Seperti pedang bermata dua, kemajuan pesat dunia digital punya dua sisi dahsyat yang memengaruhi kehidupan manusia. Satu sisi, ia memudahkan banyak aktivitas manusia serta membuka lebar-lebar semesta ...View MoreSeperti pedang bermata dua, kemajuan pesat dunia digital punya dua sisi dahsyat yang memengaruhi kehidupan manusia. Satu sisi, ia memudahkan banyak aktivitas manusia serta membuka lebar-lebar semesta pengetahuan, gagasan, dan wacana. Di sisi lain, ia mampu merontokkan kehidupan manusia, termasuk sendi-sendi demokrasi suatu negara.
“Tarung Digital”—buku kedua dari trilogi Jagat Digital yang disiapkan Agus Sudibyo—menguak propaganda komputasional secara kritis. Menurut penulis, propaganda politik lintas negara yang bersandar pada anonimitas, ketertutupan, dan manipulasi semakin meluas. Indonesia adalah pasar yang begitu besar bagi perusahaan platform digital. Maka, perlu peran aktif pemerintah dalam memantau perkembangan teknologi.
Penulis juga mengingatkan perlunya desain dan mekanisme regulasi guna mengantisipasi praktik propaganda komputasional. Tak kalah penting, masyarakat perlu berhati-hati dan rasional terhadap segala rupa informasi yang beredar di ranah digital, termasuk dalam menentukan pilihan politik.
Untuk mewujudkan Indonesia yang bebas propaganda komputasional, mari ikuti pembahasan kritisnya dalam “Peluncuran Buku Tarung Digital”, Kamis, 8 April 2021 pukul 14.30 WIB. Agus Sudibyo selaku penulis akan membuka acara diskusi setelah kata sambutan dari Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate dan Direktur Arwuda, Sony Subrata. Buku “Tarung Digital” akan dibedah oleh Budiman Sudjatmiko (Direktur Inovator 4.0), Muhammad Qodari (Direktur Indo Barometer), Ismail Fahmi (Direktur Drone Emprit), dan Wicaksono (Pemerhati Dunia Digital).
Pendaftaran: https://penerbitkpg.qrd.by/acaratarungdigital
#Event #EventKPG #PeluncuranBuku #PeluncuranBukuKPG #BookLaunch #TarungDigital #AgusSudibyo #Politik #BukuPolitik #PenerbitKPG
Buku ini ditulis berdasarkan hasil peneliti an yang panjang serta pengalaman penulis selama bertugas di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Tersaji di dalamnya uraian lengkap tentang BPK, baik sejarah, da...View MoreBuku ini ditulis berdasarkan hasil peneliti an yang panjang serta pengalaman penulis selama bertugas di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Tersaji di dalamnya uraian lengkap tentang BPK, baik sejarah, dasar hukum, kedudukannya dalam sistem ketatanegaraan, serta bagaimana BPK melaksanakan tugas-tugasnya. Semua itu ditulis secara populer dengan menunjukkan berbagai contoh hasil pemeriksaan BPK. Baca sekilas buku ini secara gratis di icip-icip buku.
https://siapabilang.com/document/179/icip-icip-buku-badan-pemeriksa-keuangan-dalam-sistem-ketatanegaraan/
#IcipicipBuku #IcipicipBukuKPG #BPKDalamSistemKetatanegaraan #Yuliarma #NonFiksi #Politik #BaharuddinAritonang #PenerbitKPG
Linking People menyajikan tulisan para pakar dari berbagai disiplin ilmu, membahas keragaman dan contoh-contoh hubungan antarwarga di antara kedua negara. Mereka menelisik di balik berita utama dan su...View MoreLinking People menyajikan tulisan para pakar dari berbagai disiplin ilmu, membahas keragaman dan contoh-contoh hubungan antarwarga di antara kedua negara. Mereka menelisik di balik berita utama dan sumber sengketa guna lebih memahami berbagai interaksi yang terjadi. Baca sekilas buku ini secara gratis di icip-icip buku.
https://siapabilang.com/document/172/icip-icip-buku-linking-people/
#icipicipbuku #icipicipbukukpg #linkingpeople #nonfiksi #politik #sosial
Buku ini, yang diangkat dari disertasi Ismail Hasani, menawarkan pemodelan baru mekanisme pengujian peraturan perundang-undangan sebagai respons terhadap keberadaan perda-perda intoleran-diskriminatif...View MoreBuku ini, yang diangkat dari disertasi Ismail Hasani, menawarkan pemodelan baru mekanisme pengujian peraturan perundang-undangan sebagai respons terhadap keberadaan perda-perda intoleran-diskriminatif. Perda-perda tersebut hingga kini belum memperoleh penyikapan ketatanegaraan dan masih menjadi instrumen pelembagaan diskriminasi. Pembaca diajak memahami betapa mendesak perubahan yang harus dilakukan demi menegakkan integritas hukum Indonesia. Baca sekilas isi buku ini secara gratis di icip-icip buku
https://siapabilang.com/buku-setara-pengujian-konstitusionalitas-perda/document/
#icipicipbuku #kpg #pengujiankonstitusionalperda #politik #nonfiksi
Seperti judulnya, buku yang memuat tulisan-tulisan dari empat belas akademisi yang mayoritas berasal dari Universitas Gadjah Mada ini menempatkan ’’relasi kuasa’’ sebagai napas kebudayaan di era serba...View MoreSeperti judulnya, buku yang memuat tulisan-tulisan dari empat belas akademisi yang mayoritas berasal dari Universitas Gadjah Mada ini menempatkan ’’relasi kuasa’’ sebagai napas kebudayaan di era serbamedia ini. Wening Udasmoro menyebut ’’Budaya bukan hanya soal ide, gagasan, atau perilaku, melainkan juga praktik sosial tempat-tempat subjek-subjek berinteraksi…a whole way of life yang dilakoni manusia.’’ Implikasinya, lanjut Wening, pemahaman terhadap budaya tidak terlepas dari aspek-aspek seperti relasi kuasa, subjektivitas, kontestasi, negosiasi, agensi, politik identitas, representasi, dan lainnya.
https://www.jawapos.com/minggu/buku/16/08/2020/navigasi-kajian-budaya-dan-med ia/
#BeritaBuku #BeritaBukuKPG #GerakKuasa #WeningUdasmoro #Nonfiksi #Politik #PenerbitKPG
Navigasi Kajian Budaya dan Media
Film, karya sastra, fashion, lanskap kota, komunitas, teknologi, dan lainnya adalah media di mana praktik representasi, negosiasi, dan agensi terjadi.
Cornelis Lay, atau akrab disapa handai-taulannya sebagai Mas Conny padahal ia bukan orang Jawa, adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. Beliau dikenal sebagai s...View MoreCornelis Lay, atau akrab disapa handai-taulannya sebagai Mas Conny padahal ia bukan orang Jawa, adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. Beliau dikenal sebagai sosok cendekia yang dekat dengan kekuasaan, namun tak pernah larut dalam pusarannya. Dalam diam, ia tetap kukuh pada prinsip kemanusiaan dan kerja-kerja intelektual sebagaimana harusnya menjalani politik.
Intelektual Jalan Ketiga adalah satu gagasan segar yang ia tawarkan dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar UGM. Cornelis percaya bahwa ada jalan ketiga yang bisa dilakukan akademisi agar tetap menjadi mutiara di kubangan lumpur kotor kekuasaan, yakni tahu kapan harus masuk dan keluar dari jalur apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai idealnya.
”Jalan ketiga yang ditawarkan—masuk dan keluar kekuasaan secara fleksibel dengan menempatkan kemanusiaan sebagai motif pokoknya—menuntut kematangan, kepekaan dan kapasitas dalam menilai politik. Sesuatu yang tidak bisa dihasilkan dengan instan," terangnya.
Kini salah satu pengajar terbaik UGM berdarah Kupang tersebut sudah tiada. Ia wafat pada Rabu, 5 Agustus lalu di RS Panti Rapih Yogyakarta akibat penyakit jantung yang dideritanya.
Dalam rangka mengenang jasa dan buah pemikirannya untuk kehidupan berbangsa Indonesia yang lebih baik, mari ikuti diskusi buku "Intelektual Jalan Ketiga" bertajuk "Mengenang Mas Conny" di Webinar yang diselenggarakan oleh DPP UGM. Diskusi berlangsung hari Minggu, 6 September 2020 pukul 13.00-15.00 WIB.
Pendaftaran melalui ugm.id/BedahBukuIntelektualJalanKetiga.
#Event #DiskusiBuku #DiskusiBukuKPG #IntelektualJalanKetiga #CornelisLay #Pratikno #Politik #UGM #PenerbitKPG
Apa saja isi kumpulan opini Anis Hidayah (Pendiri Migrant Care) di beberapa media massa selama rentang 2010-2017 yang merefleksikan perjuangan para buruh migran indonesia sebagai manusia yang wajib di...View MoreApa saja isi kumpulan opini Anis Hidayah (Pendiri Migrant Care) di beberapa media massa selama rentang 2010-2017 yang merefleksikan perjuangan para buruh migran indonesia sebagai manusia yang wajib dilindungi hak-hak asasinya? Baca sekilas buku ini secara gratis di icip-icip buku.
https://siapabilang.com/document/120/icip-icip-buku-di-balik-remitansi/
#IcipicipBukuKPG #DiBalikRemitansi #AnisHidayah #Nonfiksi #Humaniora #Politik #PenerbitKPG
page=2&year=&month=&hashtagsearch=Politik
Load More