" dan "Sorga".
Bohemian yang mengubah peta sastra Indonesia itu kini diperingati seabadnya. Di Malang, napak tilas terkait situs-situs, terkait jiwa zaman, tempat Chairil Anwar tiba semasa revolusi Indonesia maupun pengabadian dirinya tepat satu dekade Indonesia Merdeka (1955).
Bergabunglah bersama Kepustakaan Populer Gramedia, Tempo Publishing, Majalah Intisari, Komunitas Pelangi Sastra, dan toko buku Gramedia dalam Jelajah Seabad Chairil Anwar di Malang pada Sabtu dan Minggu, 23-24 Juli 2022. Kita berkumpul di Balaikota Malang pukul 07.30 WIB.
Pendaftaran bisa melalui Loket.com atau Gramedia Basuki Rachmat Malang di nomor WA: 0821 4343 4321.
Biaya pendaftaran Rp250.000, sudah termasuk satu buku Seri Tempo Chairil Anwar dan bonus eksklusifnya berupa kartu pos, camilan pagi, dan santap siap, serta berbagai merchandise dan voucher diskon di Gramedia & Gramedia.com.
https://www.loket.com/event/jelajah-chairil-anwar
#EventKPG #JelajahSeabadChairilAnwardiMalang #ChairilAnwar #SeriTempoChairilAnwar
Anak-anak sekarang tuh rasanya bertumbuh lebih pesat daripada kita dulu ya tidak sih, Bookmanias? Mereka lebih cepat belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru. Bahkan ada anak-anak yang sudah mene...View MoreAnak-anak sekarang tuh rasanya bertumbuh lebih pesat daripada kita dulu ya tidak sih, Bookmanias? Mereka lebih cepat belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru. Bahkan ada anak-anak yang sudah menemukan bakat dan minatnya sejak kecil.
Sebagai orang dewasa, tugas kita lah untuk mengarahkan mereka ke jalur yang tepat untuk mengasah bakat dan minat tersebut.
Jika anak-anak tampak senang membaca, rutin menulis buku harian, atau punya ketertarikan pada tata bahasa, apalagi punya cita-cita jadi penulis, yuk Bookmanias daftarkan mereka di Kelas Menulis Cerita Misteri bersama Penulis Kiddo, 21 Mei ini.
Kelas ini gratis untuk anak-anak usia 8-13 tahun. Syarat dan ketentuan selengkapnya, simak di poster.
Catatan: untuk syarat nomor tiga, pastikan nama dan usia anak yang didaftarkan ikut kelas ini ditulis di pembatas buku (atau kalau di buku Creepy Case Club, data diri anak diisi pada laman terakhir buku). Bagian data diri ini wajib terlihat pada foto yang diunggah.
#Event #EventKPG #KelasMenulisCeritaMisteriAnak #WritingClass #OnlineClass #BukuAnak #SeriMisteriFavorit #CreepyCaseClub #CeritaMisteriAnak #Djokolelono #YovitaSiswati #PenerbitKiddo #PenerbitKPG
page=1&year=&month=&hashtagsearch=EventKPG
Load More